Kamis, 13 November 2025

Demo di Jakarta

Pemerintah Tak Melarang Demo 11 Februari

Menurut Wiranto pada prinsipnya pemerintah tidak akan menghalang-halangi masyarakat yang hendak menyampaikan aspirasinya.

Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM/TRIBUNNEWS.COM/LENDY RAMADHAN
Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) RI, Jend. TNI. Purn. Wiranto memimpin acara The 3rd Indonesia-Australia Ministerial Council Meeting on Law and Security di Hotel Sari Pan Pasific, Jalan M.H. Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis (2/2/2017). Dalam acara tersebut Indonesia dan Australia sepakat perkuat kerja sama dalam pencegahan dan penanggulangan terorisme. TRIBUNNEWS.COM/LENDY RAMADHAN 

Baca: Kepada Penyidik Kak Ema Mengaku Teman Dekat Firza Husein

Massa Bayaran
Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Pengurus Besar Nadhlatul Ulama (PBNU), Isfah Abidal Azis, menduga puluhan oknum warga yang melakukan aksi unjuk rasa di depan Kantor PBNU merupakan massa bayaran.

Massa yang mengatasnamakan dirinya sebagai Aliansi Santri Indonesia itu disebut tidak memahami prinsip mengenai kesantrian.

Pasalnya, saat ditanyakan mengenai asal muasal pesantren tempat mereka bernaung, sejumlah massa tidak bisa menjawabnya.

"Rekan-rekan yang datang mengatasnamakan Aliansi Santri Indonesia. Sebelum kami tampung aspirasinya, kami tanya dulu, pastikan ke mereka. Kami tanyakan dari pesantren mana? Enggak bisa jawab," ucap Isfah.

Karena itu ia menduga bahwa oknum-oknum tersebut merupakan massa bayaran. Dugaannya semakin menguat ketika pihak kepolisian dan PBNU menanyakan hal yang lebih mendalam mengenai prinsip-prinsip kesantrian.

"Saya kira seperti itu (massa bayaran). Saya rasa mereka bukan santri dan tidak pernah di pesantren. Karena tidak bisa menyebutkan mereka dari pesantren mana, kami tanyakan beberapa prinsip terkait santri tidak bisa menjawab, akhirnya kami simpulkan mereka bukan santri. Yang putri juga begitu. Berkerudung, waktu kita tanya hal-hal yang sifarnya mendasar, mereka enggak bisa jawab," ujarnya.

Pihaknya merasa tercederai karena menilai massa aksi datang dengan maksud dan tujuan yang tidak santun.

Isfah mengatakan bahwa PBNU selalu terbuka apabila ada sejumlah orang yang ingin menyampaikan aspirasi.

"Artinya melukai perasaan kami sebagai santri di NU, akhirnya kami nggak bisa ngebiarin itu terjadi. Bagi kami, bagi NU, kami harus mempertahankan marwah dan hakikat NU. Kami simpulkan mereka massa bayaran," tegasnya.

Di sisi lain, Wakapolres Metro Jakarta Pusat, AKBP Asep Guntur menyatakan aksi hanya berlangsung selama 2 menit. Mereka hanya melalukan orasi sambil membentangkan spanduk berisi aspirasi.

Sebelum membubarkan diri, pihak kepolisian mengamankan sebanyak 5 orang untuk dimintai keterangannya terkait asal muasal mereka.

"Ada 5 orang yang kami bawa ke Mapolres. Kami hanya minta keterangannya saja terkait asal muasal serta maksud dan tujuan mereka saat melakukan aksi di depan PBNU," kata Asep.

Mereka datang membawa tuntutan agar PBNU mencopot Helmy Faishal Zaini selaku Sekjen PBNU.

Bukan tanpa alasan, menurut mereka Helmy diduga berlaku tidak netral karena mendukung salah satu pasangan calon gubernur (cagub) DKI Jakarta Agus-Sylvi. (fer/rek/wly)

Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved