Hari Pahlawan
Mengenal 5 Tokoh Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya yang Diperingati sebagai Hari Pahlawan
Inilah 5 tokoh pertempuran 10 November 1945 di Surabaya: Sutomo/Bung Tomo, Mayjen Sungkono, Mohammad Mangoendiprodjo, Mallaby, & Robert Mansergh.
Penulis:
Yunita Rahmayanti
Editor:
Nuryanti
Sungkono memperoleh pendidikan militer selama dua tahun dari sekolah teknik perkapalan atau KIS (Kweekschool voor Inlandsche Schepelingen) di Makasar.
Setelah Indonesia merdeka, Sungkono bergabung dalam Badan Keamanan Rakyat (BKR) dan menjadi pemimpin untuk pelucutan senjata dari tentara Jepang yang tersisa di Indonesia pada September 1945.
Brigade 9 Divisi ke-25 Angkatan Darat Inggris di bawah pimpinan Brigadir AWS Mallaby mendarat di Surabaya pada 24 Oktober 1945.
Sikap dari Inggris yang melanggar kedaulatan Indonesia memicu bentrokan antara pemuda Surabaya dengan pasukan Inggris pada 28 - 29 Oktober 1945.
Presiden Soekarno datang ke Surabaya dan menyerukan gencatan senjata.
Namun, pertempuran masih berlangsung dan jenderal Mallaby tewas di depan gedung Internatio, meski sudah ada perjanjian Inggris dengan Indonesia.
Pertempuran 10 November 1945 menjadi titik perang dahsyat di Surabaya.
Sungkono memimpin pasukan di batas kota Surabaya.
Pasukan Inggris dan Belanda mengerahkan seluruh kekuatan dengan serangan alteleri dari kapal, udara dan darat.
Sungkono berseru kepada pasukannya, “Kalau kita terpaksa mundur dari Surabaya, saya akan melakukan gerilya kota dan terus melawan. Percayalah Surabaya bisa kita rebut kembali”.
Baca juga: Link Twibbon Hari Pahlawan 2021, Dilengkapi Sejarah Hari Pahlawan, Makna Tema, dan Logo ke-76
HR. Mohammad Mangoendiprodjo (1905-1988)
Melansir jogjaprov.go.id, Mayor Jenderal HR Muhammad Mangundiprojo adalah Pimpinan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) pasca kemerdekaan 1945.
Ia lahir pada 5 Januari 1905 di Sragen, Jawa Tengah dan wafat pada 13 Desember 1988 di Bandar Lampung.
RM Mohammad Mangoendiprojo berhasil memimpin pasukannya untuk mengambilalih aset pribadi orang- orang Belanda yang tersimpan di Bank Escompto senilai 100 juta gulden untuk perjuangan melawan Belanda dan Inggris.
Ia bersama pasukannya bergerak ke medan perang sebagai wakil Indonesia dalam kontak biro dengan pasukan Inggris di Surabaya.