Sabtu, 13 September 2025

Ibadah Haji 2015

"Kami Melempar Jumrah dari Lantai Tiga"

ada yang masuk ke Mekkah dengan visa haji, visa tenaga ahli atau populer dengan sebutan visa direktur, dan visa umal atau tenaga kerja

Penulis: Toni Bramantoro
ist
Heru Pujihartono (kanan) dan sahabatnya, Tubagus Adhi (kiri) di atas terowongan Mina lantai tiga saat lempar Jumroh Ustha dan Aqobah 

"Kami termasuk yang memutuskan meninggalkan Mudzalifah sekitar jam 00.30 waktu Mina, atau sekitar 04.30 wib," kata Heru Pujihartono

Heru, yang disertai sahabatnya Tubagus Adhi, menjalani ibadah haji untuk lebih mensyukuri kemajuan dari perusahaan katering Nendia Primarasa yang sudah 11 tahun berdiri.

Perusahaan katering yang didirikannya bersama istri tercintanya ini, Resti Nendia, berkembang cukup pesat dan memiliki klien fanatik yang setia pada menu-menu andalan mereka.                                                 

DIBERIKAN KEMUDAHAN     

Terkait dengan musibah yang terjadi saat melontar Jumrah Aqobah itu, Heru Pujihartono mengurai kesedihannya.

"Semoga mereka memperoleh tempat terbaik di sisi Allah swt, sesuai dengan amal ibadahnya," ungkap pemilik klub sepakbola Jakarta Matador FC ini, dan juga anggota Indonesia Millenium Development Force (IMDF) PSSI 2015-2019.                                         

Heru menjelaskan,  bahwa musibah yang di terowongan Mina saat melontar Jumrah Aqabah itu terjadi beberapa jam setelah ia menyelesaikan melontar jumrah Aqobah itu sekitar pkl empat pagi waktu setempat.

Saat itu, rombongan-rombongan besar dari Mudzalifah secara bergelombang sudah tiba di mulut terowongan. Panjang terowongan Mina hingga ke tempat melontar jumrah itu sekitar belasan kilometer.

PERKELAHIAN?                   

Bayangkan kelelahan fisik dan mental yang mendera para jamaah, tak terkecuali meraka yang berasal dari berbagai negara.

Di sisi lain, sebagian dari jemaah ingin melontar jumrah dari tingkat pertama atau terbawah. Padahal, panitia dari Indonesia sudah sejak awal memperingatkan agar jemaah Indonesia seyogyanya melontar jumrah dari tingkat tiga saja, jadi tak perlu turun ke bawah, ke lantai pertama.                                            

Ditengah kelelahan fisik dan mental itu, terjadi berbagai peristiwa memilukan di tempat pelontaran jumrah itu. Diantaranya, ada isu mengenai perkelahian antara kelompok jemaah dari Turki dengan Pakistan.

Yang jelas, situasi menjadi makin sulit dikontrol karena jumlah jemaah yang makin membesar di tempat pelontaran jumrah tersebut. Situasinya menjadi begitu mengenaskan.                               

"Subhanallah...Saya  sendiri benar-benar diberikan kelancaran dan kemudahan oleh Allah swt. Tadi malam seperti diberikan banyak keajaiban, dari usai proses tawaf di Arafah, saat di Mudzalifah, kembali ke Mina, saat melempar jumrah, dan kembali  ke tenda/makbat di mina.Semua lancar. Jam 04.an waktu setempat, atau sebelum Subuh (jam 8-an waktu Indonesia), kami sdh di Makbat, mandi bersih, melepas ihram dan sholat subuh. Alhamdulillah. Sekarang sudah  gundul. Allah Akbar," Heru menjelaskan. tb

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan