Selasa, 14 Oktober 2025

Orangtua Perlu Waspada, Perubahan Gaya Hidup Picu Lonjakan Kanker Pada Anak

Untuk mendorong naiknya angka survival rate anak-anak penderita kanker di Indonesia, kegiatan edukasi perlu terus digencarkan

Penulis: Choirul Arifin
Editor: Eko Sutriyanto
Tribunnews/fin
EDUKASI KANKER ANAK -Kegiatan Charity Children Carnival 2025 yang diikuti puluhan anak penderita kanker se-Jabodetabek di Depok, Jawa Barat, 11-12 Oktober 2025. Kegiatan ini diselenggarakan oleh AMSA Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya Jakarta. 

Angeline menjelaskan, Kanker menjadi penyebab kematian pada anak-anak yang cukup banyak di Indonesi.

"Kanker di Indonesia cenderung meningkat seperti leukemia yang dipicu oleh faktor genetika, dengan faktor risiko seperti merokok. Kebiasaan mengkonsumsi makanan tidak sehat bisa memperparah kanker yang diderita," sebutnya.

Dia menambahkan, jika sel imun anak penderita kanker tidak bagus, sel kanker bisa sangat aktif menyebar.

Elysia Bernadeth, Ketua AMSA Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya mengatakan, sebelum kegiatan dua hari yang diselenggarakan di Depok ini, pihaknya juga menggelar pra-event di Car Free Day hari Minggu 5 Oktober di Jakarta.

"Event seperti ini kita selenggarakan setiap tahun dengan tema berbeda. Tahun 2024 kita mengangkat tema diabetes, dan di 2023 kita mengangkat tema down syndrome," sebutnya.

Elysia menambahkan, faktor gaya hidup bisa juga menjadi pemicu kanker seperti kebiasaan memakan makanan dengan kolesterol tinggi, makanan dengan karsinogenik tinggi, yakni makanan yang dibakar dengan arang sampai menghitam, kebiasaan mengkonsumsi junk food berlebihan, mengkonsumsi makanan berpengawet serta kebiasaan merokok.

Menjalani olahraga rutin terutama aktivitas jalan sehari minimal 30 menit menurutnya bisa mencegah kanker yang dipicu oleh faktor obesitas dan bisa menjadi komorbid.

Sinta Purnamastuti dari Bogor, salah satu peserta Charity Children Carnival 2025 mengatakan, anak laki-lakinya yang sekarang duduk di kelas 1 SD sudah menderita kanker saat berusia 14 hari pasca dilahirkan.

"Pertama kali tahu anak saya kena kanker saat dia di usia 14 hari. Saat lahir ada bulatan telur bebek di leher dan ada abnormalitas di uluhati. Saat lahir di Palembang, dokter mengecek darah dan menemukan kadar leukosit tinggi," sebutnya.

Dalam perkembangannya, kulit anak tiba-tiba membiru. Lalu dibawa ke IGD, hasil diagnosa dokter anak diketahui kelebihan protein dari ASI yang didapat orangtua.

Lalu dicek lab ke Prodia, diketahui ada hyperleukosit yang mencapai 10.000.
Dia K\kemudian membawa anaknya ke RS Mohamad Husein Palembang dicek lab ulang, kondisi badan makin bengkak. 

Dokter kemudian menyarankan kemoterapi. Lalu diambil sumsumnya untuk dicek di RS Kanker Dharmais. Anaknya kemudian dirawat di High Care Unit.

Sempat menjalani transfusi dari darah dari darah ayahnya dan dari PMI habis 4 kantong.
"Hasil pemeriksaan dokter di RS Kanker Dharmais anak saya terkena kanker darah. Leukemia ANL stadium 4," kata Sinta.

"Sekarang anak saya harus kontrol 3 tahun sekali. Saaat ini sudah survive di tahun kelima dan memasuki tahun keenam," imbuhnya.

Nina, orangtua dengan anak penderita kanker dari Tangerang yang juga menjadi peserta program Charity Children Carnival 2025 mengaku tahu anaknya terkena kanker ketika di usia 3 tahun.

Temuan kanker tersebut setelah dilakukan doagnosa oleh dokter RS Harapan Kita, Jakarta. Dua minggu setelah diperiksa, anaknya ketahuan menderia leukemia.

Buah hatinya tersebut kini bersekolah di kelas 7 SMP. "Aktivitas belajarnya tidak ada kendala tapi aktivitas seperti olahraga yang berat-berat dikurangi. Sekarang menjalani kontriol 1 tahun sekali," sebut Nina. (tribunnews/fin)

 

Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved