Komitmen TSI Cisarua: Dari Program Konservasi Hingga Rumah Sakit Satwa Terlengkap se-Asia Tenggara
Lembaga konservasi seperti Taman Safari Indonesia memiliki peran penting dalam menjaga kelestarian satwa dan menanamkan kesadaran masyarakat.
TRIBUNNEWS.COM - Pernahkah kamu membayangkan jika suatu hari nanti satwa-satwa endemik Indonesia seperti harimau sumatera hanya bisa kita lihat lewat foto atau video dokumenter saja?
Tentu akan sangat memilukan. Padahal keberadaan mereka adalah bagian dari identitas dan ekosistem keseimbangan alam Indonesia.
Untuk itu, lembaga konservasi seperti Taman Safari Indonesia memiliki peran penting dalam menjaga kelestarian satwa dan menanamkan kesadaran masyarakat melalui program konservasi dan edukasi.
Direktur Utama Taman Safari Indonesia, Aswin Sumampau menjelaskan, Taman Safari Indonesia berpegang pada tiga pilar utama, yaitu konservasi, edukasi, dan rekreasi. Ia menyebut, Taman Safari Indonesia sebagai salah satu lembaga konservasi ex-situ terbesar di Asia Tenggara, mendukung program-program konservasi khususnya yang tertuju kepada keanekaragaman hayati.
“Kita adalah benteng pertahanan terakhir. Ketika satwa perlahan punah, kita harus punya bank genetik agar bisa mengembangbiakkannya dan melepasliarkan kembali ke alam,” jelas Aswin kepada media di Taman Safari Bogor, Cisarua, Senin (10/11/2025).

Saat ini, Taman Safari Indonesia (TSI) merupakan satu-satunya tempat konservasi yang melakukan program bank sperma harimau sumatera. Aswin menyebut, melalui bank genetika ini, diharapkan tercipta variasi genetik yang memadai demi menjaga keberlangsungan harimau sumatera di masa mendatang.
Selain itu, TSI, khususnya di Bogor, juga terus berfokus pada penangkaran dan pengembangbiakan harimau sumatera hingga nantinya bisa dilepasliarkan jika memang kondisi alam memungkinkan, seperti 8 ekor harimau sumatera yang pernah diselamatkan dan telah berhasil dilakukan pelepasliaran oleh TSI.
Lebih dari Sekadar Wisata: Lestarikan Satwa, Edukasi Setiap Generasi
Tidak hanya harimau sumatera, mengingat lokasi Taman Safari Bogor yang berdekatan dengan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Taman Safari Indonesia juga bertanggung jawab terhadap konservasi satwa di lingkungan sekitarnya, dalam hal ini adalah owa jawa.
Taman Safari Indonesia melakukan konservasi, riset, dan breeding dengan tujuan stock population untuk satu-satunya jenis primata tidak berekor dari keluarga owa ini sehingga bisa memperkaya populasi owa jawa yang ada di habitatnya di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.
Spesies lainnya yang juga sedang fokus dikonservasi Taman Safari Bogor adalah kucing emas. Kucing emas merupakan jenis kucing yang berstatus terancam punah karena populasinya terus menurun akibat hilangnya habitat.
Untuk saat ini program konservasi kucing emas di Taman Safari Bogor berfokus pada research dan restocking untuk mendapatkan banyak pengetahuan.
Sementara itu, untuk pilar edukasi, Aswin menyebut Taman Safari Indonesia terus berkomitmen memberikan edukasi kepada masyarakat yang setiap generasinya memiliki cara pandang berbeda, khususnya di era digitalisasi seperti saat ini.
TSI juga turut bekerja sama dengan sekolah-sekolah sehingga rasa cinta dan peduli terhadap satwa juga bisa tumbuh sejak dini.
“Dari sisi edukasi itu kita harapkan mereka pulang memiliki rasa cinta yang baru terhadap satwa dan alam, sehingga pada waktu nanti mereka besar, mereka akan mendorong regulasi-regulasi ke arah lebih concern kepada alam. Mereka lebih mengetahui bahwa satwa-satwa ini harus dilindungi, misalnya ketika akan membuka hutan dan sebagainya,” jelas Aswin.
Baca juga: Marine Safari Bali: Antara Edukasi dan Upaya Menjaga Ekosistem Laut Nusantara
Rumah Sakit Satwa dengan Fasilitas Lengkap
Keseriusan Taman Safari Indonesia juga ditunjukkan dengan pengembangan fasilitas Rumah Sakit Satwa dengan luas lahan 4200m2 dan biaya investasi mencapai Rp50 miliar yang diperkirakan pembangunannya rampung di akhir tahun 2025.
Vice President of Life Science TSI Group, drh. Bongot Huaso Mulia menjelaskan, fasilitas rumah sakit yang baru terdapat beberapa penambahan, di antaranya kandang-kandang yang lebih spesifik di utilisasi seperti untuk satwa besar, satwa kecil, satwa darat, hingga akuatik. Selain itu, juga ada penambahan peralatan kesehatan yang lebih lengkap, salah satunya large bore CT Scan.
“Teknologi ini satu-satunya di dunia untuk penggunaan satwa liar. Teknologi large bore CT scan ini sebenarnya biasa dipakai untuk manusia, terutama dalam terapi radiasi. Namun karena ukurannya lebih besar, alat ini juga bisa digunakan untuk memeriksa satwa berukuran besar, seperti bison muda atau satwa besar lainnya,” jelas drh. Bongot.
drh. Bongot berharap, dengan hadirnya fasilitas kesehatan baru yang diklaim sebagai Rumah Sakit Satwa terbesar di Asia Tenggara ini bisa memperbanyak peluang kesembuhan satwa sehingga memperpanjang usia satwa. Selain itu, diharapkan juga dapat memperluas proses edukasi sehingga memperbanyak orang-orang yang berdedikasi kepada satwa liar, melalui proses transfer knowledge dan kegiatan ajar-mengajar di rumah sakit yang baru.
Tak ketinggalan, Taman Safari Indonesia juga berencana untuk menghadirkan program dimana pengunjung bisa melihat langsung bagaimana keseriusan TSI Cisarua dalam menjaga kesehatan satwa di rumah sakit satwa yang baru.
Senada dengan itu, General Manager TSI Bogor, Sere Nababan juga menjelaskan bahwa pihak manajemen juga sangat serius dalam menjaga kesehatan satwa dengan tenaga medis yang dimiliki.
“Kita punya tim medis juga, dokter hewan ada 8. Kita juga ada kuratornya, ada husbandry juga yang mengurus satwa. Kita juga ada bagian pengaturan untuk pakan. Jadi kita manajemennya itu sudah sangat baik dan sudah sangat well preparation untuk semua kebutuhan satwa-satwa kita. Termasuk juga masalah kesehatan, kita sangat serius dengan adanya pembangunan rumah sakit satwa yang baru,” ungkap Sere.
Sebagai informasi, Taman Safari Bogor saat ini juga memiliki program Behind The Scene Tour yang merupakan program eksklusif bagi pengunjung untuk bisa lebih dekat melihat dibalik layar upaya konservasi yang dilakukan Taman Safari Indonesia. Program ini tentunya akan memberikan pengalaman berbeda dan lebih mendalam yang bisa mengubah perspektif kamu tentang konservasi satwa. Tertarik untuk mencoba?
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya
A member of
Follow our mission at www.esgpositiveimpactconsortium.asia
| Penampakan Bunker Rahasia di Taman Safari Indonesia Diduga Tempat Penyiksaan Eks Pemain Sirkus OCI |
|
|---|
| Kisah Pilu Mantan Pemain Sirkus OCI: Sampai Sekarang Saya Tidak Tahu Siapa Orang Tua Saya |
|
|---|
| Kuasa Hukum Eks Pemain Sirkus: Perbudakan OCI Adalah Sejarah Kelam, Harus Segera Diakhiri! |
|
|---|
| Jansen Manansang soal Kekerasan dan Eksploitasi Pemain OCI: Hewan Saja Kami Sayang, Apalagi Manusia |
|
|---|
| Jansen Manansang Jelaskan tentang Bunker Penyiksaan: Rumah Orang Tua Saya Dulu |
|
|---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.