Kerusuhan Sampang
Pengungsi Sampang Ingin Cepat Pulang ke Rumah
Lebih lagi saat ini mereka seharusnya sedang memanen tembakau.
Penulis:
Ferdinand Waskita
Editor:
Rachmat Hidayat
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA--Kerusuhan yang terjadi di Sampang masih menyisakan derita hingga kini. KontraS Surabaya mencatat masih terdapat 176 sisa pengungsi yang masih berada di GOR Sampang, Madura.
"Pada dasarnya para pengungsi itu ingin segera pulang. Mereka ingin beraktivitas," kata Koordinator Kontras Surabaya, Andi Irfan di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (23/11/2012).
Menurut Andi, para warga yang masig mengungsi telah kehilangan mata pencaharian, uang dan tempat tinggal. Lebih lagi, saat ini mereka seharusnya sedang memanen tembakau.
"Mereka sebenarnya dalam keadaan sedang memanen tembakau. Mereka tidak bisa memanen padahal itu adalah harapan satu-satunya mereka bisa memiliki harta. Hingga saat ini mereka juga tidak tahu keadaan ladangnya seperti apa," kata Andi Irfan.
Andi mengatakan pengungsi mengeluhkan keadaan di GOR Sampang. Mereka tidak dapat dengan bebas beraktivitas. "Perlu diketahui bahwa sebenarnya mereka ini kan terpenjara karena kalau mau keluar harus ijin, harus tanda tangan, dimarahi," tuturnya.
Seorang pengungsi yang juga kerabat Tajul Muluk, Iklil Al Minal juga mempertanyakan nasib warga. Bahkan, warga kini kesulitan air dan makanan di lokasi pengungsian. "Sempat berjalan kemudian distop," ujarnya.
Iklil juga merasa pengungsi Sampang tidak mendapat perhatian dari pemerintah setempat."Intinya kami pertanyakan sampe kapan kami tinggal di GOR. Kami tidak merasakan kasih sayang pemda," tuturnya.
Sedangkan Anggota Komisi VII yang memimpin rapat, Abdul Aziz Suseno menyesalkan kejadian yang menimpa pengungsi Sampang. Aziz mengatakan, akan mendesak menteri dalam negeri dan menteri agama untuk segera menyelesaikan masalah ini.
"Kami mendesak kemenag dan agama untuk menyelesaikan menurut Undang-Undang yang berlaku. Kemudian meningkatkan dialog dengan pihak yang terkait. Sekarang saatnya menunggu janji pemerintah," katanya.
Diberitakan sebelumnya, konflik bernuansa SARA antara kelompok Islam Syiah dengan kelompok Islam Sunni di Sampang, bermula dari konflik pribadi antara pimpinan Islam Syiah Tajul Muluk dengan saudaranya, Roisul Hukama, yang beraliran Sunni. Keduanya kakak beradik.
Akibatnya, pemukiman Syiah di Desa Karang Gayam dan Desa Bluran, Kecamatan Omben, Kabupaten Sampang, Jawa Timur telah hangus dibakar api yang disulut massa intoleran.