Rabu, 12 November 2025

Penangkapan Petugas DKP

Dihadang Aktivis Menlu RI Pulang Lewat Pintu Belakang

Diam-diam Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa meninggalkan kantornya melalui pintu belakang, Kamis (19/8/2010).

Penulis: Iwan Taunuzi
Editor: Anwar Sadat Guna
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Iwan Taunuzi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA
- Diam-diam Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa meninggalkan kantornya melalui pintu belakang, Kamis (19/8/2010). Marty ngacir lewat pintu belakang setelah mengetahui di depan kantornya banyak aktivis yang menunggu untuk menanyakan diplomasi barter yang dilakukan Pemerintah Indonesia dengan Malaysia terkait penangkapan tujuh nelayan Malaysia di Tanjung Berakit, Kabupaten Bintan, Kepri.

Awalnya, ajudan Marty Natalegawa telah mempersiapkan mobil dinas bernomor polisi RI 17 dengan memarkir kendaraan itu tepat di depan Kantor Kementerian Luar Negeri (KLN) dengan dikawal satu mobil kepolisian, Kamis (19/8/2010).

Melihat pemandangan itu, Ray Rangkuti yang sebelumnya merasa kecewa karena ulah Direktur Perjanjian Politik Keamanan dan Kewilayahan KLN, Bebep Djunjunan yang tidak bisa menjawab diplomasi barter yang ditanyakan aktivis tersebut.

Tahu telah dihadang para aktivis, Menteri Luar Negeri tak kunjung kelihatan padahal mobil telah menunggu. Tak lama kemudian datang seorang staf menteri yang menaiki mobil dinas KLN dan langsung meluncur  ke belakang gedung menjemput sang menteri.

Dengan tersenyum para aktivis mengatakan,"Ya, kebiasaan, lewat belakang," sorak para aktivis. Seperti diketahui, Pemerintah Malaysia bersedia memulangkan tiga petugas Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) Kepri asalkan tujuh nelayan mereka yang ditangkap di perairan Tanjung Berakit dibebaskan.

Permintaan itu ternyata direspon Indonesia dan akhirnya melepaskan tujuh nelayan tersebut. Barter inilah yang kemudian mendapat kecaman dari berbagai pihak. Pemerintah dinilai tak tegas dalam menyelesaikan kasus tersebut, padahal sesuai hasil reka ulang penangkapan tujuh nelayan tersebut, terbukti bahwa mereka masuk wilayah  perairan RI dan menangkap ikan secara ilegal.

Tragisnya,  tiga petugas DKP yang ditahan di Malaysia justru mendapat perlakuan kasar. Seorang di antaranya, Asriadi bahkan hajar bagian kepalanya dengan gagang senapan Polisi Diraja Malaysia. Akibat peristiwa itu, ia sempat dirawat di rumah sakit di Johor, Malaysia.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved