Jumat, 8 Agustus 2025

Revitalisasi Tari Jawa Gaya Surakarta Lewat Topeng Sekartaji

Bedhayan Topeng Abdi Sekartaji menjadi ruang perenungan—baik bagi para pelaku seni maupun penontonnya

|
Editor: Eko Sutriyanto
ISTIMEWA
SENI TARI - Pertunjukan tari bertajuk 'Bedhayan Topeng Abdi Sekartaji'. Karya ini akan dipentaskan perdana dalam Festival Bedhayan V – Panca Utsava Bedhayan di Gedung Kesenian Jakarta, pada 9 Agustus 2025 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Dalam lanskap seni pertunjukan yang semakin dinamis, sebuah karya baru lahir dari perjumpaan dua komunitas seni lintas kota, mengusung nilai-nilai klasik yang dikemas dalam semangat kekinian. 

Bertajuk Bedhayan Topeng Abdi Sekartaji, karya ini menjadi manifestasi kolaborasi, pengabdian, dan kekuatan budaya kolektif yang melampaui batas geografis dan generasi.

Karya tersebut akan dipentaskan perdana dalam Festival Bedhayan V – Panca Utsava Bedhayan di Gedung Kesenian Jakarta, 9 Agustus 2025. 

Digarap dalam waktu singkat—kurang dari tiga bulan sejak pertengahan Mei—produksi ini menjadi bukti nyata bahwa spirit kolektif mampu melahirkan karya seni yang otentik dan penuh daya gugah, meski dihadapkan pada tantangan logistik dan waktu yang menekan.

Proses kreatif Bedhayan Topeng Abdi Sekartaji menjadi ajang pertemuan dua komunitas: Sanggar Tari Nur Sekar Kinanti (NSK) dari Jakarta dan Sekartaji Art Solo (SAS) dari Surakarta.

Masing-masing membawa karakter, kekuatan, dan filosofi berkesenian yang berbeda namun saling melengkapi.

Baca juga: Seni Tari Jakarta di Panggung Dunia, Diplomasi Budaya Pelajar SMP yang Menginspirasi

NSK berperan sebagai produser, menangani seluruh aspek non-artistik seperti penggalangan dana, penyusunan proposal, promosi, hingga logistik.

Di sisi lain, SAS bertindak sebagai pelaksana produksi, mengerahkan para penari, pengrawit, dan seniman alumni Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta untuk merealisasikan konsep pertunjukan.

Menariknya, satu-satunya yang bukan berasal dari lingkungan ISI adalah Prasanti Andrini, pimpinan NSK yang juga menjadi koreografer utama.

Berkat dorongan Toni Haryo Saputro—pencipta garapan tari sekaligus sahabat lamanya—Prasanti menapak babak baru dalam kariernya, bertransisi dari penari menjadi penata tari.

“Ini adalah karya yang lahir dari ikatan persahabatan dan kepercayaan. Toni mendorong saya untuk naik kelas, dan saya menyambutnya dengan rasa haru dan tanggung jawab besar,” ujar Prasanti dalam keterangannya seperti dikutip, Kamis (7/8/2025).

Transformasi Tradisi ke Ranah Kontemporer

Bedhayan Topeng Abdi Sekartaji bukan sekadar karya tari. Ia adalah upaya merajut ulang tradisi Bedhayan gaya Surakarta ke dalam bingkai kontemporer, tanpa kehilangan akar filosofis dan nilai estetiknya.

Pementasan ini menghadirkan sembilan penari perempuan yang menari dengan topeng.

Dalam tradisi Bedhayan, penari biasanya mengedepankan ekspresi lembut dan harmoni gerak. 

Namun dalam karya ini, topeng menjadi medium yang meniadakan ekspresi personal, menggantinya dengan wajah kolektif yang seragam—sebuah metafora tentang pengabdian total dan hilangnya ego dalam laku seni.

Halaman
12
Sumber: Warta Kota
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan