Sindiran Puan Maharani Tak Jelas untuk Siapa, Pengamat Nilai Ganjar Pranowo Bisa Terkena Dampaknya
Ketua DPP PDIP, Puan Maharani, menyindir soal pemimpin saat menghadiri pengarahan kader di Semarang, Sabtu (22/5/2021).
Penulis:
Pravitri Retno Widyastuti
Editor:
Arif Tio Buqi Abdulah
Namun, menurut Bambang, Ganjar masih terus melewati batas tersebut.
"Wis tak kode sik. Kok soyo mblandang, ya tak rodo atos (Sudah saya kasih kode, tapi malah tambah kebablasan, ya agak saya kerasi)."
"Saya di-bully di medsos, ya bully saja. Saya tidak perlu jaga image saya,'' tegasnya.
Diduga, hal ini terjadi karena tingginya intensitas Ganjar di media sosial dan publik terkait pencapresan.
Baca juga: Kata Politisi PDIP dan Pengamat soal Ganjar yang Tak Diundang di Acara yang Dihadiri Puan Maharani
Baca juga: Dulu Jokowi Ditolak Petinggi PDIP Jadi Capres, Sekarang Ganjar?
Padahal, hal tersebut tak dilakukan oleh kader PDIP lainnya yang juga berpotensi nyapres.
Politisi PDIP Bantah Ganjar dan Partai Berkonflik

Anggota DPR RI Fraksi PDIP, Edy Wuryanto, memastikan Ganjar Pranowo dan Puan Maharani tak berkonflik.
Hal ini terkait tak diundangnya Ganjar dalam acara PDIP di Semarang pada Sabtu (22/5/2021), yang dihadiri Puan.
"Enggak ada, kalau konflik tidak," tegasnya, Minggu (23/5/2021), dilansir Kompas.com.
Hingga saat ini, Ganjar dinilai masih menjadi kader yang baik bagi PDIP.
Ia mengungkapkan, tak diundangnya Ganjar karena diduga terkait elektabilitasnya yang semakin tinggi untuk pertarungan Pilpres 2024.
"Ya saya kira beliau tetap kader baik ya, dan diakui publik ya tinggal kita tunggu saja bagaimana mekanisme di PDI Perjuangan pada saat nanti ada kongres, siapa yang di-endorse terus semuanya harus tunduk patuh," tuturnya.
"Jadi saya hormat misalnya pada Mas Ganjar yang elektoralnya tinggi karena itu bagian dari pengakuan publik terhadap pemimpin PDI Perjuangan," imbuh dia.
Lebih lanjut, Edy mengingatkan agar Ganjar tak lupa pada asalnya jika elektabilitasnya semakin tinggi.
"Karakter pemimpin PDI Perjuangan kan sudah baku dan dibicarakan di level kongres dan hanya ibu ketua umum yang diberi wewenang untuk memutuskan," ujarnya.
"Jadi siapapun tidak boleh berspekulasi, apalagi misalnya percaya diri bahwa seolah-olah sudah menjadi seorang kandidat, saya kira itu yang harus dihindari," lanjutnya.
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W/Faryyanida, Tribun Jateng/Mamdukh Adi Prayitno, Kompas.com/Riska Farasonalia/Aria Rusta Yuli Permana)