Tak Mau Tersekat, Perempuan Golkar Tunjukkan Sikap Solid
Dina Hidayana bersama kawan-kawan kader perempuan militan Golkar menunjukkan arti penting kedewasaan berpolitik.
Editor:
Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Puluhan kader Perempuan Partai Golkar yang berasal dari organisasi perempuan sayap pendukung dari Tri Karya yakni Kosgoro 1957, Ormas MKGR dan SOKSI kompak dan solid melakukan Ziarah Kebangsaan ke makam para tokoh dan pendiri Partai Golkar.
Perempuan Golkar dari yang senior hingga milenial bersumber dari kader seperti KPPG, Wanita Swadiri, GP-MKGR dan GPPK Kosgoro 1957 berziarah bersama dalam suasana kekeluargaan.
Diantaranya ke makam Ketua Umum Golkar 1983-1988, Sudharmono; Ketua Umum Golkar 1988-1993, Wahono; Sekjen Partai Golkar Tuswandi era Ketum Akbar Tandjung,
Tokoh Perempuan Golkar yang juga Menteri Negara Urusan Peranan Wanita periode 1987-1993, Anindyati Sulasikin Murpratomo, Ibu Negara Hasri Ainun Habibie, Ibu Negara Ani Yudhoyono serta beberapa Pahlawan Revolusi seperti Jenderal A Yani dan lainnya.
Baca: Kader Muda dan Pileg 2019: Kado Manis Buat Golkar
Bukan hanya di Jakarta, Perempuan Golkar dari lintas pendidikan, usia, status sosial dan latar belakang ekonomi serta agama maupun asal suku serta posisi jabatan di masing-masing organisasi yang mereka geluti itu paska ziarah di TMP Kalibata, mereka langsung bergerak ke Cisarua, Puncak, Bogor untuk juga berziarah ke makam pendiri SOKSI - organisasi pendiri Golkar- tak lain adalah Prof Suhardiman.
Koordinator Acara Ziarah Kebangsaan Dina Hidayana menginisiasi acara ini sebagai momentum memperingati Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 74 tahun.
Hakikat kemerdekaan seyogianya juga direfleksikan oleh seluruh kader Golkar kapan pun dan dimana pun mereka berada.
"Kebersamaan kader perempuan dalam acara Ziarah Kebangsaan ini, tujuannya ingin mengingatkan kepada para Kader Golkar tentang arti penting perjuangan yang telah dilakukan oleh para pahlawan bangsa dan khususnya Pendiri Partai Golkar. Pesan pentingnya bahwa menjaga eksistensi Golkar adalah tanggung jawab moral kita bersama-para kader penerus perjuangan Partai yang kita cintai ini," ujar Dina Hidayana yang juga Pengurus DPP Partai Golkar kepada pers di sela-sela ziarah para pejuang Golkar dan bangsa di TMP Kalibata, Jakarta Selatan, Jumat (30/8/2019).
Kader Perempuan Beringin lainnya dari unsur Kosgoro 1957, Nurika Sari menginginkan persaudaraan dan pertemanan sesama kader terus terjalin dan terpelihara dalam acara produktif dalam kemasan serius tapi santai semacam ini.
Anak-Anak muda biasanya enggan belajar sejarah, apalagi ziarah makam, padahal agama pun mengajarkan bahwa ziarah merupakan bagian penting untuk manusia berkontemplasi atau introspeksi dan belajar banyak hal dari para pendahulu, urai Nurika yang biasa didaulat menjadi MC di setiap acara Golkar ini.
Dalam kesempatan yang sama, drg Rini Rachmadani menyambut positif acara ini.
Perempuan Beringin berprofesi sebagai dokter gigi ini berharap kegiatan dengan format berbeda, lain dari yang lain dan tidak selalu sama dengan fatsun politik yang sudah biasa ini agar terus dilanjutkan karena sangat bermanfaat untuk meminimalisir kesalahpahaman, kecurigaan dan menumbuhkan solidaritas antarkader.
Sementara Kader muda lainnya, seperti Mirza Prameswari terharu merasakan kebersamaan di tengah perbedaan pandangan dan preferensi terhadap kepemimpinan Golkar ke depan.
"Rupanya perempuan cukup teruji dan berpotensi menjadi garda terdepan dalam mencari solusi bersama tanpa harus menyakiti, memusuhi atau malah menyingkirkan saudara-saudaranya di Golkar, ungkap Mirza.
R Dian Hatifa, Kader Senior Pengajian Al Hidayah yang turut serta dalam acara ikut mengingatkan agar para kader politik tak mudah baper atau alergi terhadap perbedaan.
"Konflik dalam politik itu hal yang biasa. Bisa saja hari ini kawan menjadi lawan. Besoknya lawan jadi kawan, yang penting sebagai politisi jangan baperan alias sensi," ujarnya.
Mewakili Peserta Millenial dari Kawasan Timur Indonesia, Waode Rabia yang terpilih sebagai Senator dari Sultra 2019-2024, mengungkapkan, sebagai kader Perempuan muda Golkar ingin belajar dari para kakak-kakak senior.
Meski saat ini Golkar diterpa ujian kembali, kakak-kakak perempuan Beringin yang bersamanya ini tampil menunjukkan kedewasaan berpolitik.
"Karena kita sama-sama perempuan justru tidak enak hati kalau berbeda preferensi terhadap caketum Golkar lalu menjadikan kita ikut bertengkar satu sama lain, termasuk di medsos. Justru momentum kebersamaan ini mencairkan perang dingin yang terjadi di Slipi," ungkap putri Ketua Golkar Sultra, Ridwan Bae ini.
Rabia mengapresiasi cara-cara moderat yang dilakukan senior Srikandi Beringin. Sebagai generasi muda Beringin, Rabia mendorong itikad baik dan ikhtiar Para Perempuan Golkar yang berkumpul melalui berziarah bersama ini perlu diikuti pihak-pihak lain dan layak dilanjutkan di setiap kesempatan dalam kemasan acara yang variatif.
Secara khusus terkait persaingan Caketum Partai Golkar yang semakin memanas menjelang pengumuman Kabinet Jokowi-Ma'ruf Amin dan penetapan Pimpinan Dewan di Senayan ini, Dina Hidayana bersama kawan-kawan kader perempuan militan Golkar menunjukkan arti penting kedewasaan berpolitik.
"Preferensi politik boleh saja berbeda, masing-masing berhak atas kemenangan Caketum dan tujuan berpolitiknya. Namun yang terpenting silaturahmi pertemanan tak boleh putus hanya karena perbedaan pandangan atau kepentingan," tandas Dina.
Srikandi Golkar asal Jateng yang juga Pengurus KPPG ini meyakini komunikasi adalah kuncinya, karena tidak ada persoalan yang tidak bisa diselesaikan jika masing-masing pihak mampu membawa persoalan politik secara rasional bukan emosional, serta mendahulukan kepentingan yang lebih besar, diluar ego pribadi dan keluarga atau golongannya.
Lebih jauh Wasekjen SOKSI ini menegaskan bahwa Perempuan selalu memiliki cara-cara cantik dan elegan dalam mengatasi sebuah konflik, cenderung mengedepankan nirkekerasan dan selalu mencari solusi agar berujung happy ending.
"Seyogianya spirit dan etika pertandingan olahraga perlu menjadi preferensi elit Slipi disaat menghadapi persoalan politik seperti sekarang ini, mengedepankan sportifitas, memiliki aturan main yang disepakati bersama serta dipatuhi oleh para pihak yang bertanding agar menang terhormat" ucap putri Solo ini.
Secara jamak peserta rombongan yang melakoni perjalanan mulai dari TMP Kalibata hingga ke Cisarua, Bogor dengan acara yang bertajuk "Ziarah Kebangsaan, Perempuan Maju Golkar Kuat” ini, memiliki harapan yang sama terhadap masa depan Golkar menjadi lebih baik dan terbaik di saat Indonesia di usia 100 tahun pada 2045. Golkar yang lahir sebagai partai paling senior harus menjadi barometer pengkaderan pemimpin bangsa.
Dengan begitu, para Perempuan Beringin berharap Golkar secara sungguh-sungguh memelihara soliditas, semangat kader dan mengembangkan kompetensi kader untuk bisa berperan diseluruh aspek kehidupan, bukan berkutat pada konflik internal yang berpotensi memecah korsa.
"Semua adalah saudara satu atap Golkar, Perbedaan itu indah. Perbedaan itu justru untuk menyatukan. Perbedaan itu untuk menghargai kekurangan dan kelebihan. Jangan biarkan perbedaan membuat kita bermusuhan dan terpecah. Karena sejatinya perbedaan adalah cara mempercepat kemajuan bangsa dan perkembangan peradaban jika disikapi dengan positif. Kita satu jiwa, satu rasa, satu Golkar. Masa depan Golkar sejatinya ada di tangan kita bersama," urai Dina Hidayana.
Kader-kader Perempuan Golkar ini meminta pertanggungjawaban moral dan mendorong agar pimpinan partai segera mengambil jalan keluar terbaik dalam penyelesaian konflik yang terjadi pada Golkar ini yang dipicu karena isu suksesi kepemimpinan Slipi.
"Golkar dan para kadernya adalah aset bangsa yang sangat dibutuhkan negeri ini, karena percepatan pembangunan bangsa akan sangat diwarnai pula oleh keberadaan Partai Golkar sebagai Pemenang Pemilu kedua di DPRRI dalam Pemilu 2019 yang lalu.
Karenanya menjadi kewajiban bagi Partai Golkar untuk segera merespon dinamika politik di internal maupun eksternal dalam waktu paling dekat, agar doktrin Karya Kekaryaan bisa terus dilanjutkan secara optimal.