Hadapi Anak Tantrum? Ikuti Tiga Tahap Ini agar Tidak Panik
Ada rumus sederhana untuk menghadapi tantrum anak, meskipun penerapannya memang tidak sesederhana itu.
Penulis:
Aisyah Nursyamsi
Editor:
Willem Jonata

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Menghadapi anak yang sedang tantrum bisa menjadi tantangan besar bagi orang tua, terutama jika terjadi di tempat umum atau di momen yang tidak ideal.
Namun, sebenarnya ada rumus sederhana untuk menghadapi tantrum anak, meskipun penerapannya memang tidak sesederhana itu.
Hal ini diungkapkan oleh Psikolog Pritta Tyas, M.Psi. Pertama dan paling penting adalah menerima emosi anak.
Baca juga: Kesal Terus Difitnah Dokter K, Zeda Salim Bongkar Borok Ammar Zoni: Gak Dikasih Duit Tantrum
Kedengarannya sepele, tetapi banyak orang tua justru tergesa-gesa dalam menghentikan tangisan atau amukan anak.
Kalimat seperti "Kamu nggak boleh nangis", atau "Udah, diam dulu" sering kali jadi respon spontan.
Padahal, menurut Pritta, yang dibutuhkan anak justru pengakuan bahwa emosinya valid.
“Terima emosi ini maksudnya gimana sih? Ya, jangan disuruh cepat-cepat berhenti. Biarkan mereka tahu bahwa sedih, marah, atau kecewa itu boleh,” jelasnya pada awal media di bilangan Jakarta Selatan, Senin (30/6/2025).
Langkah kedua yang tak kalah penting adalah membantu anak menamai emosinya.
Ini adalah kemampuan yang masih harus banyak dilatih oleh orang tua, terutama karena kebanyakan dari kita tidak diajarkan cara mengenali dan menyebut emosi secara spesifik sejak kecil.
Pada umumnya, orang tua hanya bisa mengenali emosi dasar seperti marah, sedih, atau senang.
Padahal, spektrum emosi anak itu sangat kaya, dan penting untuk dikenalkan sejak usia dini.
Untuk anak usia tiga hingga empat tahun ke bawah, emosi dasar masih cukup.
Tapi saat anak mulai memasuki usia empat tahun ke atas, mereka sudah bisa dikenalkan dengan istilah seperti gugup, cemas, kecewa, bahkan iri hati.
“Orang tua perlu belajar juga. Karena anak yang bisa menamai emosinya cenderung lebih mudah belajar mengendalikannya,” tambahnya.
Setelah emosi diterima dan dinamai, barulah masuk ke tahap ketiga: membimbing anak menuju solusi yang bisa diterima (acceptable solution).
Artinya, saat anak sudah mulai tenang, bantu mereka mencari cara yang membuat mereka merasa lebih nyaman.
Misalnya, tawarkan pilihan sederhana seperti: "Kamu mau minum?", "Mau ke toilet dulu?", "Mau dipeluk Mama?", atau "Mau ganti baju dulu?".
Langkah ini penting karena bukan hanya menenangkan anak, tapi juga memberikan kontrol kembali kepada mereka, dengan tetap dalam bimbingan orang tua.
Ketika anak merasa didengar dan diberi pilihan, ia lebih mudah keluar dari kondisi emosional yang tidak stabil.
Kesimpulannya, menghadapi tantrum memang tidak mudah.
Tapi jika orang tua bisa menahan diri untuk tidak langsung menghakimi, dan berfokus pada tiga langkah ini.
Yaitu, menerima emosi, membantu menamai emosi, dan membimbing ke solusi yang menenangkan, maka hubungan emosional antara anak dan orang tua juga akan semakin kuat.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.