Reuni Akbar 212
Guntur Romli Soroti Monas sebagai Tempat Aksi 212: Tempat Publik yang Dibayar Negara
Aktivis muda NU Guntur Romli menyoroti tempat yang digunakan oleh PA 212 dalam menggelar aksinya.
Penulis:
Nuryanti
Editor:
Muhammad Renald Shiftanto
"Mari dengan momen 212, kita gunakan untuk merekatkan anak bangsa semua," kata dia.
Ia menyebut dalam aksi 212 itu, nilai-nilai persatuan dan kesatuan yang sebelumnya renggang bisa merekat kembali.
"Yang kemarin tersekat-sekat, yang kemarin terpilah-pilah, ayo 212 besok, kita rekatkan kembali nilai-nilai persatuan kesatuan," imbuh Slamet.
Ketua PA 212 memastikan tidak ada urusan politik dalam reuni 212 tersebut.
Namun, menurutnya, akan disampaikan kritikan kepada bangsa Indonesia.
Mengenai kritikan tersebut, Slamet menilainya sebagai hak asasi dari setiap warga negara Indonesia.
"Saya pastikan tidak ada urusan politik, tekanan gerakan moral, mengkritisi bangsa itu kan hak asasi setiap warga negara," jelas Slamet.
"Kita ingin mengingatkan bahwa ada hal-hal yang perlu dikritisi oleh anak bangsa," lanjut Slamet.

Sementara itu, mengenai pernyataan dari Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian, yang menyebut politik Indonesia sudah stabil sejak bergabungnya 02 ke 01, tapi kurang 212 saja, Slamet mengatakan ada fobia 212.
"Kalau kita melihatnya ada sekelompok orang yang mengidap penyakit 212, fobia gitu," kata Slamet.
Ditanya apakah yang dimaksud mengidap fobia 212 itu adalah pemerintah, Slamet menolak untuk menjawabnya.
Alasan slamet menggunakan fobia 212 tersebut, karena ada sekelompok orang yang menurutnya akan panik dan di luar kontrol saat mendengar nama 212.
"Siapapun dia kalau dengan 212 kemudian dia menjadi panik, menjadi luar dikontrol, kita menganggapnya dia kena fobia 212," jelasnya.
Slamet kemudian kembali menegaskan, aksi Reuni Akbar 212 bukanlah kegiatan politik.
"Kemudian Pak Mendagri mengatakan hanya kelompok 212, kan kita bukan partai politik," ujarnya.