Hari Pahlawan
Mengenal 5 Tokoh Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya yang Diperingati sebagai Hari Pahlawan
Inilah 5 tokoh pertempuran 10 November 1945 di Surabaya: Sutomo/Bung Tomo, Mayjen Sungkono, Mohammad Mangoendiprodjo, Mallaby, & Robert Mansergh.
Penulis:
Yunita Rahmayanti
Editor:
Nuryanti
Kemudian, Sutomo berhasil menyelesaikan pendidikan HBS melalui korespondensi, namun tidak pernah resmi lulus.
Setelah itu ia bergabung dengan KBI (Kepanduan Bangsa Indonesia) dan menjadi orang kedua di Hindia Belanda yang mencapai peringkat "Pandu Garuda" ketika berusia 17 tahun.
Ia juga pernah menjadi seorang jurnalis, yang membawanya masuk dalam sejumlah kelompok politik dan sosial.
Sutomo terpilih menjadi anggota Gerakan Rakyat Baru pada 1944.
Ia berusaha membangkitkan semangat rakyat ketika Surabaya diserang oleh tentara NICA pada Oktober hingga November 1945.
Sutomo menyerukan semangat perjuangan melawan NICA melalui siaran-siaran radio yang penuh dengan emosi.
Ia kemudian aktif berpolitik pada era 1950 pascakemerdekaan Indonesia.
Ketika masa pemerintahan orde baru, Sutomo memberikan kritik keras terhadap program-program Presiden Soeharto pada era 1970.
Pada 11 April 1978, Sutomo ditahan oleh pemerintah orde baru karen kritikannya yang keras.
Sutomo meninggal dunia di Makkah ketika sedang menunaikan ibadah haji pada 7 Oktober 1981.
Jenazah Bung Tomo dibawa kembali ke Indonesia dan dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum Ngagel, Surabaya.
Baca juga: 50 Twibbon Hari Pahlawan 10 November 2021, Cocok sebagai Pesan atau Status di Sosial Media
Mayjen Sungkono (1911-1977)
Melansir arsippurbalingga.com, Sungkono lahir pada 1 Januari 1911 di Purbalingga, Jawa Timur dan meninggal pada 12 September 1977 di Jakarta.
Sungkono merupakan pahlawan nasional yang memimpin langsung pertempuran di seluruh kota.
Ia lulus dari HIS (Hollands Indische School) pada 1928, kemudian melanjutkan ke MULO, dan meneruskan ke Zelfontelkeling hingga kelas dua dan mengantongi ijasah K.E.