Musik Berdampak Positif pada Otak Anak, Begini Penjelasan Dokter
Mendengar musik bukan sekadar mendengar nada, tetapi melibatkan banyak proses kompleks di otak anak.
Penulis:
Aisyah Nursyamsi
Editor:
Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Musik bukan sekadar hiburan. Dalam dunia tumbuh kembang anak, musik berperan besar dalam merangsang berbagai area di otak.
Hal ini diungkapkan Anggota Unit Kerja Koordinasi (UKK) Tumbuh Kembang Pediatrik Sosial Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) DR Dr Lisa Pangemanan, Sp.A, Subsp.T.K.P.S(K).
Dr Lisa menjelaskan jika prosesnya dimulai dari telinga yang menangkap suara, lalu mengubahnya menjadi gelombang listrik dan mengaktifkan berbagai area otak yang saling terhubung.
Baca juga: Musik Dapat Tingkatkan Kecerdasan Anak, Ini Penjelasan Ilmiahnya
Penelitian menunjukkan bahwa respons otak terhadap suara dan musik berbeda.
Hal ini membuktikan bahwa musik, khususnya dalam bentuk pelatihan musik atau musical training, bukan sekadar mendengar nada, tetapi melibatkan banyak proses kompleks di otak anak.
Seperti proses belajar, pelatihan musik juga dimulai dari tahap reseptif.
Faktor lingkungan, usia, motivasi individu, dan kondisi personal anak memengaruhi efektivitas pelatihan musik.
Tak hanya itu, peran orangtua dan guru menjadi penopang penting dalam membentuk kemampuan anak, mulai dari keterampilan mendengar, motorik halus, hingga fokus dan orientasi waktu.
Musik bukan hanya memperkuat kemampuan mendengarkan dan membaca notasi, tetapi juga membantu anak mengembangkan fungsi eksekutif, memori verbal, keterampilan sosial, dan bahkan Intelligence Quotient (IQ).
"Sehingga kalau kita bicara mengenai bermain musik, dibutuhkan working memory, karena dia harus mengenal suara, harus bisa membedakan berbagai komponen suara, dan ini membutuhkan memory,"ungkapnya pada media briefing virtual yang diselenggarakan IDAI, Selasa (24/6/2025).
Tak hanya itu, pengalaman bermusik juga menjadi media belajar empati bagi anak.
Ketika mereka menyadari bahwa bermain musik tidak mudah, mereka belajar menghargai usaha orang lain, tidak menghakimi saat terjadi kesalahan, dan saling mendukung.
Melalui permainan alat musik, anak mengalami multi sensor motor experience.
Hal ini berdampak pada peningkatan plastisitas otak, yakni kemampuan otak untuk beradaptasi dan membentuk jaringan baru.
Bahkan, penelitian menyebutkan bahwa pelatihan musik selama lima minggu saja sudah mampu mengubah aktivitas korteks otak.
Musik juga menyeimbangkan kerja dua belahan otak.
Pemrosesan pitch lebih dominan di hemisphere kiri, sementara rhythm di kanan.
Maka, saat anak bermain musik, keduanya aktif secara simultan, mendorong kerja otak yang lebih seimbang dan optimal.
Pelaku Usaha Ogah Pakai Lagu Lokal, DJKI: Itu Langkah Keliru dan Merugikan Ekosistem Musik |
![]() |
---|
Kisruh Royalti, Dari Agnez Mo hingga Vidi Aldiano, Ariel NOAH Setuju Ada UU Khusus Bahas Musik |
![]() |
---|
Tinggalkan Ancol, Hammersonic Festival 2026 Resmi Digelar di PIK |
![]() |
---|
Pelopori Dialog Lintas Sektor soal Performing Rights, UPH Dorong Ekosistem Musik yang Lebih Adil |
![]() |
---|
5 Tips Menikmati Festival Musik di Tengah Keindahan Alam Indonesia |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.