Bursa Capres
Sebut Polemik Ganjar vs Puan Seperti Drama Turki, Pengamat: Semua akan Balik ke Bu Mega
Pengamat menilai polemik antara Ganjar Pranowo dan Puan Maharani hanyalah drama Turki biasa.
Penulis:
Pravitri Retno Widyastuti
Editor:
Whiesa Daniswara
TRIBUNNEWS.COM - Pengamat politik dari Universitas Paramadina, Hendri Satrio menilai, polemik yang terjadi antara Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, dan Ketua DPP PDIP, Puan Maharani, hanyalah sebatas drama Turki.
Menurutnya, apa yang terjadi saat ini adalah hal biasa.
Penilaian Hendri tersebut atas dasar situasi saat ini, di mana Megawati Soekarnoputri masih memegang komando tertinggi di PDIP.
Ia mengatakan semua keputusan akan kembali lagi ke Megawati.
"Hal-hal seperti ini itu, drama Turki biasa saja menurut saya. Selama masih ada tokoh sentral ya lagi-lagi, balik ke Bu Mega."

Baca juga: Pengamat: Sikap PDIP Kucilkan Ganjar Pranowo Bisa Jadi Kesalahan dan Kelemahan
Baca juga: Sejarah 2004 Disebut Bisa Terulang jika PDIP Usung Puan Jadi Capres Dibanding Ganjar Pranowo
"Begitupun peta politiknya, masih sama, tergantung Bu Mega," ujarnya, Senin (24/5/2021), dikutip dari Kompas.com.
Pandangan ini disampaikan Hendri saat ia membeberkan alasan mengapa PDIP akan mengalami kesulitan jika mencalonkan Puan sebagai capres.
Pasalnya, kata Hendri, banyak kader PDIP lainnya yang memiliki elektabilitas lebih tinggi dari Puan, seperti Ganjar Pranowo.
Meski begitu, Hendri menyebut sejumlah nama besar yang bisa menjadi pasangan Puan dalam Pilpres 2024 untuk mendongkrak elektabilitas putri Megawati ini.
"Kalau Mbak Puan tetap akan didorong sebagai RI I ya wakilnya, pasti yang bisa mendukung mbak Puan secara elektabilitas, siapa itu?"
"Ya bisa juga dengan nama-nama yang sudah beredar, bisa Gatot Nurmantyo, Sudirman Said, dan Airlangga Hartarto," ungkapnya.
Peluang Ganjar Jadi Capres Lewat PDIP Sudah Habis

Di tengah polemik Ganjar Pranowo dan Puan Maharani yang tengah ramai dibicarakan, pengamat politik, M Qodari, menilai peluang Gubernur Jateng ini diusung PDIP menjadi capres, sudah habis.
Hal ini terlihat saat Ganjar tak diundang dalam acara PDIP yang dihadiri Puan Maharani di Semarang pada Sabtu (22/5/2021).
"Dengan konflik yang sedalam ini maka saya kira memang peluangnya sudah habis."
Baca juga: HARTA KEKAYAAN Bambang Wuryanto alias Bambang Pacul yang Sentil Ganjar Pranowo, Capai Rp 4,3 M
Baca juga: POPULER NASIONAL Harta Kekayaan Ganjar Pranowo | Perbandingan Elektabilitas Ganjar-Puan Maharani
"Dan Mas Ganjar perlu mempertimbangkan untuk maju dengan partai lain sebagai calon presiden," ujar Qodari dalam tayangan tvOne, dilansir Tribunnews.
Meski begitu, Qodari menilai bukan hal mudah bagi PDIP untuk melepas Ganjar.
Pasalnya, ujar Qodari, PDIP adalah partai yang memprioritaskan urusan kepartaian daripada seorang individu.
"Bagi PDIP sendiri, saya kira ini bukan pilihan yang mudah, ya."
"Tetapi di PDIP, saya melihat orientasinya itu memang kepada kepartaian, jadi individu itu nomor dua," katanya.
PDIP Disarankan Rangkul Ridwan Kamil

Terkait peluang Ganjar Pranowo untuk menjadi capres lewat PDIP yang sudah habis, M Qodari menuturkan akan sulit bagi partai berlambang banteng ini mengusung nama baru.
Menurutnya, panggung strategis untuk meraih popularitas sebagai calon presiden hanya ada di kepala daerah dan kementerian.
Karena itu, Qodari menyarankan agar PDIP merangkul Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, jika tak mengusung Ganjar.
Namun, Qodari mengatakan PDIP bisa merangkul Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, meski akan sulit karena berhadapan dengan Gerindra.
Baca juga: Harta Kekayaan Gubernur Jateng Kader PDIP, Ganjar Pranowo, Total Rp10,5 Miliar dan Punya 6 Tanah
Baca juga: Profil Bambang Pacul, Orang Dekat Puan yang Pertama Kali Sebut Ganjar Kelewatan & Tak Diundang Rapat
"Jadi pandangan PDIP pada hari ini saya kira kalau kepala daerah bisa ke Ridwan Kamil atau misalnya Khofifah."
"Bisa jadi Anies Baswedan karena tidak ada yang tidak mungkin dalam politik, walaupun kelihatannya agak sulit," ungkap Direktur Eksekutif Indo Barometer ini, dilansir Tribunnews.
Jika PDIP Tetap Usung Puan, Sejarah 2004 akan Terulang

Analis Politik Universitas Islam Syekh Yusuf (UNIS) Tangerang, Adib Miftahul, menilai PDIP akan mengusung Puan Maharani sebagai calon presiden dalam Pilpres 2024 mendatang.
Pandangan Adib ini disampaikan karena hingga saat ini, komando tertinggi di PDIP masih dipegang Megawati Soekarnoputri.
Karena itu, ia melhat sosok capres yang diusung tak bakal jauh-jauh dari keturunan Soekarno.
Meski begitu, Adib memperingatkan agar PDIP mempertimbangkan nama-nama kadernya yang memilki elektabilitas tinggi.
Pasalnya, nama Puan dalam berbagai survei memiliki elektabilitas rendah dibanding kader PDIP lainnya, seperti Ganjar Pranowo.
Menurut Adib, meskipun Puan pernah menjadi menteri dan saat ini menjabat sebagai Ketua DPR RI, kedua hal tersebut tak bisa mendongkrak elektabilitasnya.
Ia pun mengingatkan sejarah 2004 akan kembali terulang jika memang PDIP nantinya mengusung Puan.
Baca juga: Puan Sebut Pemimpin Ada di Lapangan Bukan di Sosmed, Ganjar: Saya Bermedsos Sejak di DPR
Baca juga: Relawan Jokowi Jagokan Duet Ganjar-Sandiaga di Pilpres 2024, Disebut Duet Maut Nasionalis-Religius
Di mana pada Pilpres 2024 lalu Megawati kalah dari Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
"Modal Puan yang pernah menjadi menteri dan sekarang jadi ketua DPR, saya kira tak akan kuat (menaikkan elektabilitas)."
"Ingat dulu, Mega pada tahun 2004 jadi presiden, toh juga kalah dengan SBY," katanya, Senin (24/5/2021), dilansir Tribunnews.
Adib kemudian mengatakan, PDIP bisa kembali sukses dalam Pilpres 2024 mendatang jika mengusung Ganjar Pranowo.
"Intinya kalau mau mengusung Ganjar, PDIP bisa mengulang sukses Jokowi di 2014."
"Sebaliknya jika mengusung Puan, tak bisa melupakan sejarah 2004, saat Mega kalah," tambahnya.
Prediksi Adib ini didasarkan dari elektabilitas Ganjar yang cenderung dinamis di beberapa survei.
Hal tersebut, kata Adib, seolah mengingatkan pada momen munculnya Joko Widodo (Jokowi) di tahun 2014.
"Survei yang merangkak naik dan Jokowi dipilih jadi capres dan menang."
"Posisi Ganjar sekarang saya kira mirip dengan itu, mirip dengan Jokowi, sederhana, merakyat dan egaliter," tandasnya.
Baca artikel Bursa Capres lainnya
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W/Inza Maliana/Vincentus Jyestha, Kompas.com/Nicholas Ryan Aditya)