Tak Kirim Siswa ke Barak Militer, Pramono Anung Pilih Buka Taman dan Perpustakaan hingga Malam
Chico Hakim mengatakan, memasukkan siswa nakal ke barak militer tak akan diterapkan oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta.
Penulis:
Muhamad Deni Setiawan
Editor:
Pravitri Retno W
Ia menegaskan, program itu bukan sekadar hukuman, melainkan sebagai bentuk pembinaan yang terstruktur dan terpantau.
Hal itu disampaikan Dedi setelah bertemu dengan Menteri HAM Natalius Pigai di Jakarta, Kamis (8/5/2025).
"Saya sangat yakin 100 persen ini berhasil. Dan kami kan lebih baik punya keyakinan dan melaksanakan daripada melakukan pembiaran," ucapnya.
Dedi menegaskan, dirinya tak akan menjalankan program ini jika tak punya keyakinan berdasarkan pengalaman pribadi.
"Ya yakin, kan tidak mungkin saya lakukan kalau saya tidak meyakini. Saya selama ini melakukan riset, keliling, memahami, kemudian menangani," tuturnya.
Dedi pun menceritakan pengalamannya menangani anak-anak dengan perilaku khusus, termasuk saat menitipkan seorang anak yang kerap mencuri ke sebuah pesantren di Cireok.
"Itu anak SD kelas 5, sudah punya perilaku luar biasa. Jadi tidak mudah. Untuk menyelesaikan problem ini kita harus menangani secara bersama," ucap Dedi.
Terkait pengawasan, ia memastikan bahwa para siswa di barak militer tidak dibiarkan begitu saja, melainkan diawasi oleh tenaga profesional dari berbagai latar belakang, termasuk pegawai Dinas Pendidikan yang akan memantau dari hari ke hari.
"Yang piket di situ ada dokter, ada psikolog, ada guru ngaji. Kalau ada indikasi kekerasan, kami pasti melakukan langkah-langkah penanganan. Dan sampai hari ini tidak ada," ungkap Dedi.
Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJakarta.com dengan judul Cara KDM Atasi Kenakalan Remaja Tak Laku di Jakarta, Stafsus Pramono: Kami Punya Kebijakan Sendiri.
(Tribunnews.com/Deni/Alfarizy)(TribunJakarta.com/Dionisius Arya)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.