OCM 2025 Satukan Tiga Asosiasi Ortopedi, Targetkan Transformasi Nasional
Tiga asosiasi ortopedi Indonesia bersatu dalam OCM 2025 untuk mengatasi deformitas tulang dan nyeri kronis. Forum ini jadi titik balik
Penulis:
Rina Ayu Panca Rini
Editor:
Acos Abdul Qodir
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Orthopaedic Concurrent Meeting (OCM) 2025 resmi digelar pada 16–19 Juli di Hotel Shangri-La, Jakarta. Forum ilmiah ini menjadi tonggak sejarah baru bagi dunia ortopedi nasional, dengan menyatukan tiga asosiasi besar: IOSSA (Indonesian Orthopaedic Spine Surgeon Association), IOTS (Indonesian Orthopaedic Trauma Society), dan IOPIS (Indonesian Orthopaedic Pain Intervention Society), dalam satu kolaborasi bertema “Transforming Deformities: Collaborative Strategies for Better Outcomes.”
Ketua OCM, dr. Andra Hendrianto, Sp.OT(K), menyebut jutaan masyarakat Indonesia masih menghadapi kelainan bentuk tulang, mulai dari tulang belakang hingga kaki.
“Tujuan dari acara ini adalah menyatukan sumber daya untuk menangani masalah tersebut secara komprehensif,” ujarnya dalam keterangan, dikutip Selasa (22/7/2025).
Forum ini diikuti oleh 533 peserta dari berbagai latar belakang, termasuk dokter spesialis, residen ortopedi, dokter umum, dan mahasiswa kedokteran.
Pembicara berasal dari 13 negara, seperti Amerika Serikat, Italia, Taiwan, India, dan Bangladesh, yang membagikan riset dan praktik terbaik di bidang ortopedi.
Program ilmiah OCM 2025 mencakup kursus teknis, workshop kadaver, kuliah umum, diskusi panel multidisipliner, dan presentasi riset ilmiah. Ketua PABOI, Prof. Dr. dr. Ismail Hadisoebroto Dilogo, Sp.OT(K), menyoroti bahwa 80 persen pasien deformitas yang datang ke klinik sudah dalam kondisi nyeri.
“Penanganan nyeri harus dilakukan lintas disiplin agar lebih efektif,” katanya.
BPOM Temukan Obat Vitalitas Pria Dikemas Herbal, Tapi Isinya Bahan Kimia Pemicu Stroke
Ketua IOSSA, Dr. dr. I Gusti Lanang Ngurah Agung Artha Wiguna, Sp.OT(K), mengungkapkan, Indonesia baru memiliki 138 dokter ortopedi konsultan tulang belakang. Padahal, Kementerian Kesehatan menargetkan 500 dokter dalam waktu dekat.
“Kita harus perbarui ilmu dan memperluas jejaring,” tegasnya.
OCM 2025 juga menggandeng sponsor besar untuk mendukung pelatihan alat-alat operasi dan instrumen medis yang mahal. Forum ini diharapkan menjadi katalis peningkatan kualitas layanan ortopedi nasional dan memperkuat posisi Indonesia dalam kolaborasi medis regional.
Sekilas Tiga Asosiasi Ortopedi di OCM 2025
OCM 2025 menjadi momentum kolaboratif bagi tiga asosiasi ortopedi Indonesia untuk memperkuat transformasi layanan ortopedi nasional secara multidisipliner dan berkelanjutan.
- IOSSA (Indonesian Orthopaedic Spine Surgeon Association) adalah asosiasi yang didirikan oleh para pionir bedah tulang belakang Indonesia. Fokus utamanya adalah penanganan deformitas spinal seperti skoliosis, spondilolistesis, dan kelainan tulang belakang lainnya. Ketua Umum: Dr. dr. I Gusti Lanang Ngurah Agung Artha Wiguna, Sp.OT(K)
- IOTS (Indonesian Orthopaedic Trauma Society) adalah asosiasi yang berfokus pada penanganan trauma ortopedi, termasuk patah tulang, dislokasi, dan cedera kompleks. IOTS mendorong peningkatan kompetensi dokter dalam teknik fiksasi, rekonstruksi, dan rehabilitasi pasca-trauma. Ketua Umum: Dr. dr. Ismail Hadisoebroto Dilogo, Sp.OT(K), yang juga menjabat sebagai Ketua PABOI. Ia menekankan bahwa 80 persen pasien deformitas datang dalam kondisi nyeri, sehingga pendekatan trauma dan nyeri harus saling melengkapi.
- IOPIS (Indonesian Orthopaedic Pain Intervention Society) adalah wadah pengembangan intervensi nyeri ortopedi. Fokusnya meliputi teknik injeksi saraf, terapi regeneratif, dan manajemen nyeri kronis. Ketua Umum: Dr. dr. Andra Hendrianto, Sp.OT(K), yang juga menjabat sebagai Chairman OCM 2025. Ia mendorong pendekatan kolaboratif antar subspesialis untuk meningkatkan kualitas hidup pasien yang mengalami nyeri akibat deformitas atau trauma.
Baca juga: Pijat dan Kretek Tulang Bukan Solusi Penderita Skoliosis, Ini Penjelasan Spesialis Ortopedi
Kolaborasi ketiga asosiasi ini bertujuan untuk memperbarui ilmu para dokter Indonesia, memperluas jejaring internasional, dan mempercepat transformasi layanan ortopedi berbasis teknologi dan sinergi multidisipliner.
OCM 2025
Orthopaedic Concurrent Meeting
Ortopedi
deformitas tulang
nyeri kronis
bedah tulang belakang
Kesehatan tulang
Leher Nyeri hingga Tangan Kesemutan? Ketahui Cara Bedakan Kelelahan Biasa atau Tanda Penyakit Serius |
![]() |
---|
80 Persen Pasien Ortopedi Masih Rasakan Nyeri Usai Terapi untuk Atasi Kelainan Bentuk Tulang |
![]() |
---|
Manajemen Intervensi Nyeri, Harapan Baru Bagi Pasien dengan Nyeri Kronis yang Tak Kunjung Sembuh |
![]() |
---|
Pijat Bahu Tak Selalu Aman, Dokter Ortopedi: Bisa Picu Cedera Baru Jika Berlebihan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.