Lebih dari 14 Juta Bayi Belum Divaksin, WHO dan UNICEF Peringatkan Ancaman Kesehatan Global
WHO dan UNICEF menyebut sebanyak lebih dari 14 juta bayi masih belum mendapatkan satu dosis pun vaksin dasar.
Penulis:
Aisyah Nursyamsi
Editor:
Whiesa Daniswara
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan United Nations Children's Fund (UNICEF) mengungkapkan bahwa meskipun cakupan vaksinasi anak global tetap stabil sepanjang 2024, lebih dari 14 juta bayi masih belum mendapatkan satu dosis pun vaksin dasar.
Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran terhadap ancaman penyakit yang sebenarnya dapat dicegah.
Berdasarkan data terbaru, 89 persen bayi—atau sekitar 115 juta anak—telah menerima setidaknya satu dosis vaksin difteri, tetanus, dan pertusis (DTP), sementara 85 persen (sekitar 109 juta) telah menyelesaikan seluruh tiga dosis.
Meskipun angka ini menunjukkan sedikit peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya, lebih dari 20 juta bayi masih belum menyelesaikan vaksinasi dasar mereka.
Dari jumlah tersebut, 14,3 juta anak tidak pernah menerima satu vaksin pun. Angka ini melebihi target global dan bahkan lebih tinggi dibandingkan tahun 2019.
WHO menyebut kondisi ini sebagai kemunduran dalam pencapaian tujuan Agenda Imunisasi 2030.
“Vaksin menyelamatkan nyawa, memungkinkan individu, keluarga, komunitas, perekonomian, dan negara untuk berkembang,” ujar Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO dilansir dari website resmi, Selasa (15/7/2025).
“Sangat menggembirakan melihat peningkatan berkelanjutan dalam jumlah anak yang divaksinasi, meskipun kita masih memiliki banyak pekerjaan yang harus dilakukan," lanjutnya.
Kesenjangan dalam cakupan vaksinasi terlihat jelas di negara-negara yang terdampak konflik dan krisis kemanusiaan.
Di 26 negara dengan kondisi rapuh, jumlah anak yang tidak divaksin melonjak dari 3,6 juta pada 2019 menjadi 5,4 juta pada 2024.
Angka ini merepresentasikan separuh dari seluruh anak yang tidak divaksinasi di dunia, padahal mereka hanya mencakup seperempat dari total populasi bayi global.
Baca juga: Cara Kerja Vaksin HPV, Proteksi Dini dari Kanker Serviks
Sementara itu, cakupan vaksinasi di negara-negara berpenghasilan rendah yang didukung oleh Gavi, Aliansi Vaksin, justru meningkat, dengan sekitar 650 ribu anak tambahan berhasil dijangkau tahun lalu.
Namun tren sebaliknya mulai muncul di negara-negara berpenghasilan menengah ke atas, dengan tanda-tanda penurunan cakupan meski sebelumnya konsisten di atas 90 persen.
“Kabar baiknya adalah kita telah berhasil menjangkau lebih banyak anak dengan vaksin penyelamat jiwa. Namun, jutaan anak masih belum terlindungi dari penyakit yang dapat dicegah, dan hal itu patut kita khawatirkan,” kata Direktur Eksekutif UNICEF, Catherine Russell.
Peningkatan cakupan juga terlihat pada vaksin human papillomavirus (HPV), yang naik dari 17 persen pada 2019 menjadi 31 persen pada 2024.
Target Indonesia Emas 2045, Tapi Ada Kasus Cacingan, Pakar Kesehatan: Itu Menyedihkan |
![]() |
---|
IDAI Sebut Masa Remaja Paling Rentan: Sering Ambil Keputusan Berdasarkan Emosional |
![]() |
---|
Negara dengan Persentase Penduduk Tak Punya Toilet: Paling Banyak dari Afrika, Ada Papua Nugini |
![]() |
---|
Timor Leste Dinyatakan Resmi Bebas Penyakit Malaria, WHO Ucapkan Selamat |
![]() |
---|
Ini Daftar 10 Provinsi dengan Kasus Chikungunya Terbanyak di Indonesia |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.