Senin, 8 September 2025

Mengajari 'Generasi Z' Perlu Metode Flipped Learning, Apa Itu?

Dedy kemudian menegaskan bahwa untuk menghadapi pola belajar yang telah terbentuk pada generasi Z ini, para guru harus bisa mengimbanginya.

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Hendra Gunawan
Fitri Wulandari/Tribunnews.com
Para guru sedang mendapatkan pelatihan program 'Effective Educational Videos (EEV)' yang digelar Asosiasi Guru Marketing Indonesia (AGMARI) di SMKN 14 Jakarta Pusat, Kamis (26/9/2019). 

Dalam menyiapkan 'senjata' untuk menghadapi para generasi Z ini, para guru perlu memahami metode pengajaran flipped learning.

Flipped learning atau flipped classroom diketahui sebagai metode pengajaran yang bertolak belakang dari metode pengajaran tradisional yang biasa digunakan para guru dalam proses belajar-mengajar di kelas pada umumnya.

"Sekarang ada metode namanya metode 'flipped learning', belajar terbalik, jadi kalau dulu biasanya murid datang ke kelas diajari guru, knowledge-nya diberikan di kelas, murid hanya mendengar guru ngomong," jelas Dedy.

Metode satu ini mencakup teknik pengajaran active learning, melibatkan siswa dan mengajar melalui podcasting.

"Nah flipped learning ini kelasnya dibalik, jadi knowledge-nya diberikan itu sebelum (masuk) kelas, setelah itu di kelas bisa diskusi, bisa active learning," kata Dedy.

Materi pelajaran yang diberikan para guru itu nantinya disampaikan melalui video.

Oleh karena itu, kata Dedy, pihaknya tengah berupaya melatih para guru ini agar mampu membuat konten video berisi materi pelajaran yang dikemas secara menarik.

Sehingga para siswa tidak merasa bosan dan tertarik untuk belajar secara aktif.

"Knowledge-nya itu diberikan pakai cara apa? pakai video, jadi guru-guru diajarkan cara bikin konten video supaya nanti belajar jadi menarik," papar Dedy.

Melalui materi pelajaran berbentuk video ini, Dedy menilai 5 pola belajar para generasi Z ini sudah bisa dihadapi.

Ia menambahkan, selama memberikan pelatihan membuat video itu AGMARI selalu mengajarkan metode yang mudah dan menggunakan aplikasi yang sederhana serta gratis.

Pengajaran membuat konten materi pelajaran itu pun hanya melalui ponsel pintar saja, para guru tidak perlu membuka laptop.

Aplikasi yang digunakan pun hanya dua, yakni Spark Post dan InShot.

Kendati demikian, para guru diwajibkan menggunakan voice recorder yang ada pada ponsel pintar masing-masing untuk merekam suara mereka.

"Di luar sana banyak pembelajaran tapi ribetnya minta ampun, saya ngajar dengan menggunakan handphone, pakai smartphone ini bisa, karena diajarkan pakai dua aplikasi gratis, yakni Spark Post sama aplikasi InShot, jadi dua-duanya gratis, sederhana," pungkas Dedy.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan