Rabu, 19 November 2025

Hari Raya Galungan

Sejarah dan Kumpulan Ucapan Perayaan Hari Raya Galungan 2025 dalam Bahasa Bali

Hari Raya Galungan merupakan perayaan keagamaan umat Hindu, berikut sejarah dan kumpulan ucapan Hari Raya Galungan 2025 dalam bahasa Bali.

Warta Kota/Nur Ichsan
GALUNGAN - Umat Hindu di Kota Tangerang, Banten, sedang melakukan ritual persembahyangan pada perayaan Hari Raya Galungan di Pura Kertajaya, Rabu (8/6/2022). Berikut kumpulan ucapan dan sejarah perayaan Galungan 2025. 

TRIBUNNEWS.COM - Galungan merupakan peringatan penting keagamaan bagi umat Hindu.

Di Indonesia, perayaan Galungan biasanya dilaksanakan di Bali.

Mengutip dari bimashindu.kemenag,go.id, umat Hindu di Indonesia biasanya merayakan perayaan Galungan karena dipercaya sebagai hari-hari suci yang memiliki makna spiritual yang mendalam.

Umumnya perayaan galungan ini diperingati bersamaan dengan perayaan Kuningan.

Keduanya merupakan tradisi yang selalu diadakan oleh masyarakat umat Hindu.

Baca juga: Kapan Hari Raya Galungan dan Kuningan 2025? Catat Tanggalnya

Sejarah Hari Raya Galungan

Kata galungan sendiri memiliki arti 'Kemenangan dan Kebaikan'.

Mengutip bimashindu.kemenag.go.id, kata Galungan dapat dipahami sebagai "berkumpul" atau "bersatu", yang melambangkan keharmonisan kekuatan spiritual dalam diri setiap orang.

Para umat Hindu mempercayai bahwa leluhur mereka akan turun ke bumi dan membawa berkah dan bimbingan di perayaan tersebut.

Acara Galungan diawali dengan Penampahan Galungan, sehari sebelum Galungan, yang diperuntukkan untuk menyiapkan sesaji dan ritual yang melambangkan pengendalian diri atas sifat-sifat negatif.

Hari Raya Galungan diperingati tiap enam bulan sekali dalam hitungan kalender Bali.

Perhitungan penanggalan kalender Bali setiap bulannya terdiri dari 35 hari.

Hari Raya Galungan pertama pertama kali dirayakan di Bali pada hari purnama Kapat tepat Budha Kliwon Dungulan, tanggal 15, tahun saka 804 atau 882 Masehi.

Dan saat itulah, Bali dipimpin oleh seorang raja dari Kerajaan Bedahulu, Gianyar, bernama Raja Mayadenawa yang sakti, merupakan keturunan raksasa.

Mayadenawa memimpin Bali dengan lalim dan kejam, ia menganggap dirinya tidak terkalahkan sehinga rakyat harus menyembahnya layaknya Dewa.

Raja Mayadenawa mendapatkan kesaktiannya dari ketekunan imannya untuk memohon pada Dewa Siwa agar diberi kekuatan dapat merubah wujud.

Namun kekuatan malah merubah wujud menjadi kesombongan bagi Raja Mayadenawa.

Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved