Jumlah Jemaah Umrah dari Indonesia Semakin Banyak, Lansia Paling Rentan Hadapi Ancaman Tripledemic
Jumlah jemaah Umrah Indonesia terus menunjukkan tren peningkatan dalam tiga tahun terakhir. Ancaman Tripledemic semakin nyata.
Penulis:
Aisyah Nursyamsi
Editor:
Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -Jumlah jemaah Umrah Indonesia terus menunjukkan tren peningkatan dalam tiga tahun terakhir.
Baca juga: Jemaah Umrah Meningkat, Waspadai Tripledemic dan Penyakit Pernapasan
Berdasarkan data dari Kementerian Agama RI, tercatat sekitar 1 juta jemaah pada 2022, meningkat menjadi 1,3 juta pada 2023, dan melonjak menjadi 1,4 juta pada 2024.
Bahkan hingga kuartal pertama 2025, sebanyak 547 ribu jemaah sudah diberangkatkan ke Tanah Suci.
Di tengah lonjakan jumlah jemaah, muncul tantangan baru,meningkatnya risiko penularan penyakit saluran napas.
Ini disebabkan oleh fenomena yang dikenal sebagai tripledemic. Fenomena apa ini?
Baca juga: Jelang Puncak Haji, Jemaah Diingatkan Kurangi Aktivitas Siang Hari dan Lakukan Vaksinasi Influenza
Tripledemic adalah bersirkulasinya tiga virus pernapasan secara bersamaan, Respiratory syncytial (RSV), Covid-19, dan Influenza.
Diketahui tiga penyakit ini sangat rentan menyerang kelompok lanjut usia dan penderita penyakit penyerta.
Berdasarkan data 2017–2024, kelompok usia 40–59 tahun mencakup hampir 60 persen dari total jemaah, sementara kelompok usia di atas 60 tahun mencapai hingga 44 persen.
Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar jemaah Umrah berada pada usia rentan terhadap penyakit infeksi, termasuk yang disebabkan oleh RSV (Respiratory Syncytial Virus).
Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, pakar kesehatan masyarakat dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), mengungkapkan perhatian terhadap kesehatan lansia ketika menjalani Umrah perlu ditingkatkan.
Seiring bertambahnya usia, sistem kekebalan tubuh kita mengalami penurunan fungsi secara alami, kondisi ini dikenal sebagai Age-Related Decline in Immunity atau ARDI.
"Penurunan ini membuat lansia menjadi lebih rentan terhadap berbagai infeksi, termasuk infeksi saluran napas seperti RSV, influenza, dan Covid-19,"ungkapnya dalam Diskusi media Ibadah Tanpa Gangguan: Lindungi diri dari RSV sebelum Umrah bersama di Jakarta Pusat, Rabu (16/7/2025).
Selain usia, komorbiditas juga menjadi faktor risiko.
Data dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia menyebutkan bahwa 3 dari 4 jemaah Umrah memiliki penyakit penyerta, termasuk penyakit paru seperti asma, PPOK, dan bronkitis.
Komorbid tersebut meningkatkan risiko terjadinya pneumonia selama di Arab Saudi.
Virus yang Sulit Terdeteksi
Tantangan lainnya adalah sulitnya diagnosis RSV.
Perl diketahui, RSV atau Respiratory syncytial virus adalah jenis virus yang dapat menyebabkan infeksi di saluran pernapasan, termasuk di paru-paru.
Virus ini sering kali menyerang anak-anak berusia di atas dua tahun, namun tak menutup kemungkinan juga menginfeksi orang dewasa
Gejala yang mirip dengan flu biasa, seperti batuk, demam, dan pilek, membuat banyak pasien tidak menyadari infeksi ini.
Padahal, RSV adalah penyebab utama pneumonia viral dan bisa menyebabkan komplikasi serius seperti bronkiolitis.
Bahkan kematian terutama pada kelompok usia >75 tahun yang baru saja keluar dari rumah sakit.
Menurut studi proyeksi, tanpa vaksinasi, jumlah infeksi RSV di Asia Tenggara dapat mencapai 24,5 juta kasus dalam lima tahun, dengan Indonesia menyumbang hampir 10 juta kasus.
Data ini menunjukkan betapa pentingnya langkah preventif.
Dr. dr. Endy M. Astiwata dari AMPHURI menekankan bahwa lonjakan jemaah di awal 2025 mencerminkan antusiasme tinggi, sekaligus tantangan besar.
Menurutnya, angka ini tergolong tinggi, mengingat saat ini masih awal tahun dan belum memasuki musim puncak Umrah yang banyak terjadi pada akhir tahun.
"Lebih dari itu, termasuk didalamnya adalah jemaah Umrah lansia. Tiap tahunnya penanganan terhadap jemaah lansia menjadi tantangan tersendiri khususnya dalam aspek kesehatan, mengingat kondisi mereka yang rentan,” jelas dr Endy.
Dengan meningkatnya jumlah jemaah lansia dan risiko penyakit menular yang lebih besar, langkah mitigasi seperti pemeriksaan kesehatan awal dan pemantauan ketat selama ibadah menjadi sangat penting.
Kesehatan yang prima adalah kunci untuk menjalani ibadah secara maksimal dan khusyuk.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.