10 Tanda Narsisis atau Kemungkinan Memiliki NPD: Salah Satunya Suka Menjadi Pusat Perhatian
Inilah ciri-ciri narsisis, kemungkinan memiliki gangguan kepribadian narsistik (NPD), salah satunya suka menjadi pusat perhatian.
TRIBUNNEWS.COM – Apakah Anda seorang narsisis?
Istilah “narsis” umumnya digunakan untuk menggambarkan sifat kepribadian yang sombong atau terlalu mencintai diri sendiri.
Namun, sifat ini tidak selalu menunjukkan adanya gangguan kepribadian narsistik (NPD).
Gangguan Kepribadian Narsistik (NPD) vs. Narsisme
Memiliki kecenderungan narsistik—seperti menyombongkan diri atau menjadikan diri pusat perhatian—adalah hal yang wajar jika terjadi sesekali.
Gangguan kepribadian narsistik (NPD) berbeda.
Gejalanya lebih parah, muncul di berbagai situasi dan lingkungan, dan membuat hubungan dengan orang lain menjadi sulit, bahkan mustahil.
Narcissistic Personality Disorder (NPD) adalah salah satu dari berbagai gangguan kepribadian yang tercantum dalam buku Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental, Edisi Kelima (DSM-5-TR).
Gangguan ini mencakup perilaku-perilaku narsistik yang secara signifikan memengaruhi kehidupan pribadi, sosial, dan pekerjaan penderitanya.
Mengutip Health.com, perilaku-perilaku narsistik tersebut yakni:
1. Suka Menjadi Pusat Perhatian
Mengarang atau melebih-lebihkan pencapaian pribadi merupakan salah satu tanda NPD.
Anda mungkin memutarbalikkan cerita untuk mengesankan orang lain, menggambarkan diri sebagai penasihat paling tepercaya atasan, yogi paling fleksibel di kelas, atau tetangga paling populer di lingkungan Anda.
Kebohongan kecil yang tampak sepele sering kali digunakan untuk menampilkan versi ideal diri sendiri, sekaligus menutupi rasa takut tidak cukup baik.
Baca juga: Reaksi Ahmad Dhani Disebut NPD Lalu Diminta Mundur dari DPR, Sindir Maia Estianty Penyebabnya
2. Memberikan Nasihat yang Tak Diminta
Anda mungkin suka merekomendasikan restoran terbaik atau berbagi “kebijaksanaan” tentang pola asuh anak, meski tidak diminta.
Masalahnya, Anda mungkin melakukannya dengan cara yang menunjukkan superioritas, seolah Anda lebih cerdas atau berpengalaman dibanding orang lain.
Penelitian menunjukkan bahwa narsisis memiliki kompleks superioritas yang nyata, sering menampilkan rasa percaya diri berlebihan dengan mengorbankan orang-orang di sekitar.
3. Tidak Sabar Menunggu
Orang narsisis sering merasa berhak atas perlakuan istimewa, seolah dunia harus berputar di sekitar mereka.
Mereka mudah frustrasi jika pesan mereka tidak segera dibalas atau bila harus menunggu dalam antrean.
Rasa berhak ini juga muncul di lingkungan sosial, keluarga, bahkan dalam urusan administratif.
4. Ambisi Tanpa Batas
Memiliki impian besar adalah hal positif, tetapi meyakini diri ditakdirkan menjadi hebat secara istimewa bisa menjadi tanda narsisme.
Asumsi berlebihan seperti ini merupakan gejala klasik NPD.
Orang narsisis cenderung merasa unik dan termasuk golongan elit, hanya ingin bergaul dengan orang “berstatus tinggi”, serta terobsesi dengan simbol-simbol status.
Mereka juga kerap meremehkan orang lain yang dianggap tidak setara.
5. Pandai Menebar Pesona
Narsisis umumnya terampil membuat orang lain merasa penting.
Namun, perhatian yang mereka berikan sering kali bersifat transaksional, mereka berharap orang lain membalas dengan kekaguman yang sama.
Perilaku seperti ini merupakan ciri khas NPD yang berakar pada kebutuhan akan validasi terus-menerus.
6. Sangat Kompetitif
Baca juga: Dituding NPD, Baim Wong Ungkap Hasil Pemeriksaan Kesehatan di Malaysia: Tak Ada Penyakit Mental
Seorang narsisis harus selalu menjadi pemenang.
Kekalahan dianggap sebagai ancaman bagi harga diri mereka.
Dorongan untuk selalu unggul membuat mereka sulit menghargai keberhasilan orang lain, karena fokus utamanya adalah membuktikan dominasi pribadi.
7. Pendendam
Narsisis sering kali tidak mampu mengelola rasa sakit hati secara sehat.
Bukannya introspeksi, mereka justru marah dan membalas dendam dengan cara menghina, meremehkan, atau mengintimidasi orang lain.
8. Tidak Pernah Salah
Mengakui kesalahan, meminta maaf, dan memperbaiki diri bukan sifat umum seorang narsisis.
Sebaliknya, mereka cenderung menyalahkan orang lain dan menunjukkan kurangnya empati terhadap perasaan orang di sekitarnya.
9. Memanfaatkan Orang Lain
Manipulasi adalah bagian khas dari perilaku narsistik.
Mereka mungkin tidak selalu menyadari hal ini, tetapi sering memperlakukan orang lain sebagai alat untuk mencapai tujuan pribadi.
Bagi mereka, hasil lebih penting daripada dampak pada orang lain.
10. Mendambakan Pengakuan dan Validasi
Narsisis sangat bergantung pada apa yang disebut “pasokan narsistik”, yakni perhatian dan kekaguman yang memberi mereka rasa berharga.
Tanpa itu, mereka dapat merasa hampa, gelisah, bahkan terlibat dalam perilaku berisiko seperti gaya hidup ekstrem atau penyalahgunaan zat.
4 Hal yang Perlu diketahui tentang NPD atai Narsisis
Menurut Zachary Rosenthal PhD, seorang psikolog klinis di Duke Health, sistem layanan kesehatan terkemuka di Amerika Serikat, inilah 4 hal yang perlu diketahui tentang NPD.
- Apakah Narsisis Orang yang Buruk?
Tidak selalu. Narsisis bukan orang jahat, tetapi perilaku mereka bisa bermasalah, dilansir dukehealth.org.
Banyak dari mereka tumbuh dengan keyakinan bahwa mereka istimewa dan pantas mendapat perlakuan lebih baik, tanpa belajar tentang empati dan kerendahan hati.
- Bagaimana NPD Didiagnosis?
Untuk mendiagnosis NPD, profesional kesehatan mental akan melakukan wawancara terstruktur untuk menilai pola perilaku seseorang.
- Apakah NPD Bersifat Genetik?
Tidak ada gen khusus untuk NPD, dan seseorang tidak dilahirkan dengan kondisi ini.
Seperti banyak kondisi kesehatan mental lainnya, lingkungan berperan besar.
Anak-anak yang sejak kecil didorong untuk merasa luar biasa dan selalu pantas mendapatkan yang terbaik, sering kali dengan mengorbankan orang lain — dapat mengembangkan NPD di kemudian hari.
Dalam lingkungan seperti ini, kepercayaan diri dihargai, sedangkan empati kurang diajarkan.
- Bisakah Seseorang Pulih dari NPD?
Ya, bisa. Namun, mengubah perilaku yang telah dipelajari membutuhkan waktu dan upaya yang besar.
Penderita Narcissistic Personality Disorder (NPD) umumnya tidak mencari bantuan secara sukarela.
Jika pun mereka melakukannya, biasanya karena mengalami masalah lain yang mendasari, seperti kecemasan atau depresi.
Hingga saat ini, belum ada pengobatan atau terapi tunggal yang terbukti efektif untuk menyembuhkan NPD sepenuhnya.
Karena itu, penyedia layanan kesehatan mental biasanya menggunakan pendekatan yang bersifat individual.
Mengenal pasien secara mendalam dan membangun hubungan saling percaya merupakan bagian penting dari proses perawatan.
Jika seseorang memiliki kemauan untuk berubah, dan terapisnya mampu membantu menjembatani kesenjangan antara perilaku saat ini dan perilaku yang diharapkan, maka peluang untuk pulih tetap ada.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.