Sabtu, 8 November 2025

Piyu Sebut Kualitas Audio Menentukan Kariernya Bermusik

Sejak dulu, diakui Piyu selektif untuk menentukan audio yang digunakan untuk rekaman bersama Padi Reborn atau personal.

Wartakota/Arie Puji
REVISI UU HAK CIPTA - Musisi Piyu Padi Reborn angkat bicara perihal perkembangan revisi UU Hak Cipta, yang kini masih berproses di DPR RI. Piyu Padi Reborn mengakui proses revisi UU Hak Cipta belum dilanjutkan, karena terkendala dari proses kerja DPR RI yang kini sedang reses. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Piyu sudah puluhan tahun berkarier di industri musik. Gitaris Padi Reborn ini mengungkapkan pentingnya memperhatikan kualitas audio.

Sejak dulu, diakui Piyu selektif untuk menentukan audio yang digunakan untuk rekaman bersama Padi Reborn atau personal.

Ia bersama personel Padi Reborn merasa memiliki kedekatan khusus dengan dunia audio karena berasal dari generasi yang tumbuh di era analog. 

“Kami adalah generasi analog. Dulu waktu mulai rekaman, semua masih direkam di pita," kata Piyu Padi Reborn sambil tertawa di IHEAC Jakarta International Audio Video Show (JIAVS) 2025, di kawasan Senayan Jaksrta Pusat, Jumat (7/11/2025).

Baca juga: Piyu Padi Akui Era Digital Permudah Musisi Promosikan Karya, Tapi yang Membuatnya Sebal

"Jadi kami tahu betul seperti apa kualitas suara yang benar-benar baik. Kami lahir di masa di mana lagu-lagu masih didengarkan dari kaset analog,” jelasnya.

Musisi sekaligus gitaris Padi Reborn, Piyu, menegaskan bahwa kualitas audio memegang peranan penting dalam perjalanan bermusik dirinya dan rekan-rekan seband. 

Dalam kesempatan itu, Padi Reborn juga memperkenalkan single terbaru mereka yang berjudul 'Ego'.

“Kami diundang di acara Jakarta International Audio Video Show 2025 untuk sekaligus memperkenalkan single terbaru kami. Kami sangat merasa terhormat bisa menjadi bagian dari IHEAC,” ujar Piyu.

Meski berangkat dari audio yang analog, Piyu tak memungkiri bahwa saat ini perkembangan audio sudah sangat berkembang pesat.

“Sebenarnya, kita para musisi atau seniman ini tidak bisa menghindari teknologi," tuturnya.

"Ketika teknologi berkembang dari analog lalu menjadi digital, itu tidak bisa kita lawan. Karena selalu ada sisi positif dan negatifnya,” ungkap Piyu.

Sementara itu, Herman Chandra, Ketua Panitia JIAVS 2025, menjelaskan bahwa tema tahun ini diangkat dari fenomena pergeseran selera dan teknologi audio di masyarakat.

“Setelah mendengarkan musik di rumah, banyak yang merasa suara digital itu kadang terlalu tajam di telinga," jelas Herman.

"Masih banyak juga yang merindukan suara analog seperti yang Mas Piyu bilang,” katanya.

Ia menambahkan, tema besar JIAVS 2025 yaitu “What is The Future of Sound, Analog or Digital?” diambil untuk mengajak publik merenungkan arah masa depan dunia audio.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved