Jumat, 12 September 2025

Liang Bua, Situs Prasejarah di Pulau Flores NTT yang Pernah Menggemparkan Dunia

Situs prasejarah Liang Bua menggemparkan dunia menyusul temuan spesies hominid purba Homo floresiensis atau hobbit dari Flores.

Dok. Tim JKW-PWI
Memasuki provinsi ke-25, Tim Jelajah Kebangsaan Wartawan (JKW)–PWI yang terdiri dari Sonny Wibisono, Indrawan Ibonk, Aji Tunang Pratama dan Yanni Krishnayanni berkesempatan mengunjungi situs arkeologi bersejarah Liang Bua yang terletak di desa Liang Bua Kecamatan Rawung Utara, Kabupaten Manggarai, Flores. 

Berdasarkan bukti-bukti temuan arkeologis yang didapatkan dalam penelitian selama ini telah memprediksikan Liang Bua merupakan suatu situs gua hunian (okupasi) manusia prasejarah yang terus berlanjut.

Gua Liang Bua diperkirakan telah berumur sekitar 190.000 tahun. Menuru perkiraan, gua ini terbentuk dari arus sungai yang mengalir dan membawa bebatuan hingga menembus gundukan bukit.

Setelah berlangsung lama dan membutuhkan proses yang sangat panjang, bebatuan itu kemudian menjadi batuan sedimentasi.

Di dalam Liang Bua Ruteng, kita akan menemukan stalagtit cantik yang menghias dan menjuntai dari langit-langit gua.

Dipercaya gua ini lalu dihuni leluhur manusia modern sejak 10.000 tahun silam.

Gua Liang Bua di Kabupaten Manggarai dan batu besar berbentuk kemaluan pria (kiri).
Gua Liang Bua di Kabupaten Manggarai dan batu besar berbentuk kemaluan pria (kiri). (Pos Kupang/ Egy Moa)

Jauh sebelumnya, telah ada manusia kerdil alias Homo Floresiensis yang memiliki tinggi badan 100 centimeter, dan berat badan hanya 25 kilogram.

Mereka menjadikan gua ini sebagai tempat berlindung. Dengan selaksa daya tariknya, gua ini sangat menawan bagi para ilmuwan maupun masyarakat biasa.

Ciri-ciri Hunian Masa Prasejarah

Dilihat dari morfologinya , Liang Bua memang memiliki ciri sebagai hunian pada masa prasejarah.

Hal tersebut terlihat dari ukuran gua yang dalam dan lebar dan atap yang tinggi, serta lantai gua yang luas dan relatif datar.

Mulut gua yang menghadap ke timur laut turut mendukung untuk mendapatkan sinar matahari yang cukup dan sirkulasi udara yang baik.

Lokasi gua yang dekat dengan aliran sungai (Sungai Wae Racang dan Wae Mulu), turut mendukung penghuninya untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Penelitian lanjutan umumnya dikerjakan Puslit Arkenas, bekerjasama dengan Universitas New England dan Universitas Wollongong, Australia.

Sejak 2001 hingga saat ini di Situs Liang Bua, telah banyak menghasilkan temuan arkeolog yang sangat penting bagi ilmu pengetahuan.

Kerangkanya ditemukan pada lapisan Plestosen Akhir di kedalaman 5,9 meter pada lapisan ini, ditemukan kurang lebih 9  individu Homo Florensis.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan