Virus Corona
Ayo Cuci Tangan, Langkah Kecil yang Menyelamatkan Jiwa
Organisasi nirlaba Save the Children Indonesia mengatakan kebisaan cuci tangan pakai sabun dapat menyelamatkan banyak nyawa dan kondisi kesehatan anak
Penulis:
Rina Ayu Panca Rini
Editor:
Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mencuci tangan bukanlah kebiasaan yang baru.
Namun sejak pandemi Covid-19, sosialisasi kebiasaan baik ini kian masif.
Terlebih, kebiasaan ini merupakan satu langkah yang bisa menyelamatkan jiwa.
Organisasi nirlaba Save the Children Indonesia mengatakan, kebisaan cuci tangan pakai sabun dapat menyelamatkan banyak nyawa dan kondisi kesehatan anak-anak.
Baca juga: Hari Cuci Tangan Sedunia, 15 Oktober 2020, Ini Sejarah & Fakta Penting Soal Cuci Tangan Pakai Sabun
Berbagai studi menyebutkan bahwa cuci tangan:
•Menurunkan risiko penyakit diare 30%-48%
•Menurunkan risiko ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) hingga 20%
•Mengurangi penularan patogen terkait wabah seperti Kolera, Ebola, SARS dan Hepatitis E
•Mengurangi penyebaran resistensi antimikroba
•Salah satu penelitian menyatakan bahwa praktik cuci tangan pakai sabun di masa pandemi ini dapat mengurangi risiko infeksi COVID-19 sebesar 36%.
“Kebiasaan cuci tangan menggunakan sabun dan air perlu dimulai dari usia anak-anak. Kebersihan diri membawa tingkat produktifitas yang lebih tinggi. Artinya anak-anak akan lebih jarang absen di sekolah karena sakit seperti diare, disentri, kolera, muntaber. Sekolah pun tentu perlu menyediakan fasilitas air dan sabun untuk murid dan guru,” ujar Erwin Simanunsong, Chief Program Operation Save the Children di Indonesia, diketerangannya, Kamis (15/10/2020).

Survei 1 dari 7 Rumah Tangga Tidak Memiliki Akses Air Bersih
Pemaparan informasi terkait Covid-19 dan khususnya cuci tangan sudah banyak dilakukan oleh berbagai pihak.
Save the Children sendiri melalui sebuah survei global mendapati 39% rumah tangga tidak memiliki sabun/pembersih tangan, bahkan 1 dari 7 tidak memiliki/mengakses air bersih (13%).
Secara global, 3 dari 10 orang tua dengan disabilitas dan 2 dari 5 laki-laki dewasa dengan disabilitas mengatakan mereka sangat tergantung pada layanan hantaran air ke rumahnya.