Bacaan Doa
Doa ketika Gempa Bumi, Jadi Benteng di antara Peringatan dan Ujian Allah
Doa ketika gempa bumi dapat menjadi benteng di antara peringatan dan ujian dari Allah. Gempa bumi dalam Al-Quran identik dengan ujian dan azab.
Penulis:
Yunita Rahmayanti
Editor:
Whiesa Daniswara
TRIBUNNEWS.COM - Ketika terjadi gempa bumi, umat muslim dianjurkan untuk membaca doa.
Dalam sebuah hadis dijelaskan bahwa Rasulullah selalu membaca doa untuk memohon perlindungan dari keburukan Bumi.
Diriwayatkan oleh Sunan Abu Dāwūd, Abdullah bin Umar radhiyallahu anhuma berkata bahwa Rasulullah ketika bermusafir di malam hari selalu berdoa sebagai permohonan perlindungan dari bencana terkait Bumi.
Setiap kali Rasulullah (saw) bepergian dan malam tiba, beliau akan berdoa: "Hai bumi, Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah. Aku berlindung kepada Allah dari kejahatanmu, kejahatan apa yang ada dalam dirimu, kejahatan apa yang diciptakan dalam dirimu, dan kejahatan apa yang merayap di atasmu. Aku berlindung kepada Allah dari kejahatan setiap singa dan binatang hitam, ular dan kalajengking, dan dari kejahatan penduduk bumi, dan dari kejahatan orang tua dan apa yang dilahirkannya."
Gempa bumi bukan hanya merupakan fenomena alam, namun juga teguran bagi umat manusia.
Dalam buku Ad-Dāʾ wa al-Dawāʾ karya Ibnu Qayyim al-Jawzīyyah, disebutkan kisah seorang tabi‘in bernama Ibnu Abīd Dunyā yang meriwayatkan sebuah hadis mursal dari Anas bin Mālik radhiyallāhu ‘anhu.
Kisah tersebut menggambarkan momen ketika terjadi gempa bumi pada masa Rasulullah:
Ketika gempa mengguncang, Rasulullah menempelkan tangannya di atas tanah dan bersabda: "Tenanglah, karena waktumu belum tiba." Setelah itu, beliau berpaling kepada para sahabat dan bersabda: "Sesungguhnya Rabb kalian benar-benar sedang menegur kalian, maka perhatikanlah teguran-Nya." Kemudian, diceritakan kembali bahwa gempa juga terjadi pada masa pemerintahan Umar bin al-Khaththāb, dan beliau berseru kepada rakyat: “Wahai sekalian manusia, tidaklah gempa ini terjadi kecuali karena perbuatan kalian. Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, andai gempa ini terulang lagi, aku tidak ingin tinggal bersama kalian di tempat ini untuk selamanya.”
Hadis ini termasuk mursal, yaitu sanad perawiannya tidak lengkap (Anas berkata, dan sanad ke Rasulullah tidak disebutkan langsung), maka kualitasnya diakui secukupnya dalam konteks peringatan dan ta‘dzīr (teguran) dari Allah.
Selain dalam hadis, doa ketika gempa bumi disebutkan dalam Al-Quran Surat Al-Araf ayat 155-156.
Membaca doa ketika gempa bumi dapat menjadi salah satu bentuk penghambaan kepada Allah dan memohon pertolongan serta perlindungan hanya kepada-Nya.
Baca juga: Doa Keselamatan Dunia Akhirat agar Hidup Tenang dan Jauh dari Siksa Neraka
Rasulullah SAW bersabda:
“Tidaklah seorang muslim tertimpa musibah lalu ia mengucapkan apa yang Allah perintahkan kepadanya: (Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali) (Al-Baqarah: 156), Ya Allah, berilah aku pahala atas musibahku dan gantilah dengan yang lebih baik, melainkan Allah pasti akan menggantinya dengan yang lebih baik.” (HR Muslim no 1525)
Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyebutkan doa ketika gempa bumi dalam lamannya.
