Jalan Terjal Prabowo Subianto Sang Prajurit Tua Menuju Istana
Jika Prabowo sehat dan rakyat menghendaki agar bisa maju kembali sebagai capres di Pilpres 2024, tentu hal itu bukan tidak mungkin terjadi.
Penulis:
Dodi Esvandi
Editor:
Adi Suhendi
Yang menarik, penolakan sebagian justru berasal dari pihak-pihak yang dulu mendukung Prabowo.
Partai Keadilan Sejahtera (PKS) salah satunya. Partai yang pada Pilpres 2014 dan Pilpres 2019 selalu berdiri di front terdepan membela Prabowo, kini ogah mendukung kembali sang jenderal.
Ketua DPP PKS, Mardani Ali Sera mengatakan, selama Prabowo masih memenuhi persyaratan sebagai capres, tak ada salahnya maju kembali.
Apalagi, kata dia, setiap orang memiliki hak untuk membangun bangsa.
"Selama memenuhi syarat monggo. Haknya Pak Prabowo dan semua tokoh terbaik negeri untuk maju. Selama niatnya membangun negeri kita dorong dan apresiasi," kata Mardani saat dihubungi, Kamis (11/6/2020).
Meski demikian, Mardani mengatakan partainya tidak akan lagi mendukung Prabowo.
Alih-alih mendukung Prabowo, PKS akan berupaya mencalonkan capres yang berasal dari kader sendiri. Meski saat ini, PKS masih akan membahas siapa kader yang layak maju dalam pilpres 2024.
"PKS akan membuat keputusan melalui Majelis Syuro. Tiap partai selalu berusaha memajukan kadernya," ucapnya.
"Tahun 2024 PKS akan berusaha mengusung kadernya sendiri. Tapi PKS belum akan memutuskan dalam waktu dekat."
Tak hanya PKS yang ogah mendukung Prabowo. Persaudaraan Alumni 212 (PA 212) yang dulu getol mendukung Prabowo, kini juga tak mau lagi mendukung mantan Danjen Kopassus itu.
Kekecewaan karena sikap Prabowo memilih masuk pemerintahan setelah kalah bersaing dengan Jokowi di Pilpres lalu menjadi pangkalnya.
"Karena umat punya catatan sendiri kepada Prabowo Subianto yang susah untuk dilupakan," kata Ketua Umum Persaudaraan Alumni (PA) 212, Slamet Maarif.
"Pilpres 2019 pengalaman sendiri bagi kami dan untuk perjuangan kami ke depan. Prabowo sudah finis. Biarkan saat ini Prabowo menikmati dan menyelesaikan tugasnya sebagai Menhan," kata Slamet.
Ketimbang memajukan lagi Prabowo, Slamet yang merupakan juru kampanye nasional Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandi pada Pilpres 2019 menyarankan Partai Gerindra agar mengusung sosok baru berkontestasi dalam pilpres mendatang.
"Cukuplah Prabowo Subianto di 2024 menjadi negarawan dengan memunculkan capres baru," kata Slamet.
Peluang Prabowo
Lantas bagaimana sebenarnya peluang Prabowo di Pilpres 2024 mendatang? Secara elektabilitas, Prabowo masih bisa bersaing.
Menurut Direktur Eksekutif Indonesia Public Institute (IPI) Karyono Wibowo, saat ini hasil survei menunjukan bahwa sosok Prabowo masih berpeluang.
Namun, tak menutup kemungkinan ia akan disalip sosok lain yang saat ini banyak disorot publik karena kinerjanya.
Apalagi dinamika politik ke depan hingga menuju 2024 masih panjang.
Sehingga pergulatan politik dalam waktu 4 tahun mendatang bisa mengubah keadaan karena berbagai kemungkinan masih bisa terjadi.
"Takdir bisa berkata lain jika Prabowo tidak mampu melewati berbagai tantangan dan hambatan di pemilu nanti," kata Karyono.
Di sisi lain analis politik UIN Syarif Hidayatullah, Adi Prayitno, mengatakan, peluang Prabowo menuju kursi RI1 tetap ada.
Menurutnya, dalam politik tak ada kekalahan abadi.
Adi merujuk pada pengalaman Khofifah Indar Parawangsa yang kalah berulang kali dalam kontestasi di Jawa Timur.
Namun akhirnya mampu terpilih menjadi gubernur.
"Dalam politik tak ada kekalahan abadi, pasti ada upaya untuk selalu menang," kata dia.
Sedangkan Direktur Eksekutif Voxpol Center, Pangi Syarwi mengatakan, peluang Prabowo di Pilpres 2024 harus dilihat dari berbagai pendekatan.
"Soal kans peluang Prabowo pada Pemilu 2024 tentu harus diukur berdasarkan riset yang terukur, tidak bisa berdasarkan asumsi dan persepsi, berdasarkan pikiran liar like or dislike," katanya.
Dari pendekatan perilaku pemilih, kata Pangi, harus dilihat apakah rakyat Indonesia tidak jenuh, masyarakat apakah sudah bosan atau masih merindukan sosok figur Prabowo untuk memimpin Indonesia pada pemilu 2024?
Kemudian yang harus diperhatikan adalah perspektif kebaharuan pikiran, narasi, gagasan.
"Apakah sosok Prabowo masih relavan menjawab kebutuhan rakyat Indonesia? Tantangan yang berat di masa depan, dan apakah masih relevan dibutuhkan masyarakat memimpin Indonesia. Kalau narasi sudah usang, berat bagi Prabowo untuk bertarung dan maju kembali pada Pilpres 2024. Ini kaitannya apakah momentum itu masih ada? Karena soal kerinduan, momentum adalah variebel yang penting untuk disorot," ujar alumnus Ilmu Politik Universitas Andalas itu.
Meski menghadapi tantangan yang tidak mudah, Prabowo juga mengantongi sejumlah keuntungan yang bisa dimaksimalkan.
Selain menjadi sosok yang paling berpengalaman, peluang Prabowo untuk menang di 2024 bisa menjadi besar jika kinerjanya sebagai Menteri Pertahanan menunjukkan hasil yang baik.
"Kalau kinerjanya baik untuk menang ada peluang. Tapi itu pun harus dilihat elektabilitasnya menjelang pemililihan," kata pengamat politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia, Ujang Komarudin.
Ujang mengatakan, salah satu indikator untuk menilai seseorang cocok menjadi capres adalah kinerja yang baik di institusi yang dipimpinnya.
Karena itu, selain dengan memilih program dan cawapres yang bisa menggaet suara kaum muda, merangkul kembali pendukung yang lari, Prabowo juga harus mendongkrak kinerjanya sebagai Menhan bisa meningkatkan peluang Prabowo menang di 2024.
"Kalau tak bekerja baik, maka rakyat akan kecewa. Karena ukuran seorang capres itu salah satunya, kinerja yang bagus di institusi yang dipimpinnya," ucap dia.