Henti Jantung Bisa Terjadi di Mana Saja, Dokter Ingatkan Pentingnya Bantuan Hidup Dasar
Penanganan cepat dalam situasi henti jantung dapat menyelamatkan nyawa sebelum tenaga medis tiba.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Bayangkan seseorang tiba-tiba roboh karena henti jantung di depan Anda.
Dalam empat menit pertama, keputusan Anda bertindak atau diam bisa menentukan hidup atau matinya orang itu.
Inilah alasan mengapa Bantuan Hidup Dasar (BHD) menjadi keterampilan penting yang seharusnya dikuasai siapa pun, bukan hanya tenaga medis.
Baca juga: Penjelasan RSUP Dr Sardjito soal Penyebab Kematian Rheza Sendy: Henti Jantung
Dokter spesialis jantung, dr. Hasjim Hasbullah, Sp.JP, FIHA, AIFO-K, menegaskan bahwa penanganan cepat dalam situasi henti jantung dapat menyelamatkan nyawa sebelum tenaga medis tiba.
“Sebagai dokter jantung, saya sering menerima pasien yang datang terlambat. Ketika golden time sudah terlewati, jantung memang bisa kembali berdetak, tapi otak sering kali mengalami kerusakan permanen. Karena itu, BHD adalah keterampilan dasar yang wajib dimiliki siapa pun,” kata Hasjim saat sesi talkshow kesehatan di sela-sela penyerahan rekor dari Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) untuk kategori Pelatihan Bantuan Hidup Dasar secara seri dengan jumlah peserta terbanyak di Jakarta, Selasa (7/10/2025).
Dokter yang berpraktik di Siloam Hospitals Lippo Village, Rumah Sakit Umum Siloam Lippo Village, dan Siloam Hospitals Bekasi Sepanjang Jaya ini menjelaskan, waktu emas penanganan henti jantung hanya 4–6 menit.
Setelah lewat waktu tersebut, otak mulai kekurangan oksigen dan mengalami kerusakan. Jika lebih dari 10 menit, kerusakan otak hampir pasti bersifat permanen.
“Banyak pasien memang hidup kembali setelah resusitasi, tetapi tidak sadar dan harus dirawat di ICU berhari-hari. Padahal kondisi ini bisa dicegah jika pertolongan awal dilakukan dengan benar,” tambahnya.
Peran Orang Awam dalam Menyelamatkan Nyawa
Dalam banyak kasus, tenaga medis tidak selalu bisa tiba tepat waktu. Karena itu, masyarakat umum yang berada di sekitar korban justru menjadi garda terdepan penyelamat nyawa.
“Ketika seseorang tiba-tiba jatuh dan tidak bernapas, jangan panik atau hanya berteriak minta tolong. Segera lakukan BHD sesuai prosedur. Pertolongan cepat dan tepat dapat meningkatkan peluang hidup korban secara signifikan,” ujarnya.
Hasjim juga mengingatkan masyarakat untuk berhati-hati terhadap informasi keliru di media sosial terkait penanganan korban henti jantung.
“Sayangnya, ada yang meniru cara viral yang salah — seperti memukul dada korban — bahkan termasuk tenaga medis. Ini berbahaya dan harus diluruskan,” tegasnya.
Menurutnya, edukasi BHD harus menjadi bagian dari kesadaran publik nasional.
Dengan pelatihan yang tepat, siapa pun — guru, karyawan, sopir, hingga pelajar — bisa menjadi penolong pertama yang menentukan peluang hidup seseorang.
Kesadaran akan pentingnya BHD juga menjadi fokus Siloam International Hospitals membawa jaringan rumah sakit itu mencatatkan rekor dari Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) untuk kategori Pelatihan Bantuan Hidup Dasar secara seri dengan jumlah peserta terbanyak.
Rekor ini diumumkan pada 7 Oktober 2025 di Hotel Aryaduta Menteng, Jakarta, dengan melibatkan 9.351 peserta dari berbagai kalangan — mulai dari komunitas, sekolah, perusahaan, agen asuransi, hotel, hingga masyarakat umum.
“Penghargaan dari MURI bukan sekadar angka, tapi wujud nyata komitmen Siloam untuk menyelamatkan lebih banyak nyawa melalui edukasi kesehatan,” ujar Caroline Riady, CEO Siloam International Hospitals.
Pelatihan ini membekali peserta dengan keterampilan dasar darurat seperti Resusitasi Jantung Paru (RJP/CPR), penggunaan Automated External Defibrillator (AED), dan langkah penyelamatan sebelum tenaga medis profesional tiba.
Capaian ini bertepatan dengan momentum World Heart Day (29 September) serta sejalan dengan kampanye Siloam bertema #CepatTepat #AdaUntukJantungAnda, yang berlangsung dari Agustus 2025 hingga Januari 2026.
Kesiapsiagaan yang Menyelamatkan Nyawa
Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), penyakit jantung masih menjadi penyebab kematian nomor satu di dunia, dengan lebih dari 17,9 juta kematian tiap tahun.
Di Indonesia, prevalensinya mencapai sekitar 1,5 persen populasi, dan setiap menit tanpa pertolongan dapat menurunkan peluang keselamatan hingga 7–10 persen.
“Kunci penyelamatan pasien serangan jantung ada pada deteksi dini dan kecepatan pertolongan pertama. Pelatihan BHD bisa menjadi pembeda antara hidup dan mati,” kata Hasjim menegaskan.
Dengan semakin luasnya edukasi dan pelatihan seperti yang dilakukan Siloam, diharapkan kesadaran masyarakat akan pentingnya Bantuan Hidup Dasar semakin meningkat karena dalam situasi darurat, setiap detik bisa menjadi penentu antara hidup dan mati.
Prof Teguh Santoso Beber Metode Baru Tangani Pasien Jantung Koroner di Indonesia |
![]() |
---|
Ketahui 3 Penyakit Jantung Paling Berbahaya, Bisa Picu Kematian Mendadak |
![]() |
---|
Sebab Kematian Mendadak Menurut Dokter Spesialis Jantung |
![]() |
---|
Apa Bedanya Henti Jantung dengan Serangan Jantung? |
![]() |
---|
Langkah-langkah BLS, Pertolongan Pertama pada Henti Jantung |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.