Ledakan di Jakarta Utara
6 Fakta Ledakan SMAN 72 Jakarta, Total 96 Korban, Ditemukan 7 Bom Rakitan hingga Pelaku Pakai Remote
Fakta-fakta insiden ledakan yang terjadi di SMAN 72 Kelapa Gading, Jakarta Utara, pada Jumat (7/11/2025), 96 orang jadi korban.
Ringkasan Berita:
- Ledakan terjadi di SMAN 72 Jakarta di wilayah Kelapa Gading, Jakarta Utara, terjadi ketika salat Jumat (7/11/2025)
- Akibat ledakan tersebut, 96 orang menjadi korban, tiga di antaranya luka berat
- Polisi menemukan 7 bom rakitan yang digunakan pelaku untuk melancarkan aksinya di SMAN 72 Jakarta
TRIBUNNEWS.COM - Fakta-fakta insiden ledakan yang terjadi di SMAN 72 Kelapa Gading, Jakarta Utara, pada Jumat (7/11/2025).
Ledakan di masjid dekat halaman sekolah di Jalan Prihatin, RT 008/RW 002, Kelapa Gading ini, mengakibatkan sebanyak 96 orang jadi korban.
Tim gabungan dari Densus 88 Antiteror, Puslabfor Polri, Pusdokkes Polri, dan Satbrimob pun dikerahkan untuk menangani kejadian di lokasi.
Total ada tujuh bom rakitan yang ditemukan dalam peristiwa ini.
Adapun terduga pelaku di balik insiden ledakan di SMAN 72 Jakarta ini, adalah Anak yang Berhadapan dengan Hukum (ABH).
"Berdasarkan hasil lidik sementara anak yang berkonflik dengan hukum atau ABH," ucap Kapolda Metro Jaya Irjen Asep Edi Suheri, dalam konferensi pers di Mapolda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Selasa (11/11/2025).
Anak yang Berhadapan dengan Hukum (ABH) merupakan anak yang berkonflik dengan hukum, anak yang menjadi korban hukum, dan anak sebagai saksi tindak pidana (Pasal 1 ayat (2) UU No.11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak).
Lebih lanjut, Asep mengatakan, peledakan di masjid di SMAN 72 tidak termasuk tindak pidana terorisme. Pribadi terduga pelaku dinilai tertutup, tetapi menyukai konten kekerasan.
Baca juga: Densus 88 Ungkap 6 Figur yang Menginspirasi Pelaku Ledakan di SMAN 72 Jakarta
Fakta-Fakta Ledakan SMAN 72 Jakarta
1. 96 Korban, Tiga di Antaranya Luka Berat
Korban akibat ledakan di SMAN Jakarta mencapai 96 orang.
Dari total tersebut, sebanyak 67 orang mengalami luka ringan, 26 luka sedang, dan 3 luka berat.
Kapolda Metro Jaya, Irjen Pol. Asep Edi Suheri, menyampaikan sebanyak 68 orang sudah diperbolehkan pulang dari rumah sakit.
Sementara itu, 28 lainnya masih menjalani perawatan di beberapa rumah sakit, termasuk RS Yarsi, RS Pertamina, dan RS Polri.
Asep mengatakan, pihaknya juga telah mendirikan Posko Pelayanan Korban di RS Islam Cempaka Putih
“Kami menyampaikan duka dan empati yang mendalam kepada seluruh korban dan keluarga besar SMAN 72."
"Pendampingan psikologis akan terus diberikan bersama HIMPSI (Himpunan Psikologi Indonesia) dan tim Pusdokkes,” ungkapnya.
2. Polisi Temukan 7 Bom Rakitan di TKP
Total ada tujuh bom rakitan yang ditemukan dalam peristiwa ledakan di SMAN 72 Jakarta.
Dansat Brimob Polda Metro Jaya, Kombes Pol. Henik Maryanto, mengatakan dari tujuh bom rakitan itu, tiga di antaranya belum meledak.
"Jadi dari tujuh, empat yang meledak, tiga yang masih aktif sudah kita kembalikan di Markas Gegana Satbrimob Polda Metro Jaya," jelasnya di Polda Metro Jaya, dilansir situs resmi Polri.
3. Posisi Bom Rakitan, Pelaku Pakai Remote
Kombes Pol Henik menerangkan, bom rakitan itu memiliki inisiator elektrik, receiver dengan daya enam volt, bahan peledak yang mengandung potasium klorat.
Bom rakitan tersebut, memiliki bungkus yang berbeda.
Adapun di lokasi pertama, ada dua bom rakitan yang dibungkus jerigen plastik.
Terduga pelaku yang merupakan anak berkonflik hukum ini meledakkan bom dari tempat bank sampah menggunakan remote kontrol.
"Dapat disimpulkan untuk di TKP pertama di masjid, bahwa berdasarkan material yang ditemukan, rangkaian tersebut adalah rangkaian bom aktif dengan menggunakan remote," terang Henik.
Kemudian, di lokasi kedua terdapat lima bom, empat di antaranya di bank sampah dibungkus kaleng minuman.
Sementara itu, satu bom dibungkus menggunakan pipa besi.
Selanjutnya, untuk bom di lokasi Bank Sampah dan Taman Baca memakai mekanisme sumbu api memakai pemantik langsung oleh pelaku.
"Jadi kalau tidak dibakar ya bom itu tidak meledak. Namun yang dua itu dibakar oleh terduga pelaku."
"Kemudian eksplosifnya sama, menggunakan potassium chloride," jelas Henik lagi.
Baca juga: Proses Hukum Pelaku Ledakan SMAN 72 Dipastikan Sesuai UU Perlindungan Anak & Sistem Peradilan Anak
4. Bom Dirakit Sendiri, Ada yang Pakai Remote
Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri menjelaskan, terduga pelaku merakit bom rakitan seorang diri.
Menurut Juru Bicara Densus 88, AKBP Mayndra Eka Wardhana, informasi perakitan bom didapat terduga pelaku lewat internet.
"Dirakit sendiri dan pelaku mengakses melalui internet cara-cara merakit bom," katanya kepada wartawan, Selasa.
AKBP Mayndra menambahkan, beberapa bom rakitan menggunakan remote.
"Beberapa iya tapi terkait dengan teknis yang itu berkenan konfirmasi ke Gegana," ucapnya.
Terduga pelaku disebut kerap membuka 'dark web' atau forum dan situs gelap di internet.
Dark web tersebut, berisikan video dan foto-foto yang cukup sadis yakni perang hingga pembunuhan.
5. Terduga Pelaku Terinspirasi Figur
Dalam konferensi pers, AKBP Mayndra mengungkap anak berhadapan dengan hukum (ABH) yang meledakkan bom itu, terinspirasi figur ekstremis dunia.
Terduga pelaku diketahui mengagumi sejumlah tokoh pelaku penembakan massal dan tindakan kekerasan bermotif ideologi di berbagai negara.
"Ada beberapa yang menjadi inspirasi terkait figur kita sebutkan ada kurang lebih 6 yang tercatat," terangnya.
Figur-figur ekstremisme tersebut, di antaranya:
1. Eric Harris dan Dylan Klebold, pelaku penembakan di Columbine High School, Colorado, Amerika Serikat, pada 1999.
2. Dylann Roof, pelaku penembakan di Gereja Charleston, South Carolina, tahun 2015, yang diketahui berpaham supremasi kulit putih.
3. Andre Bissonnette, pelaku penembakan massal di Masjid Quebec pada 2017
4. Vladislav Roslyakov, pelaku penembakan di Politeknik Kerch, Krimea, Rusia, 2018.
5. Brenton Tarrant, pelaku penembakan di dua masjid di Christchurch, Selandia Baru, pada 2019, yang berpaham eco-fasis, rasis, dan etno-nasionalis.
6. Natalie Lynn Rupnow, pelaku penembakan di Abundant Life Christian School, Wisconsin, Amerika Serikat, pada 2024.
Densus 88 menilai, ABH melakukan copy cat atau peniruan atas aksi kekerasan dan ekstremisme figur-figur tersebut.
6. Tidak Terafiliasi Teroris
Meski begitu, pelaku ledakan di SMAN 72 Jakarta tidak terafiliasi kelompok terorisme.
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Budi Hermanto memastikan hal tersebut.
"Apakah ada kaitan dengan pelaku teror? kita juga ingin meluruskan kepada masyarakat memang terjadi di tempat ibadah tetapi yang bersangkutan ini bukan anti Islam," katanya.
Kombes Budi menyebut, tindakan pelaku dalam kasus ledakan di SMAN 72 Jakarta ialah kurangnya perhatian dari keluarga.
Terduga pelaku saat ini, masih berstatus anak berhadapan dengan hukum.
Namun hingga kini polisi belum mengungkap identitas terduga pelaku.
"Jangan sampai dipikirkan ini menjadi anti-Islam terus ataupun ini memang perbuatan murni berangkat dari dirinya sendiri," ucap Mantan Kapolres Malang Kota itu.
(Tribunnews.com/Suci Bangun DS, Reynas Abdila)
Ledakan di Jakarta Utara
| Motif Terduga Pelaku Ledakan SMAN 72: Kesepian, Dendam, dan Terinspirasi Pelaku Penembakan Massal |
|---|
| Terduga Pelaku Ledakan di SMAN 72 Jakarta Mengalami Luka di Kepala, Polisi Ungkap Penyebabnya |
|---|
| Rangkaian Kegiatan Terduga Pelaku Ledakan di SMAN 72 Jakarta Berdasarkan Rekaman Kamera CCTV |
|---|
| Terungkap 4 Jenis Bom yang Diledakan ABH di SMAN 72 Jakarta, Bom di Masjid Dikendalikan Pakai Remote |
|---|
| Densus 88 Sebut Aksi Pelaku Ledakan SMAN 72 Bukan Terorisme tapi Copycat |
|---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.