Liputan Eksklusif Tribunnews Bogor
Demi Uang, Susi Rela Belasan Kali Lakukan Kawin Kontrak di Puncak Bogor
“Kalau 10 hari bayarnya Rp 7 juta. Tapi kalau Cuma dua hari paling Rp 700 ribu sampai Rp 1 juta,”
Hanya dengan berbekal uang mahar antara Rp 2,5-3 juta, plus adanya saksi dan amil-sebutan untuk penghulu-, sah lah bagi turis Timur
Tengah itu tidur dengan wanita-wanita tersebut.
Padahal bagi warga pribumi, model perkawinan seperti itu jelas tidak sah.
Betapa tidak, amil yang disiapkan untuk mengawinkan warga Timur Tengah dengan wanita pribumi, kebanyakan amil palsu yang cukup dibayar Rp 250 ribu.
“Bagaimana kita bisa menyiapkan amil beneran, kalau tiba-tiba malam-malam turis Timur Tengah itu minta dikawinkan karena mereka
ingin berkencan dengan wanita disini. Yaa, akhirnya ngambil amil cabutan saja, kadang tukang ojek atau siapapun lah,” ujar Bakrie
(40), sebut saja demikian, salah satu pemuda di daerah Desa Tugu Utara yang kerap diminta untuk menyiapkan amil.
Bakrie yang sudah banyak mengenyam asam garam seluk beluk kehidupan warga Timur Tengah di kawasan Puncak mengatakan, praktik kawin
kontrak itu fakta dan sudah terjadi sejak puluhan tahun lalu.
Namun katanya, sampai saat ini sulit membuktikan adanya praktik kawin kontrak tersebut.
“Tak kertas secuil pun untuk menunjukkan bahwa pasangan Timur Tengah dengan seorang wanita pribumi sudah melakukan kawin kontrak.
Jadi secara hukum sulit dibuktikan telah terjadi perkawinan itu, tapi fakta di lapangan, praktik itu benar-benar ada,” kata pria yang aktif mengurusi pariwisata di Puncak, Jawa Barat itu.
Lebih jauh kata Bakrie, wanita yang menjadi pelaku kawin kontrakberasal dari berbagai wilayah di Jawa Barat.
Seperti Bogor, Cianjur, Sukabumi, termasuk Garut dan sejumlah daerah lainnya.
"Mereka umumnya sengaja didatangkan agent atau calo atas pesanan turis Timur Tengah itu. Para turis berasal dari berbagai Negara di
Timur Tengah salah satunya didominasi warga Arab Saudi," kata pria yang seharinya-harinya mengelola sebuah home stay di
kawasan Puncak ini.(*)