Profil Arteria Dahlan Anggota DPR Diduga Langgar Kode Etik, Pernah Usul Bandar Narkoba Ditembak Mati
Anggota DPR RI Fraksi PDIP, Arteria Dahlan, diduga melanggar kode etik karena membela keluarga tersangka pelaku pengeroyokan nakes di Lampung.
Penulis:
Pravitri Retno Widyastuti
Editor:
Whiesa Daniswara
Dalam rapat bersama Jaksa Agung itu, Arteria mengaku emosi karena seorang pejabat di Kemenag seolah lepas tangan terkait kasus penipuan tersebut.
"Itu kita tidak mengarah kepada saya katakan pak menteri agama itu bangs** tidak. Kementerian Agama bangs**, tidak," terang Arteria kala itu.
"Sekali lagi kalau saya katakan, kalau misalnya irisan kata bangs** itu mengatakan ada yang tersinggun saya mohon maaf."
"Tapi izinkan saya untuk melakukan perlawanan, dan harus ada tanggungjawab dari kementerian," imbuhnya.
Baca juga: Arteria Dahaln: BNN Butuh Figur Pimpinan Tegas untuk Berantas Peredaran Narkoba
Baca juga: Arteria Dahlan Bela Pidato Megawati Bertujuan Baik, Sebut Pendidikan Milenial Tak Ada Budi Pekerti
Arteria Dahlan kembali menjadi sorotan di tahun 2019 saat bertemu ekonom senior, Emil Salim, dalam acara Mata Najwa.
Mengutip Kompas.com, Arteria menyebut Emil sebagai Profesor sesat saat mereka berdebat soal Perppu KPK.
Tak hanya itu, Arteria bahkan menunjuk-nunjuk Emil tanpa rasa segan.
Usulkan Bandar Narkoba Ditembak Mati

Dalam Rapat Dengar Pendapat Komisi III DPR dan Kepala BNN pada Maret 2021 lalu, Arteria Dahlan mengusulkan agar bandar narkoba ditembak mati saja.
Usulannya ini bermula ketika ia mempertanyakan penanganan 72 jaringan pengedar narkoba internasional pada Kepala BNN, Komjen Petrus Reinhard Golose.
"Kalau bisa ya, saya pikir enggak usah pakai cara-cara hukum, ditembak mati aja Pak Petrus."
"Pak Petrus kan orangnya berani nih," ujar Arteria, Kamis (18/2/2021), dilansir Tribunnews.
Dalam kesempatan itu, Arteria Dahlan juga mengungkapkan alasannya mengapa mengusulkan hukuman tembak mati bagi bandar narkoba.
Ia menyebut bandar narkoba menargetkan anak-anak TK dan SD.
Lebih lanjut, Arteria juga mengatakan para bandar mengincar anak kecil untuk menjadi targetnya ketika mereka SMP dan SMA.