Kamis, 11 September 2025

Didukung Kemenkes, RSCM Kembangkan Plasma Dalam Negeri untuk Mengurangi Ketergantungan Produk Luar

RSCM Jakarta mengungkapkan setiap donor darah yang diterima pihak Rumah Sakit akan langsung didistribusikan kepada pasien yang membutuhkan. 

HandOut/IST
KEMANDIRIAN KESEHATAN - Direktur Utama RSCM, dr. Supriyanto (tengah) bersama Direktur Produksi dan Distribusi Kefarmasian Kementerian Kesehatan, Dita Novianti serta jajaran RSCM saat memaparkan pengembangan plasma dalam negeri di Jakarta, Rabu (23/7/2025). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Unit Transfusi Darah (UTD) Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta mengungkapkan setiap donor darah yang diterima pihak Rumah Sakit akan langsung didistribusikan kepada pasien yang membutuhkan. 

Namun, tak sedikit darah itu harus terbuang dan tidak bisa dimanfaatkan kembali. 

Pasalnya, sejumlah pasien hanya membutuhkan beberapa zat yang terkandung dari darah donor.

 

Misalnya, pasien hanya membutuhkan sel darah merah atau Trombosit karena sedang pemulihan penyakit tertentu.

Sehingga, lebih dari 200 liter perbulan darah dari hasil donor tersebut harus terpaksa terbuang.

Untuk memanfaatkan darah yang sebelumnya terbuang, RSCM pun mengembangkan teknologi dan berkolaborasi untuk menghasilan plasma yang berfungsi sebagai obat bagi pasein.

“Sekarang RSCM sudah mengantongi sertifikat untuk mampu memproduksi yang tadinya (darah) dibuang itu menjadi bahan setengah ‘matang’ gitu kan, untuk diolah lebih lanjut menjadi obat. Jadi yang setengah matang, yang itu sekarang diproduksi lebih lanjut menjadi obat,” kata Direktur Utama RSCM, dr. Supriyanto di Jakarta, Rabu (23/7/2025).

“Karena RSCM tidak mampu memproduksi sendiri menjadi obat, bekerjasamalah dengan plasma itu tadi,” sambung dia.

Adapun, kerja sama yang dimaksud oleh Supriyanto yakni RSCM mengandeng perusahaan swasta SK PLasma untuk mengembangkan plasma di Tanah Air.

Kolaborasi ini menjadi bagian dari strategi memperkuat rantai pasok bahan baku plasma dalam negeri, guna mengurangi ketergantungan terhadap produk impor yang selama ini mendominasi pasar.

Supriyanto menambahkan, bahwa pengembangan plasma dari darah yang terbuang untuk dijadikan obat sebagai wujud kemandirian obat-obatan dalam negeri. 

Sebab, kata dia, selama ini plasma yang ada dan digunakan pasien di Tanah Air berasal dari luar negeri.

“Impact yang lain yang biasanya terbuang itu kemudian menjadi obat bagi pasien. Dan dengan begitu, karena diproduksi di dalam negeri, harganya akan menjadi lebih turun. Apalagi yang biasanya dibuang sekarang menjadi bahan baku itu dan tentunya mempunyai nilai ekonomis juga,” terangnya.

Supriyanto pun menegaskan peran RSCM dalam mendukung arah kebijakan nasional menuju kemandirian produk kesehatan.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan