Minggu, 16 November 2025

Bersama Menpora, Bamsoet Apresiasi Liga Boxing SMA 2025 sebagai Upaya Redam Tawuran Pelajar

Bamsoet dan Erick Thohir membuka Liga Boxing SMA 2025, apresiasi ajang tinju pelajar yang dinilai bisa meredam tawuran dan mengubah kultur kekerasan.

Editor: Content Writer
Istimewa
ARENA SELATAN 2025 - Anggota DPR RI sekaligus Ketua MPR RI ke-15 dan Wakil Ketua Umum Partai Golkar Bambang Soesatyo (Bamsoet) bersama Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Erick Thohir saat membuka Liga Boxing Arena Selatan Antar SMA se-Indonesia 2025 di GOR Bulungan Jakarta Selatan, Sabtu (15/11/2025). 

TRIBUNNEWS.COM - Anggota DPR RI sekaligus Ketua MPR RI ke-15 dan Wakil Ketua Umum Partai Golkar Bambang Soesatyo (Bamsoet) bersama Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Erick Thohir mengapresiasi ajang tinju antar pelajar SMA Arena Selatan 2025, yang diselenggarakan di GOR Bulungan, Jakarta. 

Kegiatan ini memberikan sebuah arah baru untuk meredam tawuran dan kekerasan di kalangan pelajar dan remaja, sekaligus membangun karakter generasi muda melalui olahraga yang terukur dan profesional. Untuk diketahui, Arena Selatan 2025 melibatkan 46 pelajar SMA dari berbagai sekolah di Jakarta, ditambah enam peserta tamu yang terdiri dari alumni dan influencer.

“Di tengah meningkatnya tren kekerasan, kita memerlukan pendekatan baru yang lebih dekat dengan dunia anak muda. Arena Selatan menjawab itu. Mereka diberi ruang untuk berkompetisi, diuji mentalnya, ditempa fisiknya, dan diajarkan nilai persaudaraan,” ujar Bamsoet saat membuka Liga Boxing Arena Selatan Antar SMA se-Indonesia 2025 bersama Menpora Erick Thohir di GOR Bulungan Jakarta Selatan, Sabtu (15/11/2025).

Ketua DPR RI ke-20 dan Ketua Komisi III DPR RI ke-7 ini menjelaskan, situasi kekerasan yang melibatkan pelajar kian memprihatinkan. Sejumlah laporan lembaga pendidikan menunjukkan kekerasan di sekolah berada dalam tren yang mengkhawatirkan. Sepanjang 2024, Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) mencatat 573 kasus kekerasan di sekolah dan pesantren, naik dua kali lipat dari 285 kasus pada 2023. 

Laporan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) memperlihatkan bahwa remaja SMA/SMK usia 15–17 tahun termasuk kelompok paling rentan menjadi korban maupun pelaku kekerasan. Dalam banyak kasus, perundungan dan perkelahian terjadi berulang, bahkan berkembang menjadi pola konflik yang berbahaya.

Baca juga: Buka IMHAX 2025, Bamsoet Dorong Budaya Keselamatan Berkendara di Jalan Raya

Di Jakarta sendiri, aparat kepolisian terus menangani serangkaian tawuran remaja beberapa waktu terakhir. Polanya semakin terorganisir, yakni pertemuan diatur lewat media sosial, jumlah peserta lebih besar, dan penggunaan senjata tajam meningkat. Beberapa insiden menimbulkan korban luka berat, memperlihatkan bahwa kultur kekerasan tidak lagi spontan, tetapi berkembang menjadi bentuk ekspresi sosial yang berbahaya.

"Situasi ini menunjukkan bahwa penanganan kekerasan pelajar tidak bisa lagi bertumpu pada penindakan saja. Tetapi juga membutuhkan pendekatan preventif yang menyentuh akar psikologis dan sosial remaja," ujar Bamsoet.

Ketua Umum Keluarga Besar Olahraga Tarung Derajat dan Wakil Ketua Umum KADIN Indonesia ini memaparkan, Arena Selatan sebuah momentum yang memperlihatkan bagaimana konflik bisa dikelola dengan cara yang terhormat. Remaja diajak bertanding dalam suasana yang aman, belajar menerima kekalahan, dan merayakan kemenangan tanpa merendahkan lawan. 

"Momen setelah pertandingan dapat menjadi ruang pertemanan baru, di mana pelajar yang sebelumnya tidak saling mengenal bisa saling menghargai setelah bertemu di ring. Di ring mereka bertanding, di luar ring mereka membangun persaudaraan. Itu fondasi penting untuk mencegah tawuran,” jelas Bamsoet.

Wakil Ketua Umum/Kepala Badan Bela Negara FKPPI dan Wakil Ketua Umum Pemuda Pancasila ini menambahkan, beberapa penelitian menunjukkan bahwa olahraga terstruktur berperan besar mengurangi kecenderungan remaja terlibat dalam kekerasan. Program serupa di negara lain, seperti youth boxing program di Inggris dan Amerika Serikat, berhasil menurunkan angka perkelahian pelajar dan meningkatkan kemampuan pengelolaan emosi. 

“Tinju mengajarkan kontrol diri. Anak-anak ini belajar bahwa keberanian bukan soal siapa yang paling keras memukul, tetapi siapa yang paling mampu menjaga kehormatan diri dan menghargai lawan. Anak muda yang mampu mengendalikan emosinya adalah mereka yang siap menjadi pemimpin masa depan,” pungkas Bamsoet. 

Baca juga: Bamsoet Ajak Komunitas Otomotif Jadi Perekat Sosial dan Penggerak Ekonomi Rakyat

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved