Senin, 8 September 2025

4  Gaya Pengasuhan Anak, Mana yang Paling Ideal?

Pemahaman terhadap gaya-gaya ini penting agar orangtua dapat menyesuaikan pendekatan mereka sesuai kebutuhan perkembangan anak

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Eko Sutriyanto
Pexels.com
ILUSTRASI PARENTING - Setiap orang tua tentu memiliki cara tersendiri dalam membesarkan anak. Namun, secara psikologis, pola pengasuhan sebenarnya dapat diklasifikasikan ke dalam empat gaya utama. Pemahaman terhadap gaya-gaya ini penting agar orangtua dapat menyesuaikan pendekatan mereka sesuai kebutuhan perkembangan anak. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Setiap orang tua tentu memiliki cara tersendiri dalam membesarkan anak. Namun, secara psikologis, pola pengasuhan sebenarnya dapat diklasifikasikan ke dalam empat gaya utama.

Pemahaman terhadap gaya-gaya ini penting agar orangtua dapat menyesuaikan pendekatan mereka sesuai kebutuhan perkembangan anak.

Hal ini disampaikan oleh Konselor Unit Layanan Psikologi dan Bimbingan Konseling (ULPBK) Sekolah Islam Al Azhar Pekalongan, Adibah Aqilah, S.Psi., dalam acara Momspiration: Menghadapi Tantangan Pengasuhan yang disiarkan langsung di kanal YouTube Tribunnews dan TribunHealth, Minggu (20/7/2025).

“Gaya pengasuhan adalah bentuk perlakuan orang tua terhadap anak, baik dalam membimbing, menetapkan batasan, hingga memberi dukungan.

Umumnya, ada empat tipe pengasuhan yang paling sering diterapkan,” jelas Adibah.
Berikut penjelasan empat gaya pengasuhan tersebut:

 1. Autoritatif (Demokratis)

Gaya ini dianggap paling ideal karena menyeimbangkan antara kehangatan dan kedisiplinan.

Orangtua bersikap tegas namun tetap membuka ruang dialog, sehingga anak merasa dihargai tanpa kehilangan arah.

“Kehangatannya tinggi, kontrolnya juga bisa diterapkan. Orang tua tegas tapi tetap memberi dukungan,” ujar Adibah.

Baca juga: Denny Sumargo Belajar Parenting Sejak Punya Anak: Ternyata Seseru Itu

2. Otoriter

Gaya ini ditandai dengan kontrol yang tinggi namun minim kehangatan.

Anak dituntut patuh tanpa diberi ruang berdiskusi.

Akibatnya, hubungan emosional menjadi kaku dan jarak antara anak dan orang tua semakin lebar.

“Aturannya kaku. Misalnya kalau sudah A, anak harus ikut A tanpa kompromi,” katanya.
 
3. Permisif

Halaman
123
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan