Kamis, 25 September 2025

Marcelino Lefrandt Ajak Pria Peduli Kesehatan Prostat: Jangan Anggap Tabu

Gangguan prostat masih menjadi salah satu isu kesehatan yang paling umum dialami pria, khususnya mereka yang memasuki usia 50 tahun ke atas.

|
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Erik S
Istimewa
KESEHATAN PROSTAT - Dokter Spesialis Urologi Primaya Hospital PGI Cikini, dr. Egi Manuputty, Sp.U dan aktor Marcelino Lefrandt saat  media talkshow bertajuk “Puluhan Kisah, Satu Solusi: Hidup Dimulai Kembali dengan Rezum di Primaya PGI Cikini”, yang digelar oleh Primaya Hospital PGI Cikini di Jakarta, Kamis (31/7/2025). Marcelino Lefrandt mengajak para pria Indonesia untuk lebih peduli terhadap kesehatan prostat 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -  Aktor sekaligus figur publik Marcelino Lefrandt mengajak para pria Indonesia lebih peduli terhadap kesehatan prostat.

Sebagai pria yang usianya sudah mendekati 50 tahun dan masih aktif berkegiatan, Marcelino menyadari pentingnya menjaga kesehatan secara menyeluruh, termasuk skrining prostat secara rutin.

“Tapi jujur, ini pemeriksaan yang dulu jarang saya lakukan. Saat diundang Primaya, saya langsung menyambut dengan terbuka,” kata Marcelino saat  media talkshow bertajuk 'Puluhan Kisah, Satu Solusi: Hidup Dimulai Kembali dengan Rezum di Primaya PGI Cikini', yang digelar oleh Primaya Hospital PGI Cikini di Jakarta, Kamis (31/7/2025).

Baca juga: Pembesaran Prostat Membayangi Pria Paruh Baya, Sering Dianggap Normal karena Faktor Usia

Marcelino mengungkapkan bahwa kesadaran tentang pentingnya skrining muncul dari pengalaman pribadi sebagai ayah dengan dua anak.

Ia menyoroti bahwa banyak pria yang enggan berbicara tentang kesehatan, terutama soal prostat, karena dianggap tabu atau harus selalu tampak kuat.

“Padahal kita ini manusia. Kadang ada beban besar yang harus ditanggung sendiri. Dan itu justru bisa memicu masalah kesehatan kalau tidak disadari sejak dini. Kalau hasil skrining bagus, syukur. Kalau jelek, ya kita siap hadapi. Sama seperti terima rapor anak, ada merahnya, ya harus ditindaklanjuti,” ujarnya jujur.

Marcelino berharap pengalamannya bisa menjadi inspirasi agar para pria tidak lagi menganggap tabu isu kesehatan prostat.

“Jangan tunggu sakit parah baru periksa. Jangan terlalu percaya diri bisa sembuh sendiri. Kita harus tahu kondisi tubuh, karena itu kunci untuk hidup lebih lama, sehat, dan tetap berkualitas,” katanya.

Isu Kesehatan Umum Pria

Dalam kesempatan yang sama, dr. Egi Manuputty, Sp.U, Dokter Spesialis Urologi Primaya Hospital PGI Cikini mengatakan, gangguan prostat masih menjadi salah satu isu kesehatan yang paling umum dialami pria, khususnya mereka yang memasuki usia 50 tahun ke atas.

Namun, kesadaran untuk memeriksakan kesehatan prostat secara rutin masih tergolong rendah. 

Egi sebut, gejala awal gangguan prostat sering kali muncul dari perubahan pola buang air kecil, seperti aliran yang melemah, terputus-putus, atau meningkatnya frekuensi buang air kecil terutama di malam hari.

Dalam dunia medis, kondisi ini dikenal sebagai Lower Urinary Tract Symptoms (LUTS).

Baca juga: Joe Biden Didiagnosis Menderita Kanker Prostat Agresif, Begini Postingan Presiden AS Donald Trump

“LUTS bisa disebabkan oleh banyak hal. Tidak hanya pembesaran prostat jinak (benign prostatic hyperplasia atau BPH), tapi juga bisa karena kelemahan atau hiperaktivitas otot kandung kemih,” jelasnya.

Satu dari Dua Pria Usia 70+ Berisiko Mengalami BPH

Data menunjukkan bahwa seiring bertambahnya usia, risiko mengalami BPH meningkat signifikan. Di usia 50-an, satu dari lima pria mulai merasakan gejalanya.

Namun di usia 70 tahun ke atas, risikonya melonjak—satu dari dua pria diperkirakan mengalami pembesaran prostat.

“BPH memang tergolong jinak, tapi bisa berdampak luas. Jika tidak ditangani, pembesaran prostat dapat mengganggu fungsi kandung kemih hingga berdampak ke ginjal,” ungkap dr. Egi.

“Kandung kemih yang tidak bisa mengeluarkan urine dengan optimal bisa menyebabkan tekanan balik ke ginjal, yang berisiko menurunkan fungsi ginjal itu sendiri.”

Deteksi dini merupakan kunci utama dalam menangani gangguan prostat.

Salah satu indikator penting yang perlu diperiksa adalah PSA (Prostate Specific Antigen), yaitu protein yang diproduksi oleh kelenjar prostat dan dapat terdeteksi melalui tes darah.

“PSA bisa membantu mengidentifikasi apakah ada potensi pembesaran prostat jinak atau bahkan risiko kanker prostat. Meski pembesaran prostat jinak lebih umum, kita tidak bisa mengesampingkan kemungkinan lain yang lebih serius,” jelasnya.

Baca juga: 30 Ribu Kasus Kanker Paru Terdiagnosis Setiap Tahun, Skrining Sejak Awal Penting

Egi juga mendorong masyarakat untuk mengisi self-assessment questionnaire sederhana guna menilai tingkat keparahan gejala. Skor ringan (1–7) biasanya masih dapat ditangani secara konservatif, namun skor sedang hingga berat (8 ke atas) perlu dikonsultasikan ke dokter.

Selain pemeriksaan rutin, dr. Egi juga menekankan pentingnya pola makan sehat untuk menjaga kesehatan prostat. Ia menyarankan konsumsi makanan yang kaya antioksidan seperti tomat (yang telah dimasak), sayuran hijau, ikan laut, dan buah-buahan.

“Tomat yang dimasak mengandung likopen aktif yang membantu menjaga kesehatan prostat. Jadi bukan sekadar makan sehat, tapi tahu cara pengolahannya juga penting,” katanya.

Sebagai penutup, dr. Egi berpesan kepada para pria untuk tidak mengabaikan gejala sekecil apa pun terkait buang air kecil. Ia juga mengajak para istri atau anggota keluarga untuk ikut peduli terhadap kesehatan pasangannya.

“Pria cenderung memendam keluhan dan mengabaikan gejala. Padahal jika ditangani lebih awal, risikonya bisa diminimalkan. Pemeriksaan prostat bukan hal yang tabu, tapi bentuk tanggung jawab terhadap kualitas hidup,” tegasnya. 

 

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan