Selasa, 9 September 2025

OCM 2025 Satukan Tiga Asosiasi Ortopedi, Targetkan Transformasi Nasional

Tiga asosiasi ortopedi Indonesia bersatu dalam OCM 2025 untuk mengatasi deformitas tulang dan nyeri kronis. Forum ini jadi titik balik

Tribunnews.com/Handout
KOLABORASI ASOSIASI ORTOPEDI - Orthopaedic Concurrent Meeting (OCM) 2025 resmi digelar pada 16–19 Juli di Hotel Shangri-La, Jakarta. Forum ilmiah ini menjadi tonggak sejarah baru bagi dunia ortopedi nasional, dengan menyatukan tiga asosiasi besar: IOSSA, IOTS dan IOPIS. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTAOrthopaedic Concurrent Meeting (OCM) 2025 resmi digelar pada 16–19 Juli di Hotel Shangri-La, Jakarta. Forum ilmiah ini menjadi tonggak sejarah baru bagi dunia ortopedi nasional, dengan menyatukan tiga asosiasi besar: IOSSA (Indonesian Orthopaedic Spine Surgeon Association), IOTS (Indonesian Orthopaedic Trauma Society), dan IOPIS (Indonesian Orthopaedic Pain Intervention Society), dalam satu kolaborasi bertema “Transforming Deformities: Collaborative Strategies for Better Outcomes.”

Ketua OCM, dr. Andra Hendrianto, Sp.OT(K), menyebut jutaan masyarakat Indonesia masih menghadapi kelainan bentuk tulang, mulai dari tulang belakang hingga kaki.

“Tujuan dari acara ini adalah menyatukan sumber daya untuk menangani masalah tersebut secara komprehensif,” ujarnya dalam keterangan, dikutip Selasa (22/7/2025).

Forum ini diikuti oleh 533 peserta dari berbagai latar belakang, termasuk dokter spesialis, residen ortopedi, dokter umum, dan mahasiswa kedokteran.

Pembicara berasal dari 13 negara, seperti Amerika Serikat, Italia, Taiwan, India, dan Bangladesh, yang membagikan riset dan praktik terbaik di bidang ortopedi.

Program ilmiah OCM 2025 mencakup kursus teknis, workshop kadaver, kuliah umum, diskusi panel multidisipliner, dan presentasi riset ilmiah. Ketua PABOI, Prof. Dr. dr. Ismail Hadisoebroto Dilogo, Sp.OT(K), menyoroti bahwa 80 persen pasien deformitas yang datang ke klinik sudah dalam kondisi nyeri.

“Penanganan nyeri harus dilakukan lintas disiplin agar lebih efektif,” katanya.

BPOM Temukan Obat Vitalitas Pria Dikemas Herbal, Tapi Isinya Bahan Kimia Pemicu Stroke

Ketua IOSSA, Dr. dr. I Gusti Lanang Ngurah Agung Artha Wiguna, Sp.OT(K), mengungkapkan, Indonesia baru memiliki 138 dokter ortopedi konsultan tulang belakang. Padahal, Kementerian Kesehatan menargetkan 500 dokter dalam waktu dekat.

“Kita harus perbarui ilmu dan memperluas jejaring,” tegasnya.

OCM 2025 juga menggandeng sponsor besar untuk mendukung pelatihan alat-alat operasi dan instrumen medis yang mahal. Forum ini diharapkan menjadi katalis peningkatan kualitas layanan ortopedi nasional dan memperkuat posisi Indonesia dalam kolaborasi medis regional.

Sekilas Tiga Asosiasi Ortopedi di OCM 2025

OCM 2025 menjadi momentum kolaboratif bagi tiga asosiasi ortopedi Indonesia untuk memperkuat transformasi layanan ortopedi nasional secara multidisipliner dan berkelanjutan.

  • IOSSA (Indonesian Orthopaedic Spine Surgeon Association) adalah asosiasi yang didirikan oleh para pionir bedah tulang belakang Indonesia. Fokus utamanya adalah penanganan deformitas spinal seperti skoliosis, spondilolistesis, dan kelainan tulang belakang lainnya. Ketua Umum: Dr. dr. I Gusti Lanang Ngurah Agung Artha Wiguna, Sp.OT(K)
  • IOTS (Indonesian Orthopaedic Trauma Society) adalah asosiasi yang berfokus pada penanganan trauma ortopedi, termasuk patah tulang, dislokasi, dan cedera kompleks. IOTS mendorong peningkatan kompetensi dokter dalam teknik fiksasi, rekonstruksi, dan rehabilitasi pasca-trauma. Ketua Umum: Dr. dr. Ismail Hadisoebroto Dilogo, Sp.OT(K), yang juga menjabat sebagai Ketua PABOI. Ia menekankan bahwa 80 persen pasien deformitas datang dalam kondisi nyeri, sehingga pendekatan trauma dan nyeri harus saling melengkapi.
  • IOPIS (Indonesian Orthopaedic Pain Intervention Society) adalah wadah pengembangan intervensi nyeri ortopedi. Fokusnya meliputi teknik injeksi saraf, terapi regeneratif, dan manajemen nyeri kronis. Ketua Umum: Dr. dr. Andra Hendrianto, Sp.OT(K), yang juga menjabat sebagai Chairman OCM 2025. Ia mendorong pendekatan kolaboratif antar subspesialis untuk meningkatkan kualitas hidup pasien yang mengalami nyeri akibat deformitas atau trauma.

Baca juga: Pijat dan Kretek Tulang Bukan Solusi Penderita Skoliosis, Ini Penjelasan Spesialis Ortopedi

Kolaborasi ketiga asosiasi ini bertujuan untuk memperbarui ilmu para dokter Indonesia, memperluas jejaring internasional, dan mempercepat transformasi layanan ortopedi berbasis teknologi dan sinergi multidisipliner.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan