Jumat, 29 Agustus 2025

Pembunuhan Kepala Cabang Bank BUMN

Pesan Terakhir Kacab Bank BUMN Sebelum Diculik: Jejak Digital yang Bisa Bongkar Motif Pembunuhan

Pesan terakhir Ilham sebelum diculik mengarah ke skema kredit fiktif. Siapa dalangnya? Jejak digital bisa bongkar motif pembunuhan terencana.

Penulis: Abdul Qodir
Kolase Tribunnews/net
PEMBUNUHAN KEPALA CABANG BANK - Kepala Cabang Bank BUMN Cempaka Putih Jakarta Pusat, Mohamad Ilham Pradipta alias MIP (37) saat diculik oleh sejumlah orang tak dikenal (OTK) di parkiran Lotte Grosir, Ciracas, Jakarta Timur, Rabu (20/8/2025). Jasad korban ditemukan di Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.  

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kasus penculikan dan pembunuhan Kepala Cabang bank BUMN Cempaka Putih, Mohamad Ilham Pradipta (37), menyisakan luka mendalam sekaligus pertanyaan besar: apa yang sebenarnya terjadi sebelum ia disergap di parkiran Lotte Grosir Pasar Rebo, Jakarta Timur, pada Rabu, 20 Agustus 2025?

Di tengah penyelidikan yang terus bergulir, jejak digital Ilham menjadi sorotan publik dan penyidik.

Unggahan terakhir di Instagram Story pribadinya, yang sebelumnya hanya berisi dokumentasi hobi touring motor gede, kini dibanjiri komentar doa dan harapan keadilan. 

Unggahan terakhirnya pada 19 Agustus 2025, hanya sehari sebelum penculikan, menunjukkan suasana ruang rapat dengan caption singkat: “Bismillah, semoga lancar.”

Kalimat itu kini dianggap sebagai pesan terakhir yang bisa menjadi petunjuk penting.

Kanit IV Subdit Resmob Ditreskrimum Polda Metro Jaya, AKP Charles Bagaisar mengungkapkan, Ilham baru saja menghadiri rapat internal sebelum disergap oleh para pelaku.

Dugaan kuat menyebutkan bahwa ia menolak permohonan kredit fiktif senilai Rp13 miliar, yang diyakini menjadi pemicu utama aksi penculikan yang berujung pada kematian tragis.

“Korban habis meeting kantor, sama teman-teman kantornya juga,” ujar AKP Charles Bagaisar saat dikonfirmasi wartawan, Jumat, 22 Agustus 2025.

Baca juga: 5 Fakta Ustaz di Bandung Dilaporkan Kasus KDRT: Istri Kedua Terlibat, Anak Perempuan Jadi Korban

Pihak keluarga pun angkat bicara. Juru bicara keluarga, Widodo Bayu Ajie, menyatakan bahwa Ilham tidak pernah mengeluhkan masalah pekerjaan kepada keluarga, termasuk kepada istrinya. Mereka baru mengetahui adanya isu besar setelah kasus ini mencuat di media.

“Tidak (pernah cerita). Malah isunya berkembang setelah kejadian. Pada saat dimuat, berita itu kan mulai muncul ada yang menyampaikan ini itu,” ujar Widodo di Dramaga, Bogor, Jawa Barat, Senin malam, 25 Agustus 2025

Profil dan Kronologi Lengkap Korban

Ilham Pradipta adalah lulusan Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) angkatan 2006. Ia bergabung dengan bank BUMN pada tahun 2012 dan meniti karier hingga dipercaya sebagai Kepala Cabang Pembantu (KCP) Cempaka Putih di Jakarta Pusat. Semasa kuliah, Ilham juga dikenal sebagai penyiar radio dengan nama siar “Dipta.”

Pada Rabu, 20 Agustus 2025, Ilham terlihat berada di parkiran Lotte Grosir Pasar Rebo setelah menghadiri rapat. Rekaman CCTV menunjukkan ia berjalan menuju mobilnya sebelum disergap oleh empat orang dari mobil putih. Meski sempat melawan, Ilham kalah jumlah dan dipaksa masuk ke kendaraan pelaku.

Baca juga:  2 Hal Disoroti Reza Indragiri soal Pembunuhan Kacab Bank, TKP Tak Ideal-Buruknya Perencanaan Pelaku

Keesokan harinya, Kamis, 21 Agustus 2025, jasad Ilham ditemukan di semak-semak Desa Naga Sari, Kabupaten Bekasi, dalam kondisi mengenaskan: tangan dan kaki terikat, mata dilakban. Hasil autopsi menyatakan ia meninggal akibat hantaman benda tumpul di leher dan dada, yang menyebabkan hipoksia atau kekurangan oksigen.

Peran 15 Tersangka Terungkap

AKTOR PEMBUNUHAN KACAB - Empat pelaku aktor intelektual penculikan dan pembunuhan Kacab Bank BUMN, Mohamad Ilham Pradipta diringkus Subdit Jatanras Polda Metro Jaya. Para pelaku ditangkap pada Minggu (24/8/2025).
AKTOR PEMBUNUHAN KACAB - Empat pelaku aktor intelektual penculikan dan pembunuhan Kacab Bank BUMN, Mohamad Ilham Pradipta diringkus Subdit Jatanras Polda Metro Jaya. Para pelaku ditangkap pada Minggu (24/8/2025). (Istimewa via TribunJakarta.com)

Polda Metro Jaya telah menetapkan 15 tersangka dalam kasus ini, yang terbagi dalam empat klaster peran:

  1. Aktor Intelektual (Dalang Perencanaan)
    DH (Dwi Hartono) – pengusaha bimbingan belajar online, ditangkap di Solo
    YJ – rekan DH dalam perencanaan, ditangkap di Solo
    AA – bagian dari tim perencana, ditangkap di Solo
    C alias Ken – ditangkap di Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara
  2. Klaster Pengintai
    F – diduga oknum aparat, masih dalam pendalaman
    S – bertugas membuntuti korban sebelum penculikan
  3. Klaster Penculik
    AT – pelaku lapangan, ditangkap di Johar Baru
    RS alias Eras – pelaku penculikan, ditangkap di Labuan Bajo
    RAH – turut serta dalam penjemputan paksa
    RW – bagian dari tim penculik, ditangkap di Jakarta Timur
  4. Klaster Eksekutor dan Pembuang Jasad
    M – pelaku penganiayaan
    T – eksekutor yang menyebabkan kematian korban
    U – membantu membuang jasad ke Bekasi
    Z – bagian dari tim eksekusi
    N – pelaku yang ikut dalam pembuangan jasad

Kasubdit Jatanras Ditreskrimum Polda Metro Jaya, AKBP Abdul Rahim, menjelaskan bahwa para tersangka telah dibagi ke dalam empat klaster peran.

“Aktor intelektual, klaster membuntuti, klaster yang menculik, dan klaster penganiayaan yang mengakibatkan korban meninggal dunia dan membuang korban,” jelas AKBP Abdul Rahim.

Para tersangka ditangkap di berbagai lokasi, termasuk Solo, Jakarta Utara, Johar Baru, Cawang, dan Labuan Bajo, menunjukkan bahwa aksi ini dirancang secara terorganisir lintas wilayah.

Penyidik masih mendalami motif utama dan kemungkinan keterlibatan pihak lain, termasuk aliran dana dan komunikasi internal yang belum terungkap.

Jejak yang Belum Selesai

Meski 15 tersangka telah ditangkap, kasus ini belum sepenuhnya terurai. Jejak digital Ilham, komunikasi internal bank, dan dugaan keterlibatan oknum aparat membuka ruang baru dalam penyidikan. Apakah Ilham menjadi korban karena berani menolak skema korupsi? Atau ada kepentingan yang lebih besar di balik pembungkaman ini?

Publik menanti jawaban, dan penyidik masih menelusuri lapisan demi lapisan. Satu hal yang pasti: pesan terakhir Ilham bukan hanya doa, tapi mungkin juga alarm sunyi yang menuntut keadilan.

Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan