Syahri mengatakan jika pihak sekolah membatalkan perjalanannya, maka sesuai perjanjian, pihak travel hanya akan mengembalikan uang sebesar 25 persen yang akan menimbulkan polemik.
"Artinya kalau kita mau mengembalikan pembiayaan ini ke orangtua siswa, orangtua siswa akan hanya menerima 25 persen, itu kan berpotensi menjadi polemik. Pasti orang tua murid yang sudah bayar, ‘kok kita nggak jadi tapi dikembalikan uangnya segini’, Itulah pertimbangannya," tuturnya.
Dia pun menjelaskan perjalanan ratusan siswa ke tiga daerah ini bukan untuk liburan, melainkan untuk belajar dengan kampus-kampus yang bekerja sama dengan sekolah hingga tinggal di rumah penduduk di desa-desa.
"Aktivitas mereka adalah mengikuti aktivitas penduduk di sekitarny. apa sih kegiatanny? melakukan observasi lingkungan baik lingkungan alam maupun budaya setempat. kemudian, hasil akhirnya nanti mereka akan menyusun sebuah laporan bentuk karya tulis ilmiah seeperti itu," jelasnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.