Senin, 11 Agustus 2025

Pilpres 2024

Ketika Langkah Anies Baswedan Terusik Perjanjian dengan Prabowo, Apakah Akan Mulus Jadi Capres 2024?

Perjanjian Prabowo dan Anies Baswedan terkait Pilpres menjadi sorotan saat mantan Gubernur DKI Jakarta sudah mengantongi tiket Capres 2024.

Penulis: Adi Suhendi
TRIBUNNEWS/HERUDIN
Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto dan Anies Baswedan setelah pelantikan Gubernur DKI Jakarta di Istana Negara, Jakarta, Senin (16/10/2017). Saat ini isu perjanjian Prabowo-Anies Baswedan mengemuka di tengah Anies sudah mengantongi tiket Capres 2024. 

“Detailnya nanti Pak Fadli. Dan memang ada beberapa poin. Dan ini cukup detail apa yang disepakati termasuk juga berkaitan dengan, karena itu di awal dari koalisi dan di awal dari penentuan paslon, jadi juga melingkupi tahapan-tahapan ke depan,” kata Sandiaga.

“Jadi saat itu, saya sendiri enggak megang itu copy-nya, kalau ga salah ada di brankasnya Pak Fadli atau Pak Prabowo,” lanjut dia.

Lalu, apakah perjanjian dengan Prabowo akan menjegal Anies Baswedan maju dalam Pilpres 2024?

Seperti diketahui Anies Baswedan saat ini sudah mengantongi tiket Capres 2024 setelah tiga partai yang tergabung dalam Koalisi Perubahan yakni NasDem, Demokrat, dan PKS menyatakan mendukung Anies.

Jika digabungkan, ketiga partai politik memiliki total kursi di Senayan sebanyak 163 atau 28,34 persen.

Adapun rinciannya Nasdem 59 kursi atau 10,26 persen, Demokrat 54 kursi atau 9,39 persen, dan PKS 50 kursi atau 8,70 persen.

Tentu saja angka tersebut jauh melebihi syarat presidential threshold atau ambang batas pencalonan presiden 20 persen.

Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) Ujang Komarudin menyebut pencalonan Anies Baswedan dalam Pilpres 2024 tak akan terhalang isu perjanjian dengan Prabowo Subianto.

Menurut Ujang, Anies akan tak akan mundur dari proses pencapresan lantaran sudah didukung tiga partai politik, yakni Nasdem, PKS, dan Demokrat.

"Secara politis tidak berpengaruh karena kelihatannya Nasdem, PKS dan Demokrat akan berjalan dalam pencapresan Anies itu," kata Ujang kepada Tribunnews.com, Selasa (31/1/2023).

Menurut Ujang dalam politik adalah hal yang wajar sikap politik seseorang berubah.

Namun dari sisi psikologis, jika Anies terus melanjutkan pencapresan, Ujang memprediksi bakal ada gangguan yang datang dari kelompok atau pendukung Prabowo.

Sebab, Anies dianggap ingkar terhadap perjanjian dengan Prabowo.

"Secara psikologis cenderung mungkin Prabowo dengan tim dan pendukungnya akan mengecam Anies karena menyayangkan sikap Anies yang berubah pikiran, yang tak konsisten dalam konteks pencapresan," ucap Ujang.

Terpisah, Analis Politik dan Direktur IndoStrategi Research and Consulting Arif Nurul Imam menilai bla perjanjian Prabowo-Anies benar adanya, Anies Baswedan dapat dikatakan mengingkari janji.

"Jika itu memang ada perjanjian maka Anies Baswedan bisa disebut ingkar janji pada Prabowo atau kacang lupa kulitnya," ujar Arif kepada wartawan, Selasa (31/1/2023).

Menurut Arif, Anies pun terlihat sebenarnya mengetahui perjanjian yang dia sepakati itu.

Hal ini terlihat dari pernyataan Anies selama ini yang selalu bilang tidak akan melawan promotornya Prabowo dalam kontestasi politik.

"Mungkin bisa dikatakan Anies lupa bahwa Prabowo orang yang telah menjadi promotornya dalam Pilgub DKI yang berjasa besar mengantarkan menjadi Gubernur," katanya.

Menurut Arif, Anies pun perlu hati-hati dengan dengan diungkapnya perjanjian itu oleh Sandiaga. Sebab publik bisa jadi akan melihatnya negatif.

"Ini tentu akan menimbulkan persepsi negatif bahwa Anies adalah orang yang ambisius mengejar kekuasaan," ujarnya.

(Tribunnews.com/ chaerul umam/ fersianus waku/ muhammad Zulfikar)

Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan