Pilpres 2024
Pengamat: Jika Ganjar 'Merasa Ganteng Sendiri', Bisa Menghilangkan Dukungan Megawati
Pengamat politik dari Universitas Paramadina menanggapi soal kritik politisi PDIP terhadap Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo.
Penulis:
Pravitri Retno Widyastuti
Editor:
Whiesa Daniswara
TRIBUNNEWS.COM - Pengamat politik dari Universitas Paramadina, Ahmad Khoirul Umam, menanggapi terkait kritik anggota DPR RI Fraksi PDIP, Trimedya Panjaitan, terhadap Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo.
Ia menilai kritik yang ditujukan untuk Ganjar ini semakin memperjelas adanya faksi di internal PDIP.
Menurut Umam, satu di antara faktor adanya faksi di internal partai banteng dipengaruhi strategi politik Ganjar yang kurang tepat.
Belakangan, ujar Umam, Ganjar lebih fokus menjalankan kerja-kerja politik personalnya lewat kunjungan dan sosialisasi di luar Jawa.
Terkait hal itu, Umam pun menyarankan agar Ganjar memperbaiki komunikasi politiknya dengan kader-kader utama di internal PDIP.

Baca juga: FX Rudy: Jika Ganjar Tidak Berprestasi, Tak Mungkin Megawati Menugaskan Jadi Gubernur 2 Periode
Baca juga: Ganjar Pranowo: Kritik dari Kolega Adalah Vitamin untuk Memperbaiki
Jika tidak, maka gap politik antara Ganjar dan PDIP diprediksi akan semakin melebar.
Bahkan, kata Umam, Ganjar bisa kehilangan dukungan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri, untuk maju sebagai capres pada Pilpres 2024 mendatang.
"Sebab, jika terlalu 'merasa ganteng sendiri', hal itu akan menciptakan gap komunikasi dan menguapnya harapan dukungan dari Ketua Umum Megawati," ucap Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic) ini kepada Kompas.com, Kamis (2/6/2022).
"Jika kondisi ini berlanjut, semakin kecil peluang bagi Ganjar untuk mendapatkan restu politik Megawati," tambahnya.
Tak hanya itu, Umam juga menyarankan ada baiknya Presiden Joko Widodo (Jokowi) menahan diri untuk tidak mengirim sinyal-sinyal dukungan pada Ganjar untuk mencegah ketegangan dengan Megawati.
Ia berpendapat, akan lebih baik jika Jokowi tetap bersikap netral dan independen sebagaimana perangai Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menjelang masa akhir jabatannya di tahun 2014.
"Namun jika Presiden Jokowi sejak awal sudah berpihak, dan ternyata kalah, maka hal itu akan mengancam nasib politiknya pasca purnatugas dari jebatan presiden," tandasnya.
Sebelumnya, Trimedya Panjaitan blak-blakan menyindir Ganjar dan membandingkan kinerja orang nomor satu di Jateng ini dengan Ketua DPR RI, Puan Maharani.
Ia mempertanyakan prestasi Ganjar selama delapan tahun menjabat sebagai Gubernur Jateng.
“Ganjar apa kinerjanya 8 tahun jadi Gubernur selain main di Medsos apa kinerjanya?” kata Trimedya dalam keterangan tertulis, Rabu (1/6/2022), dilansir Tribunnews.com.

Baca juga: Dituding Tak Berprestasi Selama Jadi Gubernur, Ganjar Pranowo: Kritik dari Kolega Itu Vitamin
Baca juga: Disindir Politisi PDIP hingga Dianggap Tak Menghargai Megawati, Ganjar Pranowo: Urusan Copras Capres
“Tolong gambarkan track tecord Ganjar di DPR, kemudian sebagai gubernur selesaikan Wadas itu."
"Selesaikan Rob itu, berapa jalan yang terbangun kemudian sekarang diramaikan kemiskinan di Jateng malah naik tolong masyarakat juga apple to apple memperbandingkan,” imbuhnya.
Tak seperti Puan yang dinilainya tidak suka berpura-pura, Trimedya menganggap Ganjar hanya memoles diri demi opini publik.
Menurut Trimedya, mencari pemimpin haruslah yang apa adanya, bukan mempermak dirinya seolah-olah paling berpihak kepada rakyat.
“Mbak Puan bukan tipe pemimpin yang suka berpura-pura yang memoles dirinya seakan-akan populis, seakan-akan berpihak kepada rakyat, tapi Mbak Puan mencoba menjadi pemimpin ya begitulah dia apa adanya."
"Dia lahir dari sebagai cucu Bung Karno, anak Bu Mega, anak Pak Taufik, kemudian jadi Politisi di tingkat nasional, ya dia enggak perlu kepura-puraan,” kata Trimedya.
“Jatuh dari sepeda, akting ada hari kanker botak, bukan yang begitu-begitu."
"Coba apa gunanya Ganjar botak tunjukkan empati? Kan enggak juga, kenapa dia enggak botak ketika Indonesia kalah di semifinal Sea Games?" tambahnya.
Trimedya bahkan menilai Ganjar terlalu berambisi menyalonkan diri sebagai capres.
Menurut dia, langkah Ganjar yang bermanuver untuk nyapres di 2024 sudah kelewat batas.
Baca juga: Politisi PDIP Serang Ganjar: Selain Main Medsos, Apa Kinerjanya Selama 8 Tahun Jadi Gubernur?
Baca juga: Sosok Trimedya Panjaitan, Ketum Persatuan Gulat yang Menyindir Ganjar: Apa Kinerjanya 8 Tahun
Dalam istilah orang Jawa, kata Trimedya, bisa disebut kemlinthi atau congkak.
“Kalau kata orang Jawa kemlinthi ya, sudah kemlinthi dia, harusnya sabar dulu dia jalankan tugasnya sebagai Gubernur Jateng, dia berinteraksi dengan kawan-kawan stuktur di sana DPD, DPC, DPRD provinsi, DPRD kab/kota, itu baru,” pungkasnya.
Ganjar Anggap Kritikan sebagai Vitamin

Menanggapi kritikan dari Trimedya Panjaitan, Ganjar Pranowo menganggapnya sebagai vitamin untuk memperbaiki diri.
Terlebih, bagi Ganjar Trimedya adalah seorang kawan.
"Ya enggak apa-apa. Kritik dari kolega itu buat saya adalah vitamin untuk memperbaiki dan koreksi," kata Ganjar, Kamis (2/6/2022), dilansir Tribunnews.com.
"Beliau sahabat saya, jadi kritiknya bagian dari cara dia mengingatkan seorang kawan. Ya menjadi koreksi kita untuk kita perbaiki," lanjutnya.
Ia pun menegaskan jika hal-hal mengenai capres merupakan urusan Megawati selaku Ketua Umum PDIP.
"Ya menghormati, urusannya kan urusan soal capres. Kalau capres itu PDI sudah jelas, itu urusannya ketua umum, urusannya Bu Mega," tambahnya.
Lebih lanjut, Ganjar menegaskan saat ini dirinya fokus menyelesaikan sejumlah permasalahan di Jawa Tengah, seperti minyak goreng dan rob.
"Saya tak nyambut gawe (bekerja) ngurusi rob, ngurusi minyak goreng dulu," tegasnya, dilansir TribunJateng.com.
Baca juga: Eko Kuntadhi Klaim Sejumlah Relawan Jokowi Dukung Ganjar Pranowo
Baca juga: Sempat Bertemu Jokowi di Istana, Surya Paloh Tepis Isu Usulkan Anies-Ganjar di Pilpres 2024
Pembelaan FX Hadi Rudyatmo

Ketua DPC PDIP Kota Solo, FX Hadi Rudyatmo, menanggapi soal kritik elite partainya yang menilai Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, kemlinthi.
Kritik ini ditujukan pada Ganjar karena orang nomor satu Jateng tersebut dianggap tidak menghormati Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri.
Menanggapi hal tersebut, Rudy membela Ganjar dan menyebut rekannya itu sangat menghormati Megawati sebagai Ketua Umum PDIP.
Menurutnya, Ganjar akan patuh terhadap Megawati terkait pencalonan presiden pada Pilpres 2024 mendatang.
"Pak Ganjar ini sangat menghargai ketua umum. Kalau ditanya mau nyalon presiden, beliau tegas taat dan patuh pada ketua umum," kata Rudy, Kamis (2/6/2022), dikutip dari TribunSolo.com.
Tak hanya itu, Rudy juga menanggapi kritik Trimedya yang mempertanyakan prestasi Ganjar.
Rudy berpendapat, jika Ganjar bukan sosok tidak berprestasi, maka Megawati tak mungkin menugaskannya.
Ia pun menilai keaktifan Ganjar di media sosial adalah hal lumrah.
Terlebih, di era melek teknologi ini media sosial dapat digunakan untuk laporan kegiatan.
"Kalau Pak Ganjar tidak berprestasi, nggak mungkin ditugaskan menjadi Gubernur Jawa Tengah dua periode oleh ketua umum. Itu indikatornya," ujarnya.
"Gubernur ini kan membawahi 35 kota/kabupaten, tidak mungkin bisa menjangkau semua dalam satu waktu, makanya butuh medsos ini."
"Apalagi saat pandemi kemarin, semua serba daring. Sekarang eranya sudah berbeda," tandasnya.
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W/Reza Deni, TribunJateng.com/Hermawan Endra, TribunSolo.com/Tara Wahyu VN, Kompas.com/Fitria Chusna Farisa)