Rusuh di Papua
Kapolri: Saya Terlanjur Cinta pada Papua
Jadi, lanjut Kapolri, peristiwa anarkis yang terjadi, yang menimbulkan kerusakan, sangat diluar kebiasaan.
Kontributor Tribunnews.com dari Papua, Banjir Ambarita
TRIBUNNEWS.COM, JAYAPURA - Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengatakan, dirinya terlanjur mencintai Papua.
Tito pernah bertugas di provinsi paling timur Indonesia itu sebagai Kapolda.
Bahkan saking cintanya pada Papua, jika terjadi sesuatu kepada Papua maka akan langsung menyentuh hatinya.
Termasuk kerusuhan yang melanda Papua beberapa waktu lalu.
“Saya terlanjur jatuh cinta pada Papua, alamnya orangnya, budayanya, jadi kalau ada kejadian di Papua selalu menyentuh karena saya sudah anggap Papua sebagai kampung halamanan kedua,” ujar Kapolri saat memberikan sambutan pada
Deklarasi kesepakatan bersama dalam rangka menjaga Papua Tanah Damai di Hotel Swis Bell Jayapura, Kamis 5 September malam.
Baca: Hendropriyono: Jangan Kasih Panggung Para Pemecah-belah Bangsa
Menurut Jenderal bintang 4 itu, Papua sangat berkesan bagi dirinya karena selain keindahan alamnya, juga keberagaman suku yang ada di Bumi Cenderawasih.
“Seperti bapak Gubernur Papua selalu katakan, Papua itu miniatur Indonesia karena hampir semua suku, agama dan ras ada hidup damai, sehingga selalu berkesan bagi saya,” ujar Kapolri.
Jadi, lanjut Kapolri, peristiwa anarkis yang terjadi menimbulkan kerusakan, sangat diluar kebiasaan.
“Insiden yang terjadi rasa luar biasa dan diluar kebiasaan,” ujar Kapolri yang pernah mendaki Gunung Carstenz meihat salju abadi.
Kejadian anarkis itu sangat mengganggu dan mengusik kehidupan damai masyarakat Papua yang sedang giat membangun.
“Peristiwa yang terjadi Ini berkaitan dengan stabilitas keamanan dan ketertiban makanya Polri bersama TNI hadir, kami terpanggil untuk kembalikan situasi keamanan di Papua. Jauh lebih penting stabilitasnya," kata dia.
Ia mengatakan, konflik di suatu daerah hanya membawa masyarakatnya dalam penderitaan dan kesengsaraan.
“Kita lihat Afganistan, Irak hanya ada 6-7 suku disana yang ada konflik, karena tidak mampu membuat harmonisasi. Papua alamnya yang indah dengan gunung-gunung yang tinggi sengan ratusan suku bisa hidup damai karena manuasianya penuh kasih,” kata Kapolri.
Kapolri menyatakan, bangsa ini sudah mengalami pahit dan getirnya konflik bernuansa agama, yakni di Ambon dan Poso, sehingga hal yang sama tidak boleh terulang kembali.
“Kita sudah alami pahitnya konflik di Ambon dan Poso. Belajar dari pengalaman konflik di negara lain, kita tidak ingin ada gangguan keamanan di Papua sehingga tindakan cepat, kembalikan situasi dengan tambah personil. Sekaligus mengembalikan kepercayaan masyarakat, bahwa negara hadir dengan jaminan keamanan,” kata Kapolri.
Ia mengungkapkan dalam beberapa hari ini situasi Papua dan Papua Barat relatif sudah aman.
“Terima kasih kepada Tokoh agama dan Tokoh masyarakat serta kepala daerah yang telah berkontribusi untuk jaga keamanan. Tapi kami akan terus amati dan monitor.
Dia berharap semua persoalan yang terjadi bisa kembali diselesaikan, jika ada harmonisasi.
”Papua beragam suku dan agama itulah kekayaan kita. Ada sekian juta masyarakat Kita di Papua mari kita saling menjaga. Mari kita jaga stabilitas itulah modal paling penting bagi Papua. Sebab program yang jalan tidak akan berhasil tanpa ada stabilitas keamanan. Mari kita jaga dancinta damai. Sebagai dikatakan. Penginjil pertama di Tanah Papua yakni Otto dan Geisler mengatakan Tanah Papua adalah tanah yang diberkati,” ungkap Kapolri.
Hadir Gubernur Papua Lukas Enembe dan Wakilnya Klemen Tinal serta sejumlah bupati, Pangdam XVII Cenderawasih Mayjen Yosua P Sembiring, Kapolda Papua Irjen Rudolf A Rodja serta tokoh agama dan tokoh masyarakat serta perwakilan pagubuyan suku yang ada di Papua.
Sementara Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto mengakui keindahan Papua, sehingga mengharapkan jangan ada lagi konflik.
“Bukan saja alamnya yang indah tapi juga keberagaman suku dan agama yang ada dan hidup berdampingan dengan damai, sungguh sangat elok,” kata Panglima.
Deklarasi ini untuk menjaga persatian dan kesatuan sebagai bangsa Indonesia. “
Deklarai ini kesepakatan sebagai anak bangsa, bahwa kita adalah satu keluarga Indonesia dan didalamnya berbagai suku agama ras, itulah keaneka ragam yang menjadi kekuatan untuk membangun Indonesia.
Perbedaan adalah untuk saling melengkapi, inilah anugrah untuk membangun negeri tercinta.
Dan semua itu bisa terlaksana jika stabilitas keamanan terjaga.
“Semua bisa kita lakukan, apabila kita bersatu jaga stabilitas, mari kita jaga bhineka tunggal ika. Hari ini deklarasi untuk jaga persatuan dan kesatuan,” tandas Panglima TNI.
Gubernur Papua Lukas Enembe mengatakan, bahwa tindakan anarkis sangat merugikan maayarakat Papua.
“Jangan lagi terulang aksi anarkis, mari jaga kedamaian Papua miniatur Indonesia ini,” ucapnya.
Adapun masyarakat yang menandatangani kesepakatan dari berbagai pagubuyan suku yang ada di Papua, Ketua DPR Papua, Kerua MRP, Wakil Gubernur.