Minggu, 7 September 2025

Cinta Terakhir Bung Karno

Awal Pertemuan, Soekarno Sudah Tergoda Kecantikan Heldy (3)

KISAH perjalanan Heldy, gadis asli Tenggarong, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur yang akhirnya dinikahi Presiden I Soekarno, penuh liku.

Penulis: Achmad Subechi
Editor: Ade Mayasanto
zoom-inlihat foto Awal Pertemuan, Soekarno Sudah Tergoda Kecantikan Heldy (3)
Kompas
TAK banyak yang tahu kalau Presiden RI I Soekarno, ternyata pernah menikahi Heldy Djafar, seorang gadis asli Tenggarong, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.

Laporan Wartawan Tribunnews.com Achmad Subechi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - KISAH perjalanan Heldy, gadis asli Tenggarong, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur yang akhirnya dinikahi Presiden I Soekarno, penuh liku.

Bagaimana ceritanya Heldy bisa masuk ke dalam lingkungan Istana? Lalu apa komentar Soekarno kali pertama bertemu Heldy? Berikut kisahnya seperti yang tertuang dalam buku berjudul: Heldy Cinta Terakhir Bung Karno yang ditulis Ully Hermono dan Peter Kasenda. Buku ini diluncurkan oleh Penerbit Buku Kompas.

WAKTU terus berjalan. Heldy beranjak menjadi remaja yang menarik perhatian rekan-rekannya.

Ketika itu ia masih duduk di bangku SMP yang letaknya di Gunung Pedidi, Jalan Rondong, Demang Tenggarong, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.

Saat ia duduk di bangku SMP kelas tiga, Heldy pindah sekolah ke sebuah SMP di Samarinda. Kepindahan Heldy dilakukan karena adanya nasionalisasi perusahaan-perusahaan Belanda. Implikasinya, H Djafar, ayah Heldy untuk sementara waktu beristirahat dari pekerjaannya di Oost Borneo Maatschapppij.

Setelah tamat dari SMP, Heldy hijrah ke Jakarta menyusul kakaknya untuk mencari ilmu. Cita-cita nya menjadi seorang desainer interior.

Kendati jarak antara Samarinda-Jakarta lumayan jauh, namun Heldy tak pernah surut untuk melangkahkan kakinya meraih asa.

Dari Samarinda, ia menumpang kapal menuju Balikpapan. Selanjutnya ia naik kapal laut Naira dari Pelabuhan Semayang, Balikpapan, menuju ke Surabaya ditemani familinya, Milot dan Izhar iparnya.

Selanjutnya dari Surabaya mereka menumpang kereta api menuju Jakarta dan berhenti di Stasiun Gambir. Saat kakinya kali pertama menyentuh Jakarta, Heldy merasa bangga. Apalagi pada tahun 1963, jalanan di Jakarta sudah beraspal, jembatan Semanggi yang lebar dan membentuk lengkungan menarik, rumah dan gedung terbuat dari beton dan rimbunnya dedaunan pohon-pohon besar di tepi jalan.

Di kota metropolitan, Heldy tinggal di rumah kakaknya Erham, di Jalan Ciawi III nomer 4, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Erham sendiri bekerja di sebuah perusahaan bank dan sudah  memiliki tiga orang anak.

Sementara Yus, kakak Heldy, waktu itu masih kuliah di Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Ia memilih tinggal di asrama Kalimantan, Jalan Cimahi 16, Menteng, Jakarta Pusat.

Yus dikenal sebagai aktivis organisasi. Ketika masih kuliah ia sudah didapuk menjadi Ketua Perhimpunan Pemuda Kalimantan Timur.

Seminggu berada di Jakarta, Heldy diajak Yus main-main ke asrama. Di sana ada pemuda bernama Adji, mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Kehadiran Heldy menarik perhatian Adji.

"Siapa gadis itu?" "Oo... ini adikku, Heldy. Dia baru datang dari Kutai," jawab Yus.

Halaman
12
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan