KLB Campak
Tak Sekadar Ruam, Campak Bisa Sebabkan Radang Paru dan Kematian Anak
Di balik gejala khas campak berupa ruam merah ada risiko komplikasi berat yang bisa mengancam nyawa anak-anak.
Penulis:
Aisyah Nursyamsi
Editor:
Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Campak sering disalahartikan sekadar penyakit kulit dengan ruam merah.
Padahal, di balik gejala khas itu, ada risiko komplikasi berat yang bisa mengancam nyawa anak-anak.
Baca juga: Campak Lebih Menular dari Covid-19, IDAI Tegaskan Imunisasi Bukan Sekadar Pilihan, Tapi Hak Anak
Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Prof DR Dr Edi Hartoyo, SpA, Subs IPT(K) menjelaskan bahwa campak disebabkan oleh virus morbili yang menular melalui droplet dan kontak langsung.
Masa inkubasi sekitar 10–12 hari, kemudian muncul gejala klasik berupa demam tinggi, batuk pilek, mata merah, dan ruam yang menjalar dari kepala ke tubuh.
“Diagnosis campak sebenarnya bisa ditegakkan dari gejala klinis yang khas: demam, batuk pilek, mata merah, dan ruam. Pemeriksaan laboratorium jarang dilakukan karena tidak semua fasilitas tersedia,” tutur Prof. Edy pada diskusi media virtual, Rabu (27/8/2025).
Sering Terjadi Komplikasi Radang Paru

Meski tampak sederhana, campak bisa berujung fatal, bahkan hingga kematian.
Radang paru (pneumonia) menjadi komplikasi paling sering dan berbahaya.
Baca juga: Ada Penolakan Imunisasi saat Sumenep Jawa Timur Dilanda KLB Campak, Ini Langkah Pemerintah
Data yang pernah dicatat di RSUD Ulin Banjarmasin Kalimantan Selatan menunjukkan 6 persen pasien campak mengalami pneumonia, 8 persen diare, 7 persen otitis media, sementara kasus radang otak (ensefalitis) memang lebih jarang, sekitar 0,1 persen.
“Pada anak dengan gizi buruk, imunitas rendah, atau kekurangan vitamin A, risiko komplikasi jauh lebih berat,” jelasnya.
Pencegahan Lebih Murah daripada Pengobatan
Hingga kini, terapi campak hanya bersifat suportif.
Vitamin A menjadi intervensi penting untuk mempercepat penyembuhan kulit dan mencegah kerusakan mata.
Namun, itu pun tidak menggantikan perlindungan utama.
Menurut Prof. Edy, imunisasi campak-MR tetap satu-satunya cara efektif menekan angka penularan.
Tanpa itu, setiap anak yang tidak divaksin berpotensi menjadi titik penyebaran baru di tengah masyarakat.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.