Doa Ketika Gempa Bumi
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ خَيْرَهَا، وَخَيْرَ مَا فِيهَا، وَخَيْرَ مَا أُرْسِلَتْ بِهِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا، وَشَرِّ مَا فِيهَا، وَشَرِّ مَا أُرْسِلَتْ بِهِ
Allahumma inni asaluka khairaha wa khaira ma fiha, wa khaira ma arsalta bihi, wa audzubika min syarriha, wa syarri ma fiha wa syarri ma arsalta bihi.
Artinya: "Ya Allah, aku memohon kehadirat-Mu kebaikan atas apa yang terjadi, dan kebaikan apa yang di dalamnya, dan kebaikan atas apa yang Engkau kirimkan dengan kejadian ini. Dan aku memohon perlindungan kepada-Mu dari keburukan atas apa yang terjadi dan keburukan atas apa yang terjadi di dalamnya, dan aku juga memohon perlindungan kepada-Mu atas apa-apa yang Engkau kirimkan." (HR An Nasa i).
atau
رَبِّ لَوْ شِئْتَ اَهْلَكْتَهُمْ مِّنْ قَبْلُ وَاِيَّايَۗ اَتُهْلِكُنَا بِمَا فَعَلَ السُّفَهَاۤءُ مِنَّاۚ اِنْ هِيَ اِلَّا فِتْنَتُكَۗ تُضِلُّ بِهَا مَنْ تَشَاۤءُ وَتَهْدِيْ مَنْ تَشَاۤءُۗ اَنْتَ وَلِيُّنَا فَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا وَاَنْتَ خَيْرُ الْغٰفِرِيْنَ. وَاكْتُبْ لَنَا فِيْ هٰذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةً وَّفِى الْاٰخِرَةِ اِنَّا هُدْنَآ اِلَيْكَۗ
Rabbi lau syi’ta ahlaktahum min qablu wa iyyaya, atuhlikunaa bimaa fa’alas-sufahaau minnaa, in hiya illa fitnatuka tudhillu bihaa man tasyaau wa tahdhi man tasyaa, anta waliyyuna faghfir lanaa warhamnaa, wa anta khairul-ghaafirin, waktub lanaa fiii haadzihid-dunya hasanatan wa fiil-akhirat inna hudna ilaika
Artinya: “Ya Tuhanku, jika Engkau kehendaki, tentulah Engkau membinasakan mereka dan aku sebelum ini. Apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang kurang akal di antara kami? Itu hanyalah cobaan dari-Mu. Engkau menyesatkan siapa yang Engkau kehendaki dengan cobaan itu dan Engkau memberi petunjuk siapa yang Engkau kehendaki.
Engkaulah Pelindung kami. Maka, ampunilah kami dan berilah kami rahmat. Engkaulah sebaik-baik pemberi ampun. Tetapkanlah untuk kami kebaikan di dunia ini dan di akhirat. Sesungguhnya kami kembali (bertobat) kepada Engkau.” (QS Al-Araf (7): 155-156)
atau
إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ، اللَّهُمَّ اؤْجُرْنِي فِي مُصِيبَتِي وَأَخْلِفْ لِي خَيْرًا مِنْهَا
Inaa lillahi wainnaa ilaihi raaji’uun. Allahumma`jurnii fii mushiibati wa akhlif lii khairan minhaa.
Artinya: “Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan akan kembali kepada Allah. Ya Allah, berilah kami pahala karena musibah ini dan tukarlah bagiku dengan yang lebih baik daripadanya.” (Surat Al-Baqarah ayat 156)
Imam Nawawi menyebutkan doa lainnya dalam kitabnya al-Adzkar, bahwa Rasulullah SAW mengajarkan Sayyidina Ali sebuah doa yang dibaca ketika menghadapi kesulitan ataupun bencana agar Allah SWT menghilangkan bencana tersebut.
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللّٰهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ
Bismillahirrahmanirrahim wala haula wala quwwata illa billahil ‘aliyyil ‘azhim.
Artinya: "Dengan menyebut nama Allah yang Mahapengasih dan Mahapenyayang. Tiada daya dan kekuatan (bagi kami) melainkan hanya dengan pertolongan Allah yang Maha Tinggi lagi Maha Agung.” (Abu Zakariya an-Nawawi, al-Adzkar, Daarul Fikr, halaman 123)
Ayat-ayat tentang Gempa Bumi
Gempa bumi disebutkan beberapa kali dalam Al-Quran.
Dalam Surat Al-a’raf ayat 78, Allah mendatangkan azab gempa bumi kepada kaum Tsamud yang menantang Nabi Shaleh.
Mereka tidak mau beriman kepada dakwah Nabi Shaleh ‘alaihis-salām.
Bahkan ketika Allah memberikan mukjizat berupa unta betina yang keluar dari batu besar sebagai tanda kekuasaan-Nya, mereka justru menentangnya.
Unta itu menjadi simbol ketaatan dan ujian bagi mereka, tetapi mereka malah menyembelihnya.
Karena kesombongan dan kedurhakaan kaum Tsamud, Allah menurunkan azab berupa gempa bumi kepada mereka.
“lalu datanglah gempa menimpa mereka dan mereka pun mati bergelimpangan di dalam reruntuhan rumah mereka”. (QS. Al-a’raf [7]:78).
Gempa bumi sebagai azab yang pedih juga disebutkan dalam Surat Al-'Ankabut ayat 37.
Kaum Madyan (umat Nabi Syuaib) menolak dakwah beliau.
Mereka terkenal dengan kecurangan dalam takaran dan timbangan, serta sering berbuat zalim dalam perdagangan.
Nabi Syuaib mengingatkan agar mereka jujur dan beribadah hanya kepada Allah, tetapi mereka malah mengejek dan mendustakannya, hingga Allah menurunkan azab gempa bumi.
"mereka mendustakannya (Syu’aib), maka mereka ditimpa gempa yang dahsyat, lalu jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di tempat-tempat tinggal mereka”. (QS. Al-‘Ankabuut [29]:37).
Gempa bumi juga disebutkan dalam Surat Al-Zalzalah ayat 1 dan Al-Waqiah ayat 4 yang menggambarkan gempa dahsyat pada hari kiamat.
“Apabila bumi digoncangkan dengan guncangan yang dahsyat (yang sebenarnya).” (QS. Al-Zalzalah: 1)
“Apabila bumi diguncangkan dengan guncangan yang dahsyat.” (QS. Al-Waqi‘ah: 4)
Hikmah Gempa Bumi
Gempa bumi di dalam Al-Quran disebutkan sebagai peringatan, cobaan, dan ujian bagi manusia atas dosa dan kesalahannya.
Menurut pendapat al-Kirmani, Ibnu Hajar al-Asqalani menyatakan, musibah menurut hukum adat berarti sesuatu yang menimpa manusia yang secara khusus hal tersebut dibencinya, sebagaimana disebut dalam skripsi berjudul GEMPA BUMI DALAM PERSPEKTIF AL-QURAN oleh Mohamad Gofar, mahasiswa jurusan Tafsir Hadits, Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Walaupun demikian, kata al-Asqalani, musibah yang menimpa seorang muslim setidaknya mempunyai tiga hikmah, yaitu sebagai sarana penghapus dosa, sarana meningkatkan derajat keimanan, dan sarana amal kebaikan.
Namun, hikmah tersebut tidak akan didapat seorang muslim jika ia tidak bersabar dan ikhlas dalam menghadapi musibah yang dideritanya.
Usaha seorang muslim yang menghadapi musibah itulah yang dicatat sebagai amal kebaikan dan mendatangkan hikmah kepadanya.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.