Selasa, 12 Agustus 2025

Gejolak di Partai Demokrat

Tudingan SBY Restui Kudeta Dibantah AHY, Ungkap Tak Ada Matahari Kembar dalam Kepemimpinan Partai

Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) membantah isu ayahnya yang menjadi dalang di balik isu kudeta di tubuh Demokrat.

Penulis: Inza Maliana
Partai Demokrat
Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) membantah isu ayahnya yang menjadi dalang di balik isu kudeta di tubuh Demokrat. 

TRIBUNNEWS.COM - Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) membantah tudingan yang menyebut Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) merestui dan memberikan dukungan atas upaya untuk mendongkel kepemimpinannya di Demokrat.

AHY mengatakan, isu tersebut pertama kali tersiar oleh para pelaku gerakan pengambilalihan kepemimpinan Partai Demokrat (GPK-PD).

"Kini mereka menyiarkan berita bohong bahwa Pak SBY selaku Ketua MTP merestui gerakan mereka," ujar AHY dalam keterangan tertulis yang diterima Tribunnews.com, Kamis (18/2/2021).

Baca juga: Tepis Isu Abaikan Jasa Pendiri Partai, AHY Bertemu Mantan Ketum Demokrat Subur Budhisantoso

Baca juga: Profil Subur Budhisantoso, Senior Demokrat yang Dikunjungi AHY: Kader Tak Perlu Berkoar di Media

Menurut AHY, isu ini muncul setelah para pelaku kudeta membaca Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) yang telah disahkan Kementerian Hukum dan HAM.

Adapun, AD/ART itu mengatur pelaksanaan kongres luar biasa (KLB) harus mendapatkan persetujuan ketua MTP.

"Itu tidak benar. Hoaks dan fitnah. Bapak SBY berada di belakang kita semua, para pemilik suara yang sah," kata AHY.

Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). (Partai Demokrat)

Politikus berusia 42 tahun ini menyebut, SBY mendukung penuh kepemimpinannya dan kepengurusan Partai Demokrat sesuai hasil kongres pada 15 Maret 2020 lalu.

SBY, kata dia, juga telah menulis surat kepada para ketua DPD, DPC, dan seluruh kader Demokrat pada 5 Januari 2021 untuk menegaskan hal itu.

Terlebih, dalam surat itu, SBY mengingatkan untuk tidak membuat matahari kembar dalam kepemimpinan di partai.

Baca juga: Masih Pantau Isu Kudeta, AHY: Kelompok Ini Sangat Ingin Seseorang jadi Calon Presiden 2024

Baca juga: Di Tengah Isu Kudeta Demokrat, AHY Sebut Hubungan SBY dan Jokowi Baik-baik Saja

"Dalam surat itu, beliau juga mengingatkan untuk tidak adanya matahari kembar dalam kepemimpinan Partai Demokrat," ujarnya.

Lebih lanjut, AHY juga mengatakan, ayahnya sudah menitip pesan agar Demokrat kuat dan solid menghadapi gerakan pengambilalihan kepemimpinan Demokrat.

Menurut penuturannya, SBY meyakini yang kuat dan solid akan menang.

"Dalam menghadapi GPK-PD, beliau menitipkan pesan dan amanah kepada kita: agar kita kuat, karena yang kuat dan solid akan menang," terang suami dari Annisa Pohan ini.

AHY Masih Pantau Isu Kudeta di Demokrat

Seperti diketahui, Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY)  juga mengaku masih memantau isu kudeta atau pengambilalihan kekuasaan atas kepempinannya di Demokrat.

Menurut AHY, isu kudeta yang dilancarkan beberapa pihak ini merupakan tindakan ilegal dan inkonstitusional.

"Saya terus memantau dan menerima laporan dari para kader tentang Gerakan Pengambilalihan Kepemimpinan Partai Demokrat (GPK-PD) secara ilegal dan inkonstitusional."

"Yang masih saja berupaya untuk melakukan pemberontakan dan pengkhianatan hingga saat ini," kata AHY dalam keterangan yang diterima Tribunnews.com, Kamis (18/2/2021).

Ia juga menuturkan, isu kudeta yang menimpa Partai Demokrat memiliki pola yang sudah kuno.

Pertama, kata AHY, mereka berupaya untuk mempengaruhi para pemilik suara.

Baca juga: Tepis Isu Abaikan Jasa Pendiri Partai, AHY Bertemu Mantan Ketum Demokrat Subur Budhisantoso

Baca juga: Mantan Wasekjen Demokrat Nilai AHY Abaikan Jasa Pendiri Partai, Demokrat: Ada SBY Effect yang Besar

Setelah tidak berhasil, mereka mencoba mempengaruhi pengurus DPD dan DPC Partai Demokrat.

Kemudian setelah tidak berhasil lagi, mereka mencoba mempengaruhi mantan pengurus partai yang kecewa dan mengklaim itu merepresentasikan pemilik suara.

"Kedua, berupaya mencoba mempengaruhi kita semua dengan mengklaim telah berhasil mengumpulkan suara sekian puluh bahkan sekian ratus suara. Padahal itu hoax dan tipuan belaka," terang AHY.

Putra sulung mantan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono ini juga menyebut, mereka menggunakan alasan Kongres Luar Biasa (KLB) karena faktor internal Partai.

AHY dan Moeldoko
AHY dan Moeldoko (TRIBUNNEWS Ilham Rian Pratama / KOMPAS.com Haryanti Puspa Sari)

Padahal, lanjut AHY, yang mereka inginkan hanya memuluskan jalan seseorang menjadi calon presiden (Capres) 2024 mendatang.

"Padahal persoalannya adalah eksternal, yakni kelompok ini sangat menginginkan seseorang sebagai Capres 2024 dengan jalan menjadi Ketua Umum PD melalui KLB," ungkapnya.

Untuk itu, ia pun mengucapkan terima kasih dan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada para kader Demokrat yang masih setia kepadanya.

Terlebih kepada mereka yang tetap menjaga kedaulatan, kehormatan, dan eksistensi Partai Demokrat.

Baca juga: Demokrat Heran Presiden Jokowi Lempar Wacana Revisi UU ITE Tapi Tolak RUU Pemilu

Baca juga: Legislator Demokrat: Pengurangan Masa Libur Harus Dikaji Lebih Komprehensif 

Ia juga mengatakan, persoalan-persoalan yang terjadi ditubuh organisasi Demokrat itu wajar terjadi.

Menurutnya, semua organisasi pasti punya masalah, tetapi masih bisa ditangani dan pasti ada solusinya.

AHY pun mengajak semua kader untuk tidak menodai partai yang dicintai mereka ini dari para pengkhianat.

Dalam bentuk apapun, AHY menegaskan, pengkhianat tidak bisa diterima kehadirannya di tengah organisasi manapun.

"Sekali di cap pengkhianat, sulit untuk mengembalikan kepercayaan itu, seumur hidup kita. Saya yakin dan percaya kita bukanlah pengkhianat."

"Tetapi hal itu saja tidak cukup untuk membuat partai ini bangkit dan besar lagi. Maka, selain tidak menjadi pengkhianat, kita juga harus melawan para pengkhianat-pengkhianat itu."

"Itulah sejatinya jiwa seorang Patriot, pembela kebenaran dan keadilan, untuk menegakkan aturan dan hukum yang berlaku secara konstitusional," pungkasnya.

(Tribunnews.com/Maliana)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan