Artis Terjerat Narkoba
Tanaman Khat Jutawan Jack Bermula dari Lima Batang
Pada awalnya, tahun 2005, Jack hanya menanam lima batang pohon yang diberikan turis asal Yaman.
Penulis:
Wahyu Aji
Editor:
Ade Mayasanto

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Wahyu Aji
TRIBUNNEWS.COM, BOGOR - Nanang Surata Wijaya (47), warga RT 01 RW 05 Kampung Pasir, Puncak, Kabupaten Bogor buka-bukaan perihal tanaman khat. Ia mengaku, pada awalnya, tahun 2005, ia hanya menanam lima batang pohon yang diberikan turis asal Yaman. Hingga saat ini, lahan seluas 300 meter dikembangbiakkan dengan teknik penanaman stek.
"Sejak itu tanaman ini terus saya kembangkan sampai sekarang punya banyak tanaman," kata pria yang disapa Jack kepada Tribunnews.com, Selasa (5/2/2013).
Cara menanam dan perawatan nya tidak sulit. "Nggak ada perawatan khusus, hanya ditaman dengan cara stek. Nggak pake pupuk aja sudah numbuh sendiri. Pembelinya juga nggak mau kalau pakai pupuk karena mengandung bahan kimia katanya," kata Jack yang kini memiliki ladang Khat seluas 300 meter persegi.
Ia menambahkan, tidak membutuhkan waktu lama setelah ditanam, dalam hitungan enam sampai delapan bulan sudah panen. Ia menjualnya kepada para turis yang mendatanginya, tidak susah memasarkan.
Lebih lanjut Jack menuturkan, setiap kali pelanggannya datang, ia selalu mengambil pucuk daun tersebut dan mengumpulkannya dalam kantong plastik. "Mereka biasa langsung mengunyah daun Khat ini. Katanya sih buat obat nambah stamina, biar kuat," tuturnya.
Atas dasar itu, Jack mengaku tetap mempertahankan bisnisnya itu sebagai penjual tanaman Khat. Bahkan menurutnya, menjual daun Khat merupakan sumber pemasukan utama untuk keluarganya.
Daun Khat (Catha Edulis) menjadi populer lantaran artis muda Raffi Ahmad diketahui menggunakan dan memiliki narkoba jenis baru dari tanaman ini. Daun Khat termasuk tanaman perdu, famili dari tanaman Celastracea, berasal dari Afrika Timur dan dataran Arab. Pohonnya bisa tumbuh setinggi 3 meter, bentuk daunnya menyerupai daun sirih dan berbau harum.
Daun khat sendiri mengandung alkaloida cathinone dan cathine (katinona) sejenis zat kimia yang dapat menghasilkan ekstrak dari kandungan kimia Metilene dioxi metavetamine. Jika mengonsumsi daun ini, pengguna akan merasa kecanduan.
Bahkan, pria yang sehari-hari bekerja sebagai sopir travel ini beralih menanam Khat sebagai penghasilan utama dibandingkan profesinya utamanya mengantar turis Arab. "Sekarang kan sudah dilarang, meski belum masuk di undang-undang. Apalagi sudah digaris polisi, mana ada yang datang beli," katanya.
Jack berharap BNN dapat dapat mengganti tanaman yang mengisi pemasukan utamanya selama ini dengan tanaman alternatif. "Ya, saya minta ganti karena penghasilan saya hilang. Daripada dihukum, mendingan saya nggak menanam lagi tapi minta ganti rugi semua," ujarnya.
Tanaman ini juga banyak tumbuh di Kampung Joglo Selatan, Cibereum, dan beberapa lokasi di Cisarua. Umumnya warga di sini menanam tiga jenis tanaman ini, Khat merah, Khat merah sedang, dan Khat hijau. Badan Narkotika Nasional bekerja sama dengan Polda dan BNN Bogor tengah menyosialisasikan bahaya tanaman ini dan memberi garis polisi di lahan tersebut.
Meraih uang dengan jumlah menggiurkan, jutaan setiap minggu, menjadi alasan warga Cisarua Bogor, Jawa Barat terpikat bercocok tamam bernama Khat alias Gat (bahasa latin: Catha Edulis).
Selain Jack, warga lainnya seperti Kosasih (57), penduduk warga Jalan Pasir Tugu, Kampung Impres, Kelurahan Desa Ciebereum, Cisarua, Puncak, Bogor, Jawa Barat, menuturkan hal serupa.
Menurut Kosasih, sebelum tanaman ini dikenal warga, lahan kosong di wilayah itu lebih didominasi tanaman sayuran seperti wortel dan daun bawang.
Namun kini, seiring semakin banyaknya turis asal Arab yang datang ke wilayah Cisarua, semakin banyak pula lahan pertanian yang dimanfaatkan untuk menanami tanaman Khat. Dan turis asal Timur Tengah, biasanya semakin banyak pula datang pada musim liburan, atau sekitar bulan Juli. Saat itulah banyak turis yang datang dan mencari tanaman tersebut.
"Ya biasanya sih ada saja yang datang untuk untuk cari ini tanaman. Puncaknya ya pada musim liburan, sekitar bulan Juli. Saat itu banyak turis asal Arab yang datang, dan mereka mencari tanaman ini," kata Kosasih kepada TRIBUNNews.com.
Pemilik 300 meter kebun yang ditanami tumbuhan Khat, Nanang Surata Wijaya alias Jack, mengungkapkan semua konsumen yang membeli tanaman miliknya ini adalah turis-turis asal Arab. Pembeli berdalih membeli tanaman itu sebagai obat penguat stamina.
Karena itu, setiap kali musim liburan bagi orang-orang Arab tiba, permintaan akan tanaman ini pun selalu tinggi. Harga jual untuk daun tanaman ini pun dianggap menggiurkan. Untuk satu kantong kresek daun Khat saja, harga jualnya antara Rp 300 ribu sampa Rp 1,2 juta. Hal inilah yang dimanfaatkan oleh warga setempat untuk mencari keuntungan ekonomi.