Selasa, 11 November 2025

Tak Perlu Khawatir, Ini 5 Tahapan Aman Pemeriksaan Kedokteran Nuklir bagi Pasien Kanker

Pemeriksaan kedokteran nuklir sering menimbulkan pertanyaan apakah aman dan memiliki efek samping. Ini 5 tahapan aman sebelum pengobatan.

Tribunnews.com/Rina Ayu
PEMERIKSAAN KEDOKTERAN NUKLIR. (kira-kanan) Kriswanto Trimoelja – CEO GE HealthCare Indonesia, dr. Yudistira Wastu Putra, MARS., MM Direktur Rumah Sakit Mitra Keluarga, Bekasi, dr. Esther Devina Panjaitan, SpKN – Dokter Spesialis Kedokteran Nuklir Rumah Sakit Mitra Keluarga, Bekasi saat talkshow di Bekasi, Kamis (6/11/2025). (Tribunnews.com/ Rina Ayu) 

Kemudian pasien akan menunggu di ruangan yang telah disediakan untuk dilakukan penyuntikan radiofarmaka.

Penyuntikan ini tidak terasa sakit dan tidak perlu khawatir, karena seperti mengambil darah.

Lalu obatnya dimasukkan. Dalam fase ini, membutuhkan waktu untuk terdistribusi dari ujung kepala sampai ujung kaki 60 menit sebelum pasien menjalani pemindaian (scan).

4.Waktu Pemeriksaan

Pasien akan dilakukan pemeriksaan scan.

Lama waktu scan ini tergantung dari postur tubuh pasien.

Baca juga: Nirina Zubir, Melanie Subono hingga Musisi Indie Ramaikan Penggalangan Dana Kanker Anak 

“Semakin tinggi pasiennya, semakin gemuk pasien maka dia akan membutuhkan waktu scan yang sedikit lebih lama Kenapa? Itu tergantung dari metabolisme dari pasien itu sendiri,” ungkap dr Esther.

Meskipun begitu, seluruh proses dilakukan dengan nyaman dan pengawasan ketat dari tenaga medis.

5.Aman untuk Semua Kondisi Tubuh

Banyak pasien khawatir dengan pemeriksaan kedokteran nuklir, aman atau tidak.

Juga merasakan takut pada radiasinya.

Dokter Esther menegaskan bahwa pemeriksaan tersebut aman dan tidak merusak organ tubuh.

“Dosis radiasi yang diberikan pada setiap pasien berbeda-beda dan disesuaikan secara individual,” ujarnya.

Upaya Peningkatan Akses

Kanker masih menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi di Indonesia, meskipun hingga 50 persen kasus sebenarnya dapat dicegah jika penyakit terdeteksi lebih awal.


Salah satu tantangan utama adalah keterlambatan diagnosis, yang sering disebabkan oleh keterbatasan akses terhadap teknologi pencitraan medis canggih.

Sebagai bagian dari upaya meningkatkan akses tersebut, sejumlah rumah sakit mulai mengembangkan layanan kedokteran nuklir dengan teknologi pemindaian modern seperti PET/CT dan SPECT/CT seperti RS Mitra Keluarga Bekasi Timur yang bekerja sama dengan GE HealthCare.

“Teknologi ini membantu tenaga medis mendapatkan gambaran yang lebih akurat mengenai kondisi pasien, sehingga diagnosis dan rencana pengobatan dapat dilakukan lebih tepat sasaran,“ tutur CEO GE HealthCare Indonesia, Kriswanto Trimoelja di kesempatan yang sama.

 

Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved