Proyek LRT Kelapagading-Velodrome Roboh, Polisi Harus Umumkan Hasil Investigasinya
Masyarakat harus tahu secara jelas penyebab robohnya bentang LRT disana pada 22 Januari 2018 lalu.
Laporan Reporter Warta Kota, Theo Yonathan Simon Laturiuw
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Polisi harus mengumumkan penyebab robohnya bentang box girder di proyek LRT Velodrome-Kelapagading.
Ketua Presidium Indonesian Police Watch (IPW), Neta S Pane, mengatakan penting untuk diumumkan sebab proyek itu dibangun untuk kepentingan publik.
Masyarakat harus tahu secara jelas penyebab robohnya bentang LRT disana pada 22 Januari 2018 lalu.
Apalagi proyek yang sempat dihentikan itu sudah kembali dimulai, padahal belum ada kejelasan penyebab runtuhnya box girder.
Proyek LRT Velodrome-Kelapagading dikerjakan PT Jakarta Propertindo (PT Jakpro) dengan mengontrak sejumlah perusahaan sebagai sub kontraktor. "Sekarang kasus ini nyaris tak terdengar lagi," ujar Neta ketika dihubungi Warta Kota, Selasa (20/3/2018).
Padahal ketika peristiwa terjadi, kontraktor sempat menyebut investigasi akan rampung dalam 2 pekan.
Tapi nyatanya, kata Neta, sampai kini tak satupun investigasi terkait robohnya proyek itu diumumkan dengan fakta yang jelas.
Neta mengatakan IPW mendesak polisi bekerja profesional dalam kasus ini.
Jika memang ada kesalahan yang jelas, kata Neta, sebaiknya polisi melanjutkan kasus ini ke jalur hukum.
Menurut Neta, dalam robohnya bentang box girder ini ada beberapa hal yang jadi pertanyaan.
Pertama, apakah ada manipulasi bestek sehingga terjadi pengurangan kualitas bahan baku yang berujung pada manipulasi anggaran pembangunannya.
Kedua, ucap Neta, apakah ada kesalahan dalam sistem rancang bangun.
Ketiga, bagaimana kualitas tim pengawas pembangunannya.
Keempat, bagaimana jumlah pekerjanya dan bagaimana sistem shift kerja dan lemburnya, apakah jumlah pekerja tak sesuai dengan pekerjaan yang dihadapi.
Baca: Bukan Hoax, Dinas KPKP DKI Jakarta Pastikan yang Viral di Media Sosial Itu Telur Asli
Baca: Alasan Gerindra Memilih Bulan April untuk Deklarasikan Prabowo Capres 2019
Kelima, kata Neta, apakah ada kerugian negara dalam hal ini.
"Semua ini perlu dibuka ke publik atau pengadilan (jika ada indikasi pidana) agar kasus serupa tidak terulang. Jika kasus ini tidak dituntaskan polisi dikhawatirkan kualitas pembangunannya tidak sesuai harapan. Artinya, sekarang saja sudah ambruk, bagaimana nantinya jika proyek itu sudah digunakan masyarakat. Inilah yang patut dicermati," ujar Neta.
Direktur Proyek PT Jakpro, Allan Tandiono, mengatakan masih menunggu hasil dari Kemenpupera dan Puslabfor.
Menurut Allan, PT Jakpro tak jadi menginvestigasi internal karena langsung dipimpin Kemenpupera.
Tapi Allan mengatakan bahwa Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemenpupera) sudah mengecek dan tak ditemukan adanya kesalahan syarat maupun prosedur.
Makanya, ucap Allan, Kemenpupera mengizinkan proyek dilanjutkan walau belum ada hasil yang jelas terhadap penyebab robohnya bentang box girder tersebut.
Sementara Direktur Utama PT Jakarta Propertindo, Satya Heragandhi, membantah anggapan adanya kekurangan material beton sebagai penyebab robohnya bentang box girder.
"Hasil labnya sudah ada. Ada datanya," kata Satya sambil tertawa.
Uji laboratorium itu dilakukan Kemenpupera sebelum memutuskan memberi izin PT Jakpro melanjutkan proyek tersebut.
Menurut Satya, hasil uji laboratorium material beton disana menunjukkan jumlah material beton diatas spesifikasi minimum.
Kebutuhan kuat beton 42 MPa, tapi hasil uji wet join di lokasi proyek yang roboh mendapatkan hasil 46 MPa.
"Sedangkan untuk box girder 52 MPa rata atasnya. Juga untuk kualitas besi strand dan alat stressing jack, semuanya sesuai spesifikasi," kata Satya.
Tapi Satya mengakui belum ada kesimpulan terkait penyebab roboh dan menjadi kewenangan Kemenpuper untuk mengumumkanya.
Sebelumnya Ketua Komisi D DPRD DKI, Iman Satria, menyebut pihaknya harus tahu hasil investigasi tersebut.
Apabil diketahui ada kekurangan material, maka proyek harus dihentikan dan dilakukan pengecekan di setiap bentang box girder yang sudah terpasang. "Takutnya nanti sama kondisi yang di bentang lainnya. Itu kan bahaya," ujar Iman.