Minggu, 7 September 2025

Kisah Anak Pemecah Batu Cium Kaki Ayahnya karena Sukses Jadi Polisi, Dulu Sering Makan Nasi Berkutu

Bripda Asrul (20) masih ingat betul saat-saat dia bermimpi menjadi seorang polisi, perjuangan untuk meraihnya serta segala emosi yang menyertainya.

Editor: Hasanudin Aco
(TRIBUN TIMUR/DARUL AMRI)
Bripda Asrul (20) langsung mencium kedua kaki ayahnya, Syamsuar (45) usai resmi jadi polisi, Selasa (6/2/2018). Anak dari pekerja pemecah batu itu tersungkur di depan ayahnya setelah mengikuti pelantikan Brigadir muda di SPN Batua, Makassar. 

"Jadi polisi, cita-cita saya sejak kecil. Kedua orangtua saya tidak punya uang, tetapi saya terus berusaha. Saya tidak perdulikan dengan isu mendaftar polisi pakai uang banyak. Hanya dengan doa dari kedua orangtuaku. Alhamdulillah saya bisa lulus," kata Asrul.

Karena sudah memiliki cita-cita ini sejak kecil, Asrul giat berlatih dan belajar.

Sejak masih duduk di bangku SMP, Asrul setiap harinya terus latihan lari dan berenang.

"Saya terus bertekad dan berusaha agar bisa lulus polisi untuk menaikkan derajat keluargaku. Dulunya kami tidak dianggap oleh warga karena saya hanya kuli bangunan dan bapakku hanya tukang batu. Tapi setelah lulus polisi, warga semua menyalami dan banyak datang ke rumah," tuturnya.

Setelah lulus dan dilantik, Asrul yakin kehidupan keluarganya akan lebih baik.

Matanya berkaca-kaca ketika ingat dulu mereka kerap makan nasi yang berkutu karena orangtuanya tidak memiliki uang membeli beras yang bagus.

"Sering dulu makan nasi berkutu. Kata Ibu, 'sabar ya Nak, makan apa adanya'," kata Hasrul lalu meneteskan air mata.

Doa Orang Tua

Doa orangtua Di balik itu, dia ingat besarnya restu yang diberikan oleh kedua orangtuanya untuk dia mendaftar sebagai calon polisi.

Ayahnya pasrah dan memberi restu asalkan Asrul memiliki tekad kuat dan semangat untuk menjadi abdi negara. "Kedua orangtuaku dan keluargaku yang lain terus berdoa.

Bahkan, ibuku mengiriku doa Alfatihah sebanyak 1.000 kali saat mendaftar. Pesannya ibu, terus saja berusaha dan ada Allah yang sudah mengatur semuanya.

Ditambah juga nazar ayahku, beribadah terus jika saya lulus," katanya.

Ayah Asrul, Syamsuar menambahkan, dirinya tidak mempunyai uang banyak untuk meloloskan anaknya masuk polisi jika ada suap menyuap. Dimana dirinya hanya sebagai tukang batu, bahkan terkadang tidak bekerja.

"Saya tidak punya uang, saya cuma tukang batu. Kalau tidak ada kerjaan, saya ngojek, atau memulung besi-besi tua lalu dijual. Kalau saya ngojek, biasa Rp 50.000 dan kadang hanya Rp 20.000. Jadi kalau ada bayar-bayar, saya tidak sanggup. Hanya doa saya dan istriku, Rosnah yang mengiringi anakku Asrul saat mendaftar polisi," katanya.

Setelah mendaftar dan mengikuti tahapan seleksi secaba Polri, Syamsuar pun bernazar akan lebih mempekuat ibadahnya jika anaknya lulus.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan