Calon Panglima TNI
Survei SETARA Institute: Andika Perkasa Unggul Dalam 4 Dimensi Kepemimpinan Kandidat Panglima TNI
Di mana pada dimensi kepemimpinan berdasarkan Integritas, dalam temuan atau survei SETARA Institute, Jenderal TNI Andika Perkasa memiliki nilai rata-
Penulis:
Rizki Sandi Saputra
Editor:
Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - SETARA Institute menyampaikan hasil temuan yang dilakukan pihak internal terkait dengan survei opini ahli tentang kandidat Panglima TNI untuk masa kepemimpinan menggantikan Marsekal Hadi Tjahjanto.
Setidaknya ada lima dimensi kepemimpinan yang menjadi tolak ukur untuk para kandidat Panglima TNI, di antaranya Kapabilitas, Integritas, Responsivitas, Akseptabilitas dan Kontinuitas.
Adapun calon kandidat Panglima TNI untuk menggantikan Marsekal Hadi Tjahjanto yakni Jenderal TNI Andika Perkasa yang kini menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD).
Selanjutnya, Laksamana TNI Yudo Margono, kini menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) dan Marsekal Fadjar Prasetyo, kini menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) .
Dalam survei yang melibatkan 100 ahli dari berbagai akademisi kampus dan elemen masyarakat sipil (NGO / Ormas) ini sendiri nama Andika Perkasa unggul dari kedua calon lainnya.
Di mana pada dimensi kepemimpinan berdasarkan Integritas, dalam temuan atau survei SETARA Institute, Jenderal TNI Andika Perkasa memiliki nilai rata-rata 7,84.
Baca juga: 100 Ahli Sepakat ada 5 Dimensi Kepemimpinan yang Harus Dimiliki Kandidat Panglima TNI
Angka ini unggul dibandingkan nilai rata-rata Laksamana TNI Yudo Margono (7,83) dan Marsekal TNI Fadjar Prasetyo (7,70).
Hasil yang sama juga ditunjukkan pada dimensi kepemimpinan berdasarkan Akseptabilitas.
"Di sini (kriteria Akseptabilatas), Jenderal TNI Andika Perkasa mendapat nilai rata-rata 8,04," kata Peneliti SETARA Institure Ikhsan Yosarie saat menyampaikan hasil surveinya secara daring, Senin (4/10/2021).

Sementara, Laksamana TNI Yudo Margono mendapatkan nilai rata-rata 7,78 dan Marsekal TNI Fadjar Prasetyo dengan nilai rata-rata 7,65.
Selanjutnya, pada dimensi kepemimpinan berdasarkan kriteria Responsivitas, Jenderal TNI Andika Perkasa kembali unggul dengan nilai rata-rata 8,20.
Sedangkan, Laksamana TNI Yudo Margono mendapatkan nilai rata-rata 8,11 dan Marsekal TNI Fadjar Prasetyo mendapat nilai 7,99.
Nama Jenderal TNI Andika Perkasa kembali mengungguli dua kandidat lain dalam survei SETARA Institute ini dalam dimensi kepemimpinan berdasarkan kriteria Kapabilitas.
Di mana Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) itu, mendapatkan nilai rata-rata tertinggi yakni 8,25, diikuti Laksamana TNI Yudo Margono dengan nilai 8,15 dan Marsekal TNI Fadjar Prasetyo dengan nilai 8,03.
Namun, dalam dimensi kepemimpinan berdasarkan kriteria yang terkahir yakni Kontinuitas, nama Laksamana TNI Yudo Margono unggul dari kedua kandidat lainnya.
Perwira tinggi TNI yang menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) itu mendapatkan nilai rata-rata 7,97, diikuti Marsekal TNI Fadjar Prasetyo dengan nilai rata-rata 7,90 dan terakhir Jenderal TNI Andika Perkasa dengan nilai rata-rata 7,75.
Dengan begitu kata Ikhsan, dapat disimpulkan, Jenderal TNI Andika Perkasa unggul dalam empat dimensi kepemimpinan sebagai kandidat Panglima TNI menggantikan Marsekal TNI Hadi Tjahjanto.
"Secara umum, Andika Perkasa mengungguli calon lainnya untuk 4 dimensi integritas, akseptabilitas, kapabilitas dan responsivitas. Sedangkan Yudo Margono unggul pada dimensi kontinuitas," katanya.
"Namun demikian, perbedaan skor untuk masing-masing kandidat tidak signifikan," tukas Ikhsan.
Sebagai informasi, penelitian ini dilakukan menggunakan metode kuantitatif dalam bentuk survei menggunakan metode purposif (purposive sampling).
Penelitian yang dilakukan 20 September 2021-1 Oktober 2021 ini melibatkan 100 ahli yang telah dipilih dan ditetapkan SETARA Institute dengan klasifikasi yang spesifik dan relevan dengan penelitian ini.
Keseluruhannya merupakan ahli dalam isu pertahanan dan keamanan (Hankam), serta Hak Asasi Manusia (HAM).
Ahli-ahli tersebut berasal dari akademisi kampus dan elemen masyarakat sipil (NGO/Ormas).
Adapun ahli-ahli dalam survei ini tersebar di beberapa kota besar sebagai berikut, Medan, Bukittinggi, Padang, Jabodetabek, Bandung, Yogyakarta, Jember, Lamongan, Surabaya, Kendari, Baubau, Makassar, Papua.