Virus Corona
Anggota DPR Minta Pemerintah Perhatikan Nasib Guru Ngaji di Tengah Pandemi Covid-19
Hal tersebut disampaikan Ace dalam rapat kerja virtual Komisi VIII DPR RI dengan Kementerian Agama, Senin (11/5/2020).
Penulis:
Vincentius Jyestha Candraditya
Editor:
Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI Ace Hasan Syadzily meminta pemerintah memperhatikan nasib para guru ngaji, para khatib, juga tokoh-tokoh agama di tengah pandemi Covid-19.
Hal tersebut disampaikan Ace dalam rapat kerja virtual Komisi VIII DPR RI dengan Kementerian Agama, Senin (11/5/2020).
Ace mengatakan guru ngaji, para khatib, para pendakwah, para ulama dan kyai menjadi pihak yang merasakan dampak paling nyata di bulan Ramadhan. Apalagi bulan tersebut merupakan ladang untuk mendapatkan berkah atau setidaknya berkat.
"Namun gara-gara Covid-19, tidak ada kultum dalam tarawih, setidaknya biasanya para ustadz mendapatkan Rp500 ribu sampai Rp1 juta, sekarang sama sekali mereka tidak dapat. Kita terus terang saja, ini adalah ladang mereka mendapat berkah. Kemudian para khatib, mohon maaf kalau di kampung saya biasanya rata-rata Rp500 ribu sampai Rp1 juta mendapatkan amplop. Gara-gara pembatasan atau peniadaan khutbah maka mereka tidak dapat, ini sudah berlangsung hampir dua bulan," ujar Ace, dalam rapat kerja virtual, Senin (11/5/2020).
-
Baca: Pemerintah Terus Upayakan Pemulangan WNI Anggota Jamaah Tabligh di India
-
Baca: Dituding Sumber Bocornya Covid-19, Lab Wuhan Institute of Virology Berlevel Keamanan Tingkat 4
-
Baca: IATMI Dukung Pemerintah Jaga Keberlangsungan Industri Migas di Tengah Pandemi Covid-19
Oleh karenanya, Ace meminta agar Menteri Agama menyampaikan kepada Presiden agar diadakan pengalokasian anggaran bagi para guru-guru ngaji, para khatib dan tokoh agama.
Menurut politikus Golkar tersebut negara wajib memikirkan nasib mereka. Pasalnya dalam rapat sebelumnya juga disampaikan bahwa yang harus menjadi fokus Kemenag adalah ranah Kemenag yang terdampak. Dan salah satunya adalah guru ngaji, para ustadz, para ulama.
"Kita semua bicara soal ojek online dan rakyat yang lain. Itu juga penting. Tapi juga harus kita pikirkan ini para pembimbing umat," jelasnya.
Ace mengatakan solusinya untuk saat ini adalah dengan menyampaikan hal tersebut kepada Presiden Joko Widodo melalui Menteri Agama dalam rapat terbatas.
"Bagaimana mengalokasikan anggaran, stimulus fiskal bagi para tokoh-tokoh agama. Karena mereka juga terdampak. Bukan hanya stimulus ekonomi misalnya bagi pengusaha yang jelas sudah kaya, tapi guru ngaji, kemudian para tokoh ulama, itu juga menurut saya penting untuk diperhatikan. Walaupun saya yakin mereka tidak meminta, tapi negara harus adil memikirkan mereka," ujarnya.
Lebih lanjut, Ace turut menyoroti proses belajar baik di madrasah hingga perguruan tinggi.
Dia mengimbau agar refocusing anggaran yang dilakukan Kemenag jangan sampai berdampak pada siswa madrasah dan mahasiswa di perguruan tinggi.
"Kalau bisa mereka mendapatkan insentif untuk diberikan keringanan. Pengaduan yang disampaikan oleh para dewan mahasiswa itu wajar dan harus dipikirkan oleh Pak Menteri dan Pak Wamen. Kita ini kan pernah jadi mahasiswa. Dulu ketika 1998, kita mengalami dan waktu itu ada anggaran, kita diberi beasiswa," kata Ace.