Sejarah Berdirinya Taman Ismail Marzuki, Awal Berdiri hingga Wajah Terbarunya
Taman Ismail Marzuki (TIM) terbentuk atas keluhan seniman yang tak punya wadah untuk melakukan pertunjukan di Jakarta.
Penulis:
Muhammad Renald Shiftanto
Editor:
Arif Tio Buqi Abdulah
TRIBUNNEWS.OCM - Taman Ismail Marzuki merupakan tempat di mana seniman-seminan di ibu kota berkumpul untuk melakukan pertunjukkan.
Taman Ismail Marzuki (TIM) berdiri sejak 1968, pada masa kemimpinan Gubernur Ali Sadikin.
Mulanya, tercetusnya pembentukan TIM adalah banyak pelaku seni yang mengeluh kurangnya fasilitas penyaluran bakat di Jakarta.
Menanggapi hal tersebut, Ali merasa keinginan pembuatan tempat kesenian tersebut selaras dengan cita-cita menjadikan Jakarta sebagai kota budaya.
“Saya ingin menjadikan ibu kota Jakarta sebagai kota budaya, di mana kesenian Indonesia dapat muncul di Jakarta,” ujar Ali seperti dikutip dari Kompas, 11 November 1968.
Akhirnya, Ali membangun Pusat Kesenian Jakarta yang kemudian diberi nama Taman Ismail Marzuki (TIM) pada 10 November 1968.
Baca juga: Revitalisasi Taman Ismail Marzuki Nyaris Rampung, Ruang Terbuka Hijau Bertambah 12 Persen
TIM awalnya memiliki tujuh bangunan, yakni teater terbuka dengan kapasitas 2.500 penonton.
Ada juga teater tertutup dengan kapasitas 500 penonton.
Bangunan pameran berukuran 39x18 meter, tempat latihan (25x17 meter), sanggar seniman, gedung pertemuan (berkapasitas 800 penonton), dan teater arena (berkapasitas 400 penonton).
Tak hanya itu, saat itu TIM memiliki taman yang jadi tempat rekreasi.
Nama tempat tersebut yakni Taman Raden Saleh (TRS).
Tempat ini sering jadi tempat untuk menikmati "paru-paru kota".
Selain itu, TIM juga punya gedung bioskop, Garden Hall dan Podium.
Berdiri tampa pembaruan, TIM akhirnya mendapatkan revitalisasi di tahun 2017.
Djarot Saiful Hidayat yang kala itu menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta memutuskan TIM perlu direvitalisasi